Catatan Perjalanan Pengangguran Banyak Pikiran

Nov 23, 2018 20:58

.

.
13 Agustus 2018.
Hari itu, hari di mana aku dinyatakan lulus dari sidang Tugas Akhir di kampus.
Rasanya beban psikologis yang aku rasakan menghilang begitu saja. Puji syukur kupanjatkan kepada Tuhan atas berkat dan tuntunan-Nya aku bisa menuntaskan kewajiban ini.
Sembari berfoto ria, terbersit pemikiran yang kelak menjadi beban baru bagi hidupku.
Apa yang akan aku lakukan setelah ini?
.


Opening-nya kok formal banget, sih. Kasihan yang baca nanti nggak paham. Ngaku aja, kalian lebih sering baca komik strip tahilalats dibandingkan buku motivasi bisnis, kan? Yaudah lah ya, pakai bahasa yang santai aja.
Jadi nih, ceritanya aku mau cerita. Iya ini ceritanya, jadi ceritanya gini ...

Semua orang pasti pernah bertanya sama diri sendiri, apalagi yang pasca wisuda seperti aku. Hidup ini mau dibawa ke mana ya? Habis ini, aku mau ngapain ya? Sekolah lagi? Kerja? Nikah? Atau nikah sama temen sekolah di tempat kerja? (?) Hal itulah yang sempat melanda pikiranku waktu selesai sidang dan menunggu wisuda. Ditambah, satu ambisiku yang sudah 9 tahun terpatri di lubuk hati; tinggal di Jepang.

Jadi, gimana dong? Ngopi aja dulu ngopi biar tenang.

Suatu hari, seorang rekan baik yang nggak begitu baik, Mursyid, mengatakan ini padaku:
‘Nikmati aja masa nganggurmu itu, luh. Find who you really are in so much different way. Setelah itu baru kamu step up. Pastilah pada akhirnya kamu akan tahu condongnya ke mana.’
Sabar, rek. Mursyid itu campuran Indo x Montenegro, jadi maklumin aja ya kalau ngomongnya campur-campur. Aku yang gak begitu paham sama bahasa Inggris cuma bisa mengiyakan dan mengamini.

Kembali ke laptop. Sejujurnya, aku harus berterima kasih kepadanya karena telah membuka mata batinku, eh, pikiranku. Merenungi dan berpikir dalam diam, itu kuncinya. *Coba kau pikirkan ... coba kau renungkan ...* Akhirnya aku melakukan hal tersebut sambil jalan. Sambil revisi, sambil mengurus administrasi yang tersisa dari kampus.

Di tengah-tengah itu, entah kenapa aku teringat pada salah satu segmen acara Arashi ni Shiyagare yang berjudul ニッポン再発見!8時間の翔旅行 (Nippon saihakken! Hachi-jikan no Sho Ryokou) berarti ‘Temuan di Jepang! Perjalanan 8 Jam Sho’. Segmen itu berisi tentang Sho, salah satu member dari grup idola Arashi, melakukan perjalanan ke suatu tempat di Jepang dan memberitakan tentang keunikan di sana.
Atas nama penyegaran pikiran, aku berniat untuk sekadar main-main ke rumah rekan-rekan kampus. Siapa tahu, dengan sedikit perjalanan ke daerah yang tidak pernah kuketahui, aku bisa merasakan getaran-getaran rindu di dada. Loh, oposeh?
.
  • Rumah Mifta, Mojokerto
Yang ini sih, nggak bisa disebut perjalanan karena rumahku sebenarnya juga ada di Mojokerto XD. Tapi ya nggak lima langkah juga kayak lagu dangdut. Perjalanan hanya memakan waktu 10 menit memakai sepeda motor. Di sana, aku bersua dengan Mifta yang sedang menikmati cuti kerja dari Kalimantan. Bersama satu rekan lagi bernama Dian ‘Opel’, kami bertiga menuju Sunrise Mall untuk main.

Terlalu terobsesi dengan Korea, Opel memberanikan diri untuk memesan ramen dengan topping kimchi, yang berujung terlalu asam dan tidak mampu menghabiskannya. Empat puluh lima ribu yang terbuang sia-sia, ya, Pel! XD. Kami juga membeli semacam smoothie mangga atas nama diskon beli dua gratis satu. Tidak lupa mampir Amazone untuk karaoke dan photo box!
.

