Answer

Jan 04, 2011 15:10


Answer

By: Rokudou Tsuzuki

Disclaimer: Hari di mana saya yang mempunyai KHR adalah hari di mana ayam menggonggong dan anjing berkokok...

Rating: K

Warning: OOC

Genre: Comfort/Romance

Pairing: 6927 DONG AH (blush)

Summary: Bebas...Apa itu? Di mana? Seperti apa? Di dunia yang kotor dan busuk itu...akankah kutemukan jawabannya? MUKURO CENTRIC

A/N: YES, DIPOST DEMI MERAYAKAN 6927 DAY, SAUDARA-SAUDARA SEKALIAN! Bagi kami, para fans MukuTsuna, inilah hari di mana kami mengespam seluruh tempat di penjuru bumi dengan pairing terindah ini *A* dan tanpa banyak tanya-NIKMATILAH HUWAHAHAH!


Mukuro's POV

Bebas...

Hah? Maaf? Bisa tolong ulangi? Apa yang tadi Anda katakan? Bebas? Kebebasan? Maaf, anda berbicara dengan orang yang salah. Karena saya tidak mengenal...tidak... Saya tidak pernah mengetahui, apalagi mencicipi apa yang namanya kebebasan itu.

Kebebasan...kata itu begitu abstrak dan terdengar indah, tetapi pahit bila dibandingkan dengan kenyataan. Orang rela melakukan apapun demi kebebasan, sekalipun pada akhirnya usaha mereka tanpa hasil. Banyak orang menyuarakan akan pemberian kebebasan pada setiap orang di muka bumi, tanpa diikuti usaha yang jelas.

Karena, pada akhirnya, di manakah kebebasan itu? Atau, tidak... Sebelum memberitahukan padaku keberadaannya, bisakah jelaskan terlebih dahulu apa arti kebebasan itu?

Apakah ini yang disebut kebebasan? Apakah, terantai di dinginnya air, tanpa cahaya dan suara, dengan kondisi hidup bagai mati ini, disebut sebagai kebebasan? Tolong beritahu aku jawabannya, aku tidak tahu.

Karena, sejak dulu, pemandangan di depan mataku tidak pernah berubah. Apapun yang terjadi, jalan reinkarnasi manapun yang kulalui. Aku selalu terkungkung dan terkurung, di dalam sangkar ini, dengan rantai membelenggu kedua tanganku.

Ketika melewati jalan neraka, yang kulihat adalah mimpi terburuk yang pernah kualami. Segala ilusi dan mimpi buruk di sana menghancurkan pikiranku, tapi pada saat yang bersamaan membuat mereka menjadi kuat. Dan, pada saat itu, aku terkurung oleh para ilusi tersebut. Di manakah kebebasan itu?

Ketika melewati jalan para setan kelaparan, mereka semua menggangguku, mencoba untuk memakan habis rohku. Dan mau tidak mau aku harus melawan mereka, supaya rohku tidak lenyap ke dalam kegelapan. Dan di sana, setan penasaran itu membelengguku. Di manakah kebebasan itu?

Ketika melewati jalan hewan, mungkin itulah yang terdekat pada kebebasan bagiku. Aku memilih untuk menjadi seekor burung, yang terbang tinggi di langit. Saat itu, yang kuharapkan hanyalah untuk bisa seperti itu terus, terbang tinggi tanpa ada yang membelenggu. Tapi, aku hanya bisa meringis ketika jaring dari manusia itu menjeratku, dan mereka mengurungku di sebuah sangkar. Di manakah kebebasan itu?

Ketika melewati jalan Ashura, para manusia setengah dewa, yang kudapatkan adalah kekuatan. Namun, ikatan terasa begitu pahit dan hambar, karena pada akhirnya, aku harus bertarung demi sesuatu, harus mematuhi sesuatu dan terikat bagaikan seekor anjing yang diberi tali. Di manakah kebebasan itu?

Bahkan di jalan surga pun tidak kutemukan sesuatu yang bernama kebebasan itu. Heh, jangankan menemukan, yang menjelaskan seperti apa kebebasan itu saja tidak ada. Aku masih terbelenggu, karena justru ternyata apa yang kudapat dari empat jalan lainnya adalah yang membuat rantai-rantai di kakiku, yang memisahkanku dari yang lainnya, yang membuatku berbeda dengan mereka.

