edge of the world ~ to the fairest of them all ~ 9th installment

Mar 21, 2013 11:49

Title: Edge of The World ~ To the Fairest of Them All ~
Author: cethoel-cakep
Installment: 9/???
Ratings: ...PG-15
Warnings: in Bahasa. Deal with it! XDDD. Author tidak bertanggung jawab terhadap kram otak dan tukak lambung yang bakal dialami oleh pembaca.
Disclaimer: Mine. Unless the Snow White thing, Greek's Golden Apple myth, and the Norse myth
Summary: This apple is only and only for the fairest of them all, seriously...!
Notes: Merupakan spin-off dari Battle Chapter, lanjutan dari Over the Edge of The World ~ Groundland chronicle



#32.

Berhati-hatilah, aku mohon - adalah kata2 terakhir yang Yuuri dengar dari YM Freyja saat melepas kepergiannya bersama pasukan Cor Caroli dan utusan Volsung menuju Volsung. Kini rombongan mereka sudah keluar dari kawasan istana. Yuuri bahkan yakin saat ini YM Freyja pasti masih mengantarkan kepergian mereka dengan pandangan matanya, yang sudah pasti penuh perasaan galau.

Hadeeehh… -- Yuuri hampir saja mendesah keras2, meratapi nasibnya. Apa2an sih ini?!!! Kenapa juga dia harus ikut ke Volsung??? Tapi… ini juga karena kesalahannya yang impulsive, dia sendiri lah yang mengusulkan kepada YM Freyja secara diam2 bahwa akan lebih baik bila dia juga berangkat ke Volsung, setidaknya lebih baik daripada berdiam di istana dengan perasaan kebat-kebit karena tak mampu berbuat apapun demi tetap berdirinya Midgard.

Dan lagi, ngapaiiiiin juga aku mesti peduli akan negeri antah berantah ini coba?????? - Yuuri kini merutuki ketololannya sendiri. Sungguh tak pakai pikir panjang. Ya habisnya daripada diam2 saja di istana, galau ga ada habisnya???

YM Freyja pun tadinya sungguh keberatan. Dia tak mau apapun yang buruk menimpa Yuuri. Tapi Yuuri ngotot. Dan Yuuri tahu, tak ada seorangpun yang bisa menolaknya bila dia ngotot. Well.. kecuali seseorang… Tapi orang itu saat ini tak ada disini.

Shinisa… sedang apa dia…? Apakah dia kembali ke dunia mereka dengan selamat? Baru saja mereka melepas rindu setelah Shinisa hilang ke negeri antah berantah absurd yang ada puteri cahaya dokdokcek nya itu, yang dengan sok yakinnya nempel2 ke Shinisa, Yuuri masih pingin mencakar muka si tuan puteri lemot tak berguna itu, dan tahu2 saja sekarang dia gantian yang tersedot dengan semena-mena ke negeri antah berantah lain lagi.

Suatu rasa hangat memenuhi dada Yuuri. Dari liontin kristal Illumina yang terbawa oleh Yuuri, cinderamata dari negeri cahaya absurd yang beberapa saat lalu ditinggalkannya. Apakah… liontin ini.. bisa membantunya untuk berhubungan dengan Gecella, sang murid terakhir penyihir dimensi? Dia sudah memikirkan hal ini ulang2 kali, demi mencari jalan kembali. Dia bisa saja mencobanya kapanpun.. namun… ada suatu hal disini yang menahannya untuk melakukannya. Apel emas yang memilih dirinya, dan sang ratu serba merah yang menyerahkan keagungannya untuk negeri lain yang lebih membutuhkannya… sial…!

Kalau saja Shinisa ada disini… Oh, sudah pasti tuan muda sangar itu bakal menolak mentah2 ide dia pergi ke Volsung, bahkan akan merantainya ke pilar besar atau menguncinya di balik penjara bawah tanah hanya agar dia tidak melakukan hal2 bodoh seperti ini.