.
Malamnya, kami ngamen tidak jelas di ruang tamu Mifta. Pembagian kerjanya: Mifta memetik gitar, aku menyanyi dan Opel men-scroll-kan layar handphone Mifta yang dipakai untuk membaca kunci nada. Sungguh pembagian yang sangat efektif dan sesuai :) Disusul dengan menonton film India berjudul Barfi sambil makan sate hingga larut dan tidur di kasur yang sama. :D
.
  • Rumah Dian, Sidoarjo
Tidak banyak yang bisa diceritakan dari rumah rekanku yang di Sidoarjo ini. Ceritanya aku akan menghadiri Jobfair yang ada di Surabaya, dengan mampir ke Sidoarjo dulu untuk dijemput Dian memakai mobil dan berangkat bersama ke Jobfair tersebut.

Untuk ke Sidoarjo, aku berangkat menggunakan kereta api pukul setengah lima pagi. Jujur saja, itu adalah kali kedua dalam hidupku menaiki kereta! Sempat putus asa ketika terbangun jam empat lebih, tapi untungnya mas-mas ojek online menyemangati dan sampai di stasiun tiga menit sebelum kereta berangkat.

“Ayo mba, terbang aja biar cepet!” ujarnya meringis ketika melihatku lari tergopoh-gopoh menuju mobilnya.

Setelah sampai ke Sidoarjo dan menghadiri Jobfair di Surabaya yang panasnya ya alllaaaaaahhhhhh, kami berlima-Aku, Dian, pacar Dian dan dua kolega lainnya-makan siang di Mall City of Tomorrow sembari jalan-jalan alias window shopping. Hah apa? Ya jelas karena Richeese ada diskonan, lah!

Sorenya, kami memutuskan untuk rehat sejenak di rumah Dian. Ibu Dian baik sekali menyediakan makan malam untuk kami, tampaknya beliau tahu manusia-manusia rembes dan kismin ini kelaparan.
.
  • Rumah Dian ‘Opel’, Pandaan
“Pel, cepetan jemput!! Aku digoda terus sama bapak-bapak ojek!” seruku panik campur kesal. Mungkin hanya ada di Indonesia, mungkin tidak, aku tidak tahu, tapi funfact-nya ketika kamu turun dari bis, bukan pemandangan yang aneh jika sudah tersedia jok sepeda motor milik abang ojek konvensional. Dan itu lebih dari satu, berjejer di depan pintu bis. Cari uang memang sulit tapi ya ...

Di sisi lain Opel terdengar santai di seberang telepon dan menertawakanku. Dijemput nggak, malah aku yang disuruh jalan ... sampai ketemu si Opel yang sedang membeli es doger. OK!

Tidak sampai itu saja, perjalanan memakai kaki ternyata harus kutempuh lagi. Melewati jalan yang berliku-liku, mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera. BERSAMA TEMAN BERTUALANGGGGG. “Ini masih jauh lho,” kata Opel sepuluh menit kemudian. Aku yang sudah siap menghela napas panjang mendadak terhenyak ketika gadis berpawakan kecil tersebut masuk ke dalam suatu rumah. Seneng banget gitu ya ngerjain temennya yang nggak suka olahraga ini.

Sampai di rumahnya, entah kenapa mendadak menjadi acara nonton bareng Spongebob Squarepants. Sembari makan snack dan es doger yang dibeli tadi, kami menyaksikan tayangan televisi sambil sesekali bermain dengan kucingnya, Moci.
.



Moci yang prihatin dengan tontonan majikannya yang hanya berkisar kartun dan acara gosip saja..
Ayahnya yang datang kemudian mengejutkanku dengan memberiku dua potong ayam di makan siangku. “Yaampun ... bikin repot saja aku ini ... nggak usah repot-repot ...” ujarku sambil tetap mencomotnya. Hehe.
.
  • Rumah Safira, Lawang
Kembali menggunakan bis, aku turun di Pasar Lawang dan bertemu dengan Safira yang sedang buka lapak di sana. Enggak deng ... tulus menjemputku layaknya dia menjemputku di kosan sebelum berangkat ke kampus hampir tiap hari. :D

Beberapa menit berkendara dan masuk ke dalam kompleks pemukiman, aku sempat kaget ketika jalan yang berada di depanku itu turun, dan terjal.

“Ini nggak salah jalan kan, Fir?”
“Nggak kok. Nggak berani? Sini setirnya ganti aku aja kalau gitu.”

Aku bersikukuh untuk tetap pegang setir sepeda motornya dan melewati jalan tersebut. Haduh, di jalan turun itu harus belok, lagi! Hidupmu berat ya, Fir, selama bertahun-tahun kamu harus melewati medan seperti ini untuk menimba ilmu :( setelah memarkirkan sepeda, ternyata harus jalan lagi, dan itu naik. Naik turun mulu udah kayak rok daleman member AKB48.