Dan, untuk harapan yang terakhir, sampailah aku di jalan manusia, jalan yang menurut mereka-mereka yang lainnya, adalah jalan yang paling menyenangkan. Seseorang bahkan meyakinkanku, kalau di jalan manusia inilah akan kutemukan apa yang disebut kebebasan itu.

Tapi, apakah yang terjadi? Haha, apa yang mereka katakan hanyalah isapan jempol belaka. Sejak pertama kali dilahirkan sebagai manusia, yang kulihat hanyalah dinding kotor tempat aku dikurung, bersama dengan beberapa anak-anak lainnya, oleh manusia kotor yang menyebut diri sebagai Estraneo Family Dan tiap hari, tanpa henti, mereka melakukan percobaan pada kami semua. Mereka bahkan mengunci mata kananku, menutupnya dan bahkan menjahit penutup mata itu dengan jarum. Manusia bodoh, mereka pikir mereka bisa menghalangiku hanya dengan seperti itu. Dan, tentu saja kepahitan itu memang ada. Aku tidak menemukan kebebasan di sini. Tapi aku menemukan kekuatan yang tersimpan di jalan ini, kebusukan dan kekotoran.

Muak dengan mereka, aku pun memutuskan untuk membunuh mereka semua. Heh, mereka begitu mudah untuk dibunuh, manusia kecil yang tidak ada apa-apanya di hadapan kekuatanku kini. Dan, bersama dua orang yang bisa kujadikan sebagai anak buahku, aku pun meninggalkan tempat itu, siap untuk mencicipi kebebasan...

...namun pada akhirnya, aku tidak mendapatkannya. Kami tertangkap, dan dibawa ke sebuah penjara. Penjara khusus mafia, yang penjagaannya sangat ketat dan kecil kemungkinannya untuk kabur. Saat itulah aku berpikir, mengapa semuanya selalu merenggut kesempatanku untuk akhirnya mencicipi hal yang bernama kebebasan itu? Mulanya keluarga Estraneo itu, sekarang seluruh mafia... Mengapa?

Karena itulah, aku memutuskan untuk menghabisi mafia terlebih dahulu. Ya, mafialah yang membuat kehidupanku di jalan manusia ini begitu pahit, merenggut segala kesempatanku dengan sesuka hati mereka. Dan sekarang aku akan mengajarkan pada mereka, bagaimana rasanya, bagaimana sakitnya ketika apa yang mereka cintai, yang mereka inginkan, direnggut dengan kejinya dari depan mata mereka sendiri.

Mula-mula tentu dengan mempengaruhi salah satu bos Mafia. Ah, aku tahu sasaran empuknya. Sawada Tsunayoshi, calon kepala keluarga baru dari Vongola, salah satu keluarga mafia yang terbesar. Bila mempengaruhinya, aku jamin segala tujuanku akan segera tercapai. Ya, bila rencanaku berjalan dengan lancar, tentu.

Tapi rencanaku itu gagal. Dia justru berhasil mengalahkanku. Aku tidak bisa mengendalikannya, dan kembali tertangkap. Ya, aku kembali terbelenggu, kali ini lebih menyakitkan. Mereka mengurungku di tempat ini, di mana suara dan cahaya tidak akan mencapaiku. Aku bisa bertahan hidup hingga saat ini, karena ada makanan yang dialirkan langsung ke tenggorokanku. Membuka mata pun aku tidak bisa karena mereka mengunci mataku. Heh, bukannya aku mau membuka mata atau apa, karena yang akan kulihat hanyalah air, dan air.

Saat itulah aku berpikir, di manakah kebebasan yang sesungguhnya itu? Kapankah aku dapat merasakannya? Siapa... Seseorang...tolong tunjukkan padaku, tolong beritahukan aku. Aku tidak mengerti dan aku tidak tahu. Tolong...

Tak ada yang mendengar teriakanku, tak ada yang mendengarkan permintaanku. Tentu saja, mereka terlalu sibuk memikirkan diri mereka sendiri, sesuai dengan imej jalan manusia ini. Buruk, kotor, penuh cela.

Aku tahu, aku bisa pergi ke dunia ilusi, di mana segalanya berjalan sesuai keinginanku. Di mana angin akan selalu bertiup dan rumput selalu tumbuh, suatu kondisi yang sangat kontras dengan keberadaanku saat ini. Aku dengan bebas bisa melakukan apa saja di sana, tapi aku tahu, bahkan ketika aku tidak tahu apa arti kebebasan itu, kalau ini bukanlah kebebasan yang sesungguhnya. Di manakah kebebasanku?