Yuuri amat sangat yakin, Shinisa akan melakukan apapun, APAPUN juga, untuk menemukan dirinya.

Panglima Bodvarr melirik ke arah sang gadis dari dunia lain yang berbalut mantel tebal sewarna daun tua, yang kini duduk di atas kuda jantan kesayangan YM Freyja yang berwarna putih bersih dengan surai keperakan - keturunan Pegasus. Gadis ini tadi menyebut dirinya sebagai Yuurihime Tenou, yang datang dari negeri nun jauh, memenuhi panggilan YM Freyja.

Jadi YM Freyja memanggil gadis misterius dengan aura luar biasa ini datang ke Mannheimmr, untuk…? Untuk memastikan tetap tegaknya Midgard…??? Bodvarr masih mengingat kata2 perkenalan dari gadis ini. Gadis ini dipanggil oleh YM Freyja untuk membantu Midgard tetap berdiri. Karena semua tahu, Midgard sebagai pusat Yggdrasil, apabila sampai runtuh, maka tak akan ada lagi Yggdrasil.

Keluarga Bodvarr adalah panglima besar Cor Caroli turun temurun. Cor Caroli mendarah daging kental dalam diri Bodvarr, hampir fanatik. Bahkan Bodvarr pada awalnya adalah satu dari mereka yang menentang kedatangan YM Freyja yang dipersunting dan dibawa ke Cor Caroli oleh mendiang raja Carolus, lebih dari sepuluh tahun lalu.

Bodvarr saat itu sungguh tak mengerti akan keputusan mendiang junjungannya untuk menjadikan puteri Vanir itu sebagai ratu baru Cor Caroli. Yang Bodvarr tahu, ratu baru mereka ini bahkan adalah isteri penguasa Asgard. Jadi mengapa ratu bernuansa merah ini rela melepas ke-Vanir-annya, meninggalkan kenyamanan Asgard, meninggalkan suami terdahulunya yang jelas2 lebih agung dan mulia daripada seorang raja Maor?

Namun kedatangan ratu Freyja bagaikan memberikan nafas baru untuk Cor Caroli dan Midgard. Negeri yang terletak di pusat Midgard ini, sesuai namanya, Cor, yang merupakan jantung Midgard, yang berdegup menghantarkan senyawa kehidupan ke Midgard, yang sedikit banyak memang suram, perlahan namun pasti berangsur menjadi lebih baik. Tak hanya itu saja, kehidupan rakyatnyapun semakin sejahtera. Rasa hormat kepada ratu baru Cor Caroli ini pun berangsur tumbuh di dalam hati Bodvarr, dan semakin kuat, hingga saat inipun tak tergoyahkan.

Walau ratu baru mereka ini bertangan besi, sangat tegas, terlebih lagi setelah YM Carolus mangkat, Bodvarr tak bisa memungkiri bahwa memang hal ini demi kebaikan Cor Caroli dan Midgard. Bahkan kenyataan bahwa sikap YM Freyja ini bagai meniadakan darah asli kerajaan Cor Caroli, dengan tak pernah digubrisnya sang puteri Cor Caroli oleh YM Freyja, Bodvarr sama sekali tak kesulitan untuk menepis keberatannya. Karena Bodvarr tahu apa yang melandasi YM Freyja tidak memaksakan dirinya kepada puteri Snow White. Semata karena wasiat ratu terdahulu dan YM Carolus, agar YM tuan puteri Snow White tetap hidup sebagai seorang dengan hati bersih dan tak tercampuri segala tetek bengek kepelikan dan kekotoran dunia.

Namun Bodvarr mampu melihat kesalahan dan cacat dalam wasiat itu. Dengan menjaga ‘bersih’ nya hati YM Snow White, sama saja dengan tidak mengajari sang pewaris Cor Caroli itu untuk ‘hidup’.