Akhirnya, akhirnya sampai. Bak pahlawan, Fira menyediakan satu gelas kecil beserta satu liter es teh buatannya. Seperti tidak mengenal adat jawa yaitu sungkan, es teh tersebut ludes dalam waktu kurang dari satu jam saja. Wow okay Luh, congratulations. Mungkin Fira dalam hati berkata, dateng-dateng cuma ngabisin aer aja ini Jumaedah!!1!1! ala-ala sinetron gitu.

Ibu Fira sangat ramah dan mirip sekali dengan anaknya. Kebalik Oneng. Kebetulan hari itu beliau akan membuka tabungan untuk Fira, jadi akhirnya aku ikut mendaftarkan Fira yang berakhir dengan makan ayam panggang di suatu depot. Selebihnya, aku diajak ke sumber air yang terletak di belakang rumahnya.
.



Bingung, sih ... airnya sedang surut tapi bapak-bapak terlihat antusias memancing. Mancing apaan coba?!.
Katanya, sumber air itu bagus pada saat volume airnya besar-yang sayangnya hari itu tidak. Banyak warga yang mencuci baju dan mandi di situ. “Aku juga pernah mandi di sini, airnya memang jernih,” tukas Fira. Hah? Di hadapan bapak-bapak yang-anehnya-sedang memancing itu, Fir? Yakin? Hmmm.
.



Foto kucing random yang ada di tangga menuju rumah Fira. Aestheeticccc nya dapet gak sih gayss? Eh gitu bukan sih bahasa Inggrisnya?.
Tak lupa kusebutkan, Fira adalah sobat recehku yang paling receh. Recehnya udah nggak ketulungan sampai menembus inti bumi dan menuju galaksi galapagos yang fana. Kami tertawa puas menonton acara yang mengharukan semacam Termehek-mehek sebelum aku pamit pulang.
.
  • Rumah Aizza, Jombang
“Naik apa tadi? Bis Bagong kesayanganku?” tanya Aizza tersenyum simpul waktu menjemputku di perempatan Mojo Songo. Tiga jam lebih di bis kemudian disambut senyuman tulus dari gadis pencinta lele itu membuat rasa penatku menjadi ... lebih penat. Perjalanan menuju rumahnya agak lama dan melihat jalanan yang semakin sepi, jadi sempat curiga kalau aku bakal dibawa ke pelelangan tubuh manusia. Tapi sebelum aku berteriak minta tolong, aku sudah sampai di depan rumah Aizza.

Seakan tahu bahwa tamunya ini memang suka jajan, Aizza menyuguhkan berbagai macam makanan ringan. Za, ini bukan hasil rampokan warung sebelah, kan? Pikirku takut sambil tetep makan, hehe. Sampai ibunya memberikan dua piring tahu petis! Aizza berkata padaku bahwa tadi ibunya terus bertanya kapan kedatanganku. Aduh ... jadi nggak enak gini, sih ... *mbungkus tahu petis*
.



Menggoda..
Jombang panas? Banget. Tapi aku dan Aizza nekat pergi keluar menantang sang surya. Agendanya adalah mengunjungi rumah rekan kami yaitu Syanne dan Mursyid. Disebut mengunjungi ... hmm, lebih ke mengintai kali, ya? Karena aku sengaja membobol Sistem Informasi Akademik milik mereka dan menemukan alamat rumahnya. Hehe.

Iseng doang, ih, jangan marah ... kami juga pengen gitu jadi yang kayak di tipi-tipi, semacam mengintai kediaman pacar, terus kemudian ternyata pacarnya keluar rumah dengan selingkuhannya! Padahal lebih seru kalau misalnya ternyata Syanne mempunyai Om simpanan, atau Mursyid sudah beristri tiga. Sayangnya tidak ada hal penting yang bisa dituliskan di blog ini. HUFT!

Kami berkeliling Jombang dengan riang gembira seperti Dora dan Boots. Melewati tempat-tempat diselingi dengan cerita asik dari Aizza yang kubonceng. Yang paling asik mungkin cerita tentang mantan pacarnya yang datang ke sebuah SMA.

“Dulu, Bayu sempat mau ke sini.”
“Mau sekolah di sini?”
“Bantu teman.”
“Ooh ... bantu apa?”
“Tawuran.”
.



Sempat tersakiti oleh permainan kata yang gak banget, disembuhkan oleh rasa esnya yang memang mantap..
Sebenarnya aku masih ada rencana untuk pergi ke Kediri dan Lumajang. Tapi aku urungkan karena aku telah menemukan apa yang kucari.

Ealah, cuma ke situ doang? Aku pernah lebih jauh!