Terdengar bunyi dentuman, suara tombol yang ditekan, dan air di sekelilingku perlahan surut. Aku bisa merasakannya, sekalipun tanganku dirantai dan mataku tertutup. Aku bisa merasakan rambutku yang tadinya mengapung tidak karuan, kini mulai menempel dengan lembab ke wajah dan leherku. Aku ingin bergerak, tapi badanku lemas dan rantai-rantai itu masih memegangku, menahanku.

Berikutnya, aku mendengar bunyi sesuatu yang terbuka, dan udara luar pun terasa asing di permukaan kulitku. Dingin. Setelah sekian lama terkurung dalam air, itulah yang kurasakan ketika angin menerpaku. Rupanya, tabung yang selama ini menjadi wadah bagi air di sekeliling badanku sudah dibuka.

Selanjutnya, tangan seseorang melepaskan rantai-rantaiku. Akibat kehilangan topangan, tubuhku pun terjatuh ke lantai. Lantai tersebut terasa dingin, dan aku masih belum bisa membuka mataku. Jangankan itu, menggerakkan satu jari saja aku tidak bisa.

Pengunci mataku dan selang yang menempel di tenggorokanku pun dilepas dengan kasar, dan itu cukup perih juga. Heh, mereka sudah menempel di tubuhku entah berapa lama, hingga aku lupa kalau mereka bukanlah bagian dari tubuhku.

Terdengar bunyi langkah kaki yang menjauh dan aku hanya bisa terbaring diam. Aku tidak memiliki tenaga untuk melakukan apa-apa. Membuka mata saja aku tidak bisa. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba. Kukerahkan segala tenaga yang kupikir masih tersisa dalam tubuhku. Untung ruangan itu gelap, sehingga mata yang lama tidak dibuka itu tidak terkejut terkena sinar secara tiba-tiba.

Tangan seseorang menyentuh kulit wajahku, membelai pergi beberapa helai rambut yang menempel di wajahku. Dan mataku menatap tidak percaya orang yang sedang duduk di sampingku itu...

"Tsu..."

"Akhirnya kau membuka matamu."

Sawada Tsunayoshi duduk di sampingku. Wajahnya menunduk, matanya menatap mataku. Mata coklat yang hangat itu.

Aku mencoba untuk berbicara, tapi tidak ada suara yang keluar. Hal yang wajar, karena aku tidak menggunakan tenggorokanku untuk bicara selama...mungkin bertahun-tahun.

Karenanya aku hanya bertanya melalui pandangan mataku, dengan harapan dia mengerti. Aku belum bisa menggunakan ilusiku dengan tubuh tanpa tenaga ini, karenanya aku tidak bisa bertanya padanya menggunakan ilusi.

"Karena kau sangat berharga bagiku, Mukuro," tutur Tsunayoshi lembut, menjawab pertanyaanku yang tidak terucapkan.

Tsunayoshi pun mengucapkan sesuatu kepada beberapa orang yang baru datang, dan tangannya menggenggam tanganku. Permukaan halus tangan kecil itu terasa begitu hangat, kontras dengan dinginnya kulitku sendiri.

"Dan kini...kau bebas."

Bebas? Inikah yang namanya kebebasan itu? Apakah pada akhirnya aku mendapatkannya? Ingin aku bertanya pada Tsunayoshi, apakah ini sungguh-sungguh kebebasan yang selama ini aku rindukan. Aku ingin bertanya, aku ingin tahu. Apakah kehangatan yang aku terima ini, adalah sesuatu yang disebut sebagai kebebasan itu?

Senyum Tsunayoshi menjawab semuanya, dan aku tahu kalau kini aku bisa menutup mataku. Karena ketika bangun, takkan lagi aku terbelenggu. Ya, aku akan bebas, lepas dari rantai yang selama ini membelengguku.

Setelah lama mencari, akhirnya kutemukan jawabannya.

Senyumnya-lah kebebasanku, dan segalanya bagiku.

END

A/N: YES, OF COURSE IT'S MUKUTSUNA, FOLKS! DDD HAPPY 6927 DAY AUW AUW AUW!

khr, yaoi, mukuro, tsuna, fanfiction

Previous post Next post
Up