Lalu gadis bernama Yuurihime Tenou ini? Datang dari manakah dia? Negeri nun jauh yang mana? Pertanyaan ini sudah mengambang sejak semula. Gadis ini… Vanir? Aesir? Bisa jadi. Bisa jadi campuran keduanya. Namun Bodvarr juga bisa merasakan darah maor mengalir di tubuh gadis ini. Dan juga sesuatu yang lain yang sama sekali belum pernah Bodvarr rasakan dan ketahui. Gadis ini tetap misterius untuknya.

Gadis ini luar biasa jelita. Lebih, lebih, lebih berkali lipat dari gadis tercantik yang pernah dilihatnya, bahkan berkali lipat daripada puteri junjungannya, Snow White, yang dia yakin merupakan yang tercantik diantara semuanya. Sekilas, penampilannya hampir mirip YM Snow White dengan warna kulit dan rambut yg serupa. Namun segala yang ada pada gadis ini, bagai berteriak bahwa apapun yang hampir menyerupai dirinya, baik warna mata, rambut, kulit, apapun itu, semua itu adalah tiruannya! Bahwa gadis ini adalah satu2nya!

Bodvarr berharap, dia memiliki kesempatan untuk mengetahui siapa sebenarnya gadis ini. Dan karena kerelaan gadis ini untuk maju ke garis depan, ke Volsung, berjuang bersama mereka semua, Bodvarr tak akan mempertanyakan apapun mengenai maksud dan niat atau apapun motivasi gadis ini datang ke Midgard, berarti juga dia tak akan mempertanyakan alasan mengapa YM Freyja memanggil gadis ini. Bodvarr, diam2 dalam hati bersumpah, untuk memberikan dukungan sepenuhnya kepada gadis ini, seperti yang dia lakukan untuk YM Freyja.

#33.

“Jangan berani maju lagi selangkahpun, makhluk buas!!!”

Mendadak sebuah suara menggelegar harus membuat Hrodvitnir menghentikan langkah2 lebarnya, tepat ketika baru saja dia keluar dari hutan Svartalfar.

Ternyata di depan sana ada pasukan kecil prajurit maor tengah beriringan, tampaknya sedang menuju Svartalfarheim pula, dan seorang yang tadinya duduk di atas kudanya, tampaknya pemimpin pasukannya, kini dia turun dari kudanya dan menghunus pedang, setengah berlari merangsek kearah Hrodvitnir.

Hrodvitnir menggeram kesal. Dia tak mengenal lelaki muda yang jelas2 mengarahkan pedang besarnya kearahnya, namun dia mengenali dengan baik ciri yang ada pada lelaki muda itu.

Rambut keperakan, perawakan tinggi besar, gagah dan kokoh, keturunan Oord, diendusnya, ada bau darah aesir dan maor menguar dari tubuh lelaki muda itu. Salah satu anak haram Oord kah…??? Dan dari ukiran emblem di dada baju zirah sewarna peraknya itu, lelaki muda itu jelas2 berasal dari Cor Caroli.

“Aku tak tahu bagaimana kau bisa lepas dari Gleipnir, oh, ya aku tahu siapa kau, Hrodvitnir sang lelaki serigala yang dikutuk OOrd untuk selamanya terkurung di kegelapan goa2 Svartalfar!” seru lelaki yang ternyata adalah Hildolfr itu kepada Hrodvitnir. “dan tak akan kubiarkan kau melangkah sejengkalpun lebih jauh dari tempatmu berdiri sekarang!”

Hrodvitnir mendengus “Huh…! Aku tak ada urusan dengan prajurit maor sepertimu! Dan aku tak ada waktu untuk meladenimu juga, jadi minggirlah kau dari hadapanku, sebelum kuremukkan kepala indahmu itu, darah kotor!”

