D.O.N.E.

Jan 09, 2014 03:30

Kamis, 9 Januari 2014. 02.54. I'm finally done.

Banyak orang bilang, saya beruntung karena bisa kuliah sambil bekerja. Sudah punya penghasilan sendiri, sudah punya link kalau lulus nanti, sudah banyak proyek mengantre setelah gelar sarjana di tangan. Kerjaannya bergengsi pula, jadi penerjemah dan editor lepas di penerbit mayor. Mungkin banyak teman yang ingin berada di posisi saya ini.

Tapi, mereka tidak tahu betapa tinggi tingkat stres yang saya hadapi. Sejak semester tiga sampai sekarang, saya harus selalu berurusan dengan pekerjaan, di samping membagi waktu dengan berbagai hal lainnya. Waktu main jadi harus di-press, hangout bareng teman juga cuma bisa kadang-kadang.

Walaupun saya bersyukur punya kehidupan seperti ini, saya tak bisa memungkiri betapa beratnya menjalaninya. Dan rasa berat itu jadi berkali-kali lipat pada pekerjaan yang sekarang di semester ini, meskipun kuliah sudah lowong.

Sungguh, sebetulnya saya cinta mati sama trilogi yang saya terjemahkan ini. Sejak menerjemahkan buku pertama, saya sudah jatuh cinta setengah mati. Penulis serial ini menulis dengan seluruh emosinya, dan itu membuat buku ini jadi begitu menyentuh hati. Saya ikut-ikutan terhanyut, larut dalam emosi tersebut sehingga saya jadi fans nomor satu serial ini. Saya cinta mereka--para karakternya.

Buku pertama, buku kedua, alhamdulillah lancar. Buku ketiga .... Nah.

Bukan. Bukan ceritanya yang nggak bagus atau nggak seru. Sayanya yang sibuk, terlalu sibuk menangani berbagai urusan sekaligus. Tugas, ujian, proposal skripsi, amanah organisasi, KKN ... dan ditambah pekerjaan ini. Deadline kejar-kejaran, setiap hari nggak bisa tenang. Kalau nggak ngerjain ini, ya itu. Makan dan tidur berantakan. Bergadang bermalam-malam, kantung mata makin tebal, asam lambung sering naik nggak keruan. Sudah begitu, Allah masih berbaik hati menguji saya dengan beberapa hal-hal lain yang juga harus dipikirkan--atau mungkin tepatnya, "mau nggak mau bikin kepikiran".

Semester ini sungguh luar biasa.

Terkadang saya terbangun dengan sentakan, jejeritan sendiri "Kerja! Kerja!" biar mata melek meskipun kelopaknya berat sekali untuk dibuka. Setiap hari saya menghitung tanggal dan target, merutuki diri kalau jumlah halaman tidak mencapai target hari itu. Berkali-kali ingin egois mematikan HP seharian, tapi ujung-ujungnya nggak tega karena banyak SMS dan WhatsApp penting yang nggak bisa ditinggal. Tiap hari uring-uringan, mewek-mewek sendiri, merasa bersalah pula ke Allah karena shalat sering sambil mikirin banyak hal. :(

Tapi .... Sekarang sudah selesai. Kerjaan itu sudah rampung. Tinggal dibaca ulang, dirapikan dan dikirim balik. Saya lega, setidaknya saya bisa menyelesaikan itu sesuai target: sebelum berangkat KKN minggu depan (deadline sebenarnya sih akhir Januari). Sekarang, saya jadi bisa membagi lebih banyak perhatian ke hal-hal lain.

Satu-satunya yang saya sayangkan adalah, berada dalam tekanan berat seperti ini membuat saya tidak bisa berlama-lama menikmati manisnya cerita yang saya terjemahkan. Selesai di sini, harus segera move on ke urusan-urusan lain. Tapi, insyaaLLah saya tetap menjunjung tinggi profesionalisme. Memberikan yang terbaik untuk pembaca; selalu itu tujuan utama saya dalam menerjemahkan. Jadi, meskipun buru-buru, kualitas tetap wajib nomor satu. :)

Selamat tinggal, June dan Day. Senang sekali bisa menghabiskan waktu bersama kalian selama tiga tahun ini. Sungguh suatu kehormatan. :')

-------

I wanna say big thanks to:

-Allah. Tanpa pertolongan-Nya, saya tidak akan bisa bertahan. Semiliar ucapan syukur pun rasanya masih kurang.
-Tiphey, yang telah menjadi penyemangat utama dan selalu bersedia mendengar curhat-curhat saya.
-Nuru--teman diskusi dalam banyak hal, saling mengeluh dan saling menguatkan; partner yang luar biasa dalam menghadapi berbagai urusan yang saya sebutkan di atas.
-Teman-teman lain yang merelakan telinganya menjadi korban karena terpaksa mendengar uring-uringan dan mewek-mewek saya ... tapi masih berbaik hati memberi saya "pukpuk". :')
-Mbak Melody Violine, yang seriiiiiing banget saya ganggu dengan pertanyaan-pertanyaan soal idiom.
-Izza, Lia, Pipit, Saroh, Ambu-san, Rifda, Ayu, dan semua pembaca trilogi ini, yang komentar-komentarnya terus-terusan menjadi penyemangat saya untuk tidak menyerah menyelesaikan terjemahan buku terakhir ini. Kalianlah yang membuat saya terus teringat bahwa buku ini ditunggu banyak orang, jadi saya harus giat menyelesaikan.
-Keluarga di rumah. Tanpa mereka, mungkin saya cuma akan makan sekali sehari. :')

------

Dan sekarang, saya mau hibernasi sejenak ....

like, me

Previous post Next post
Up