author [no name]
cast :
* Super Junior.
* unknown.
-------------------------------
Aku takut gelap, aku takut malam. Kata teman-teman, malam itu sebenarnya sangat indah, tetapi tidak bagiku.
Dulu, aku buta. Sewaktu dilahirkan aku masih bisa melihat, tetapi saat itu aku sama sekali belum mengenal dunia. Aku masih tidak tahu mana yang baik dan yang buruk. Belum saja aku mengenal dunia, aku sudah buta dikarenakan mobilku tabrakan sewaktu ayah ingin menghindar dari botol akua terbang dari truk di depan. Hantaman di kepalaku cukup keras sehingga membuat kedua saraf mataku tidak bisa melihat lagi.
Sudah hampir empat belas tahun aku hidup tanpa mataku. Aku bersekolah di sekolah yang memiliki buku Braille, tidak cukup banyak tentang dunia ini yang aku tahu. Kalau ibuku perkata tentang sesuatu barang, atau orang-pun aku tidak bisa mengenalnya atau melihatnya.
Ibu dan ayahku tahu, bahwa aku sangat menginginkan pengelihatanku kembali. Maka, sudah hampir dua tahun aku menunggu seseorang yang rela mendonorkan kornea matanya untukku.
Sampai akhirnya hari itu tiba, ibuku menerima telepon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa ada orang yang baru meninggal dan menyatakan bahwa jika dirinya meninggal, dirinya merelakan kornea matanya untuk disumbangkan ke orang buta yang memerlukannya.
Hari operasi-pun tiba, dan sekarang diriku berdiri disini dapat melihat semuanya. Tetapi dikarenakan ke-buta-an ku yang dululah makanya aku takut akan malam dan kegelapan.
Sudah sebulan lebih aku berdoa kepada Tuhan, agar Ia bisa menyembuhkan ketakutanku akan gelap, tetapi sepertinya tidak akan terjawab.
Sampai satu waktu aku sadar, setiap malam, aku menatap jendela kamarku memandang keluar dan menikmati udara malam, dengan lampu kamar yang menyala dengan terang-benderang pastinya.
Entah kenapa malam itu dari lubuk hatiku yang paling dalam mengatakan agar aku mematikan lampu kamarku.
Dengan takut aku mematikan lampu kamarku, sekarang kamarku terlihat sangat gelap. Jantungku ingin berhenti, aku ingin berteriak, dan ingin segera berlari untuk menyalakan lagi lampu kamarku, tetapi langkah kakiku berhenti, saat aku melihat mereka.
Aku melihat tiga belas bintang bersinar sangat terang, memberikan kedamaian di hatiku. Ketiga belas bintang tersebut seakang berkata “Jangan takut, aku ada disini”. Aku duduk di depan jendela, betapa indahnya.
Sekarang aku tidak takut lagi akan gelap, setiap malam aku melihat keluar jendela ke-13 bintang itu pasti akan muncul. Aku senang dan selalu tersenyum kepada mereka. Entah kenapa ketiga belas bintang tersebut lebih bersinar dibanding bintang-bintang lainnya, seakan mereka berbeda.
Sudah sebulan lebih aku selalu memperhatikan bintang-bintang tersebut, dan hampir dua minggu aku melihat suatu kejanggalan.
Bintang-bintang itu tinggal sepuluh.
Aku tidak tahu apakah mereka akan mendengarku, aku juga tidak tahu apakah mereka akan menjawabku, tetapi aku mencintai ketiga belas bintang yang sudah mengembalikan keberanianku itu.
Maka aku-pun bertanya “Kemana tiga bintang yang lain? Apakah kalian nanti juga akan menghilang satu-per-satu?” itulah pertanyaanku, karena aku sangat takut kehilangan mereka.
Akupun tertidur, bintang-bintang tersebut menjawab pertanyaanku lewat mimpi, mereka berkata “Walaupun kami hanya bersepuluh saat ini, tetapi percayalah, kami akan terus disini, menjagamu, dan membuatmu tersenyum. Kami tidak akan pernah pergi. Ketiga bintang yang lain tidak menghilang, hanya saja mereka memerlukan sedikit waktu agar bisa terlihat lebih bersinar lagi nantinya. Percayalah.”
Aku terbangun dari tidurku, aku tersenyum mengingat mimpiku.
Malam itu aku dan kesepuluh bintang lainnya yang masih bersinar sama-sama menunggu sampai ketiga bintang lainnya bersinar kembali.
Aku percaya tiga belas ataupun sepuluh mereka akan terus bersinar bagai permata, tanpa sadar aku mengumam “Shining star will shine like a little diamond, until the end of time…” entah darimana gumaman itu berasal, tapi kurasa, gumaman itu datang dikarenakan hatiku dan hati kesepuluh bersama tiga bintang lainnya telah menyatu.
end-