Demi mendengar sebutan terakhir dari Hrodvitnir itu ‘darah kotor’, emosi Hildolfr langsung memuncak! Sudah nyaris tak pernah lagi ada yang menghina ‘darahnya’ sejak dia menjadi salah satu panglima prajurit Cor Caroli. Dan demi dewa-dewi, dia pun sungguh membenci darah Aesir yang mengalir di pembuluh darahnya. Ibunya adalah seorang wanita maor kelahiran Cor Caroli, dan ayahnya… tak ada yg tahu kebenaran desas-desus itu, namun sepertinya sikap dan cara YM Freyja memperlakukannya selama ini sudah menunjukkan bahwa ‘benar adanya’ dirinya adalah anak Oord. Anak haram. Anak yang tak diakui. Anak hasil permainan entah apa antara Raja Mulia Agung Asgard, Raja para Aesir yang paling tinggi di Yggdrasil, dengan seorang wanita maor Cor Caroli. Dan untung saja ibunya tak hidup cukup lama untuk bisa menerima rasa sayang, hormat, bahkan kebencian, dari Hildolfr.

“Tutup mulutmu, siluman serigala! Keberadaanmu tak bisa diterima di tanah Maor! Majulah, agar bisa kutebas kepalamu!” dan Hildolfr pun tanpa babibu lagi menyerang ke arah Hrodvitnir, dengan para bawahannya berjaga2 membuat semacam barikade , bersiap2 dengan senjata yg terhunus, berjaga2 apabila terjadi hal2 yang mengharuskan mereka bergerak menyerang musuh.

2 pedang besar Hildolfr dan Hrodvitnir beradu, menghasilkan suara keras dentang logam, dan percikan cahaya, mengawali pertempuran pedang satu lawan satu dari keduanya.

“Eeaaa….!!!” Shinisa mengerang, melihat tahu2 saja manusia serigala besar yang tadinya berjalan agak jauh di depannya itu kini malah tengah bertarung! Dilihat dari gelagat para prajurit yang membuat barikade di depan sana, Shinisa mengira bahwa mereka adalah semacam pasukan penjaga perbatasan kah?

“Ada apa?” tanya Dragan, saat melihat Shinisa yang berhenti. Sepertinya tak perlu bertanya lagi, karena pertempuran satu lawan satu di depan sana cukup jelas terlihat. “Walah..!” Dragan melotot. “Bagaimana sekarang? Tunggu?’

Shinisa mendengus “Kita tunggu saja” dia males gerak! HAHAHA.

Dragan menurunkan si Snow White yang digendongnya di belakang punggungnya itu. Ternyata gadis itu sudah setengah tertidur! (=_=||| nyante benerrrrrrr)

“Hey, duduk dulu deh disitu” kata Dragan menunjuk sebuah batu besar di pinggi jalan setapak, yang sepertinya lumayan mengundang untuk diduduki. Bukannya capek sih dia nggendong ini cewek, tapi option harus nggendong ini cewek supaya ga ketinggalan di belakang itu tidak disukainya. Kalau Shinisa, sudah jelas gadis malang ini bakal ditinggal gitu aja… hahaha! Tapi kalau Dragan sampai melakukannya… bisa dihajar langsung sama ayah dan ibunya… orz… Dragan nyengir garing, sungguh kedua orangtua yg ga nyadar diri… (WAAAAAAKAKAKKAKAKKAKAKAK!!!)

Dia pernah sekali meninggalkan seorang gadis, padahal sudah diwanti2 oleh kedua orangtuanya untuk dijemput, dan ternyata saat tak dia jemput, gadis itu lenyap diculik. Mengingatnya saja, kemarahan Dragan pada dirinya sendiri mulai menggelegak, dan telebih lagi, beberapa saat lalu, bahkan sudah dia jemput pun, gadis yang sama itu, bahkan ‘lenyap’ begitu saja di depan kedua matanya! Oke! Sekarang Dragan benar2 emosi!

