Tiga Bulan Tutup Buku
Hari ini tepat tiga bulan si bapak pergi.
Terlepas dari histori kami yang panjang dan penuh lika-liku, saya sudah tutup buku. Saya tak mau mengingat-ingat lagi apa pun yang telah terjadi. Rasa sakit, marah, benci, khawatir, stres, dan segala yang pernah saya rasakan terhadapnya ... semua sudah saya tutup. Terkadang, saat sedang menapak tilas blog ini, saya teringat kembali ... tapi buru-buru saya sudahi. Blokir semua pikiran ke arah sana. Saya tak ingin membuka luka lama.
Karena untuk mencapai titik berdamai dengan kenyataan, berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan segala rasa sakit-marah-benci-khawatir-stres, dan terutama, mengondisikan hati untuk sampai kepada rasa hampir-memaafkan, butuh perjuangan superpanjang, supermelelahkan, supersulit.
But still,
sometimes,
often,
his absence hits me hard.
Terlepas dari histori kami yang panjang dan penuh lika-liku, saya sudah tutup buku. Saya tak mau mengingat-ingat lagi apa pun yang telah terjadi. Rasa sakit, marah, benci, khawatir, stres, dan segala yang pernah saya rasakan terhadapnya ... semua sudah saya tutup. Terkadang, saat sedang menapak tilas blog ini, saya teringat kembali ... tapi buru-buru saya sudahi. Blokir semua pikiran ke arah sana. Saya tak ingin membuka luka lama.
Karena untuk mencapai titik berdamai dengan kenyataan, berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan segala rasa sakit-marah-benci-khawatir-stres, dan terutama, mengondisikan hati untuk sampai kepada rasa hampir-memaafkan, butuh perjuangan superpanjang, supermelelahkan, supersulit.
But still,
sometimes,
often,
his absence hits me hard.