F*cked up
Kadang kamu di atas, kadang kamu di bawah. Begitulah hidup. Ya kan?
Siang hari saya masih tertawa-tawa ngakak menonton berbagai segmen talk show James Corden dan Jimmy Fallon. Sore harinya saya jengkel setengah mati karena ketinggalan kereta dan ada masalah lainnya. Malam harinya saya menenangkan diri dengan membaca cerita yang sangat bagus. Pagi harinya saya kembali mangkel karena belum jadi bisa memperpanjang SIM.
Begitulah. Dunia berputar.
Saat ini saya mengetik dengan wajah datar, tapi otak saya terus berpikir, bagaimana saya mendapat uang? Bagaimana mengatasi masalah ini dan itu? Bagaimana saya melepaskan rasa khawatir meninggalkan rumah dengan segala tetek bengeknya dan memulai kehidupan baru perkuliahan di kota yang sebegitu jauhnya?
Saya manusia yang penuh dengan kekhawatiran. Meskipun saya sepenuhnya percaya kepada Tuhan, tapi celah untuk khawatir itu sangat banyak, apalagi kalau sebagian besar waktu dihabiskan tanpa bercengkerama dengan orang lain. Kadang saya menjadikan media sosial sebagai pelarian. Namun, itu tidak membantu. Pada akhirnya saya selalu merasa bodoh karena membuang-buang waktu--seharusnya saya melakukan sesuatu yang lebih produktif dan menghasilkan. Kemudian saya pun jadi merasa semakin dan semakin kesepian.
Saya rindu hari-hari yang lalu ketika deadline di depan mata. Saya fokus menulis saja. Sekarang, saya ingin menulis lagi, tapi saya belum menemukan cerita. Di folder cerita saya ada beberapa cerita tak selesai yang setelah saya baca lagi kelihatannya lumayan. Namun, saya hanya memiliki awal itu. Belum punya plot utuh atau karakter yang sudah jadi. Maka saya belum bisa menulis karena masih harus memikirkan itu semua.
Dan saya masih terus dihantui insecurity akan tulisan saya.
Sungguh, saya kacau dan saya tidak lagi bisa berpura-pura segalanya baik-baik saja. Apalagi kekacauan ini berasal dari dalam diri sehingga makin sulit untuk lari. Saya butuh hal baik terjadi dalam hidup saya untuk menaikkan semangat................
Siang hari saya masih tertawa-tawa ngakak menonton berbagai segmen talk show James Corden dan Jimmy Fallon. Sore harinya saya jengkel setengah mati karena ketinggalan kereta dan ada masalah lainnya. Malam harinya saya menenangkan diri dengan membaca cerita yang sangat bagus. Pagi harinya saya kembali mangkel karena belum jadi bisa memperpanjang SIM.
Begitulah. Dunia berputar.
Saat ini saya mengetik dengan wajah datar, tapi otak saya terus berpikir, bagaimana saya mendapat uang? Bagaimana mengatasi masalah ini dan itu? Bagaimana saya melepaskan rasa khawatir meninggalkan rumah dengan segala tetek bengeknya dan memulai kehidupan baru perkuliahan di kota yang sebegitu jauhnya?
Saya manusia yang penuh dengan kekhawatiran. Meskipun saya sepenuhnya percaya kepada Tuhan, tapi celah untuk khawatir itu sangat banyak, apalagi kalau sebagian besar waktu dihabiskan tanpa bercengkerama dengan orang lain. Kadang saya menjadikan media sosial sebagai pelarian. Namun, itu tidak membantu. Pada akhirnya saya selalu merasa bodoh karena membuang-buang waktu--seharusnya saya melakukan sesuatu yang lebih produktif dan menghasilkan. Kemudian saya pun jadi merasa semakin dan semakin kesepian.
Saya rindu hari-hari yang lalu ketika deadline di depan mata. Saya fokus menulis saja. Sekarang, saya ingin menulis lagi, tapi saya belum menemukan cerita. Di folder cerita saya ada beberapa cerita tak selesai yang setelah saya baca lagi kelihatannya lumayan. Namun, saya hanya memiliki awal itu. Belum punya plot utuh atau karakter yang sudah jadi. Maka saya belum bisa menulis karena masih harus memikirkan itu semua.
Dan saya masih terus dihantui insecurity akan tulisan saya.
Sungguh, saya kacau dan saya tidak lagi bisa berpura-pura segalanya baik-baik saja. Apalagi kekacauan ini berasal dari dalam diri sehingga makin sulit untuk lari. Saya butuh hal baik terjadi dalam hidup saya untuk menaikkan semangat................