“Ah..! Aku.. aku tahu lelaki itu…!” tahu2 Snow White menunjuk ke arah pertempuran one on one (cieehh) di depan sana. Ya, dia mengenali lelaki bernuansa perak yang tengah bertarung dengan Hrodvitnir itu. Dia beberapa kali melihatnya di istana. Sepertinya lelaki itu adalah salah satu panglima perang Cor Caroli.

“Yang bertarung dengan tuan serigala itu?” tanya Dragan.

Snow White mengangguk “Tolong… tolong hentikan pertempuran mereka… Mereka tak perlu bertempur begitu, tolong hentikan…! Lelaki itu salah satu panglima perang Cor Caroli -“

Shinisa mendadak menjadi tertarik akan perkataan Snow White. Maklum, sebelum2nya dia sama sekali menganggap si Snow White ini sebagai angin lalu (hwoahahahha!!). “Cor Caroli katamu? Jadi kita sudah dekat dengan Cor Caroli? Atau kita bahkan sudah ada di Cor Caroli?”

“Ah.. aku..” Snow White tergagap “Aku.. tidak tahu…”

Shinisa melotot dengan tampang tak percaya, nyaris mengumpat WTF, sejurus kemudian dia mendesah sambil memegangi kepalanya yg rasanya mau copot.

Dragan meringis saja. Dia memang sudah mengira bahwa Snow White juga tak tahu apa2 tentang dimana mereka saat ini. Dan detik berikutnya Dragan harus berteriak terkejut, karena mendadak Shinisa berlari menuju pertempuran 2 lelaki berpedang besar di depan sana!

“EH! OOEE! Shinisa!! Chotto-AAARGH!!!” Dragan mengacak2 rambutnya. Shinisa itu bisa jadi sangat impulsive bila menyangkut beberapa hal. Dragan sebenarnya juga sama, namun - dialihkannya perhatiannya ke si gadis yang entah bagaimana nasibnya ini bila ditinggalkannya tadi “Kau, darimana kau tahu kalau lelaki berzirah perak itu adalah panglima Cor Caroli???”

Snow White mengerjap, menelan ludah, sambil menggiigit bibirnya, dia menjawab “a..aku.. karena aku.. aku puteri negeri Cor Caroli…”

Dragan mendelik - bagus sekali!!!!! Seorang puteri!!! - batinnya, sarkastik “Kalau begitu, kurasa kau sendiri bisa menghentikan pertempuran di depan sana, kan?” tunjuk Dragan ke arah pertempuran yg sempat terhenti karena Shinisa menyeruak di antara 2 lelaki itu.

Tapi Dragan tahu, walau memang Snow White seharusnya bisa menghentikan pertempuran itu, tapi gadis yang ternyata seorang Puteri ini, tak punya nyali untuk melakukannya. “Ayo..!” Dragan tak ada pilihannya lain selain menyeret Snow White bersamanya menuju pertempuran.

#34.

“Baiklah. Tapi aku tetap tak akan mempercayai lelaki serigala ini!” pungkas Hildolfr.

Tadi setelah sang tuan puteri dibawa dengan ‘paksa’ oleh Dragan mendekat ke pertempuran agar bisa terlihat oleh sang panglima berambut perak cair itu, maka pertarungan sengit kedua lelaki tersebut berakhir dengan kedua belah pihak masih amat sangat tidak rela untuk mengakhiri.

“Yang Mulia Tuan Puteri Snow White” Hildolfr menumpukan satu lututnya ke tanah, menghormat ke tuan puteri junjungannya “HAmba Hildolfr, diutus untuk menjemput anda”

“Hah! Menjemput dia bilang!” sambar Hrodvitnir “Tanyakan pada ratumu yang mulia itu bagaimana bisa tuan puteri mu ini ada di Svartalfar!”

Hildolfr melirik sengit ke Hrodvitnir “Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa tuan puteri Snow White ada bersamamu