Nggak usah sombong seperti itu, memang aku akui, aku bukanlah anak yang suka keluar rumah-jadi ini termasuk prestasi bagiku LOL! Pun tidak begitu punya banyak rekan.
Tapi inti dari semua ini bukan itu, Marimar.
Percuma kalau kamu main-main tapi nggak sambil mikir. Lu main sampe Antartika kalo otak lu gak dipake ya percuma, lu bakal tetep goblok.

Coba rasakan. Waktu perjalanan juga, jangan tidur. Lihat sekitar, coba cari hal menarik untuk dipikir. Lihat keluar jendela bis. Perhatikan masyarakat bergerak.
Seusai mengenyam bangku pendidikan, hidup akan kembali menjadi buku kosong. Hanya kamu yang berhak memegang pulpen untuk bukumu sendiri.
Angankan, buku dari orang yang duduk di sebelahmu, atau yang kamu pandang di seberang jalan, adalah bukumu. Apa yang kamu rasakan? Bahagia? Ingin menjadi seperti mereka? Atau justru membuatmu mengatakan sumpah serapah?

Sebuah pemikiran itu muncul bukan pada waktu kita berjuang keras, melainkan muncul waktu kita berpikir secara pelan, santai dan tanpa paksaan.

Selain itu, berinteraksi dengan rekan ketika rekan tersebut berada di rumah ... Kamu tahu? Mereka secara tidak sadar dalam mode loose, bukan mode belajar seperti biasanya di kampus. Tarik ulur rekanmu dengan obrolan ringan dan kamu akan lihat bagaimana bedanya aura serta gelagat rekanmu ketika mereka ada di home, bukan di away.

Kamu akan tahu kenapa orang ini berpikiran seperti ini, berbuat seperti ini, berkebiasaan seperti ini, ketika kamu melihat lingkungan dia dibesarkan. Secara otomatis kamu akan melihat perspektif hidup orang tersebut. Dengan melihat perspektif seseorang secara mendalam, kamu akan paham alasan atas keputusan yang orang tersebut ambil.

Dan pada akhirnya perspektif tersebut kutimbang lamat-lamat di pikiranku, kuputar balik logikaku. Menghasilkan sebuah pemahaman baru yang memberatkan atau meringankan timbangan dari beberapa pilihan hidupku.

Mungkin rekan-rekan yang rumahnya telah aku kunjungi dan kebetulan membaca ini pasti mengerutkan dahinya, lah perasaan biasa aja waktu Galuh ke sini, tetep sampah aja gitu anaknya???

Maaf ya teman-teman, tidak bermaksud untuk membohongi kalian. Memang di luar aku terlihat seperti manusia kurang kerjaan yang keliling rumah kalian kayak sales panci, bertampang miskin serta butuh belaian. Tapi meskipun begitu, dalam kepalaku aku terus bekerja, berpikir, merekam apa saja yang bisa kucerna.

Aku butuh perspektif baru. Aku butuh keluar sejenak memikirkan pro dan kontra dari idealismeku yang tersangkut di hati sedari 9 tahun yang lalu. Aku ingin memahami pandangan orang lain-di kasus ini, rekan-rekanku dan lingkungannya.

Sebagai dorongan terakhir, aku membuat polling seperti ini di twitter.
.


.
Aku bagikan jawaban dari teman-teman twitter yang kuanggap mengena di hati.
.












.
Dan saat ini, aku telah menetapkan jawabanku.

Sebenarnya, dulu aku sudah menetapkan sebuah jawaban. Tapi begitu melihat kehidupan teman-temanku yang sepertinya sudah berjalan jauh dariku, membuatku cemas. Kenapa teman-temanku sudah ada di tahap hidup selanjutnya sedangkan aku masih jalan di tempat? Apa yang salah dariku? Kenapa mereka bisa melanjutkan hidupnya tanpa mengalami seperti yang aku alami?

...

Setelah aku melakukan perjalanan kecil ini, aku menjadi yakin akan pilihanku.
Bagaimana kamu tahu ketika kamu telah yakin? Adalah ketika kamu tidak lagi risau atau panik melihat jalan hidup orang lain, yang seakan sudah berjalan jauh darimu.

Karena jawabannya sudah ada di dalam hatimu.

WOY NULIS APAAN SIH? SOK IYE LU MAEMUNAH!!

Niatnya sih mau kasih masukan aja kepada orang-orang yang sedang dalam masa berpikir sepertiku. Tapi sepertinya lebih ke curhat ya ini! Tapi nggak salah dong, kan judulnya ‘Catatan Perjalanan’! Gimana sih!

Terima kasih yang sudah membaca, aku harap kamu bisa sedikit terinspirasi oleh celotehan online-ku ini, ya!

XOXO

real life, artikel bahasa indonesia

Previous post Next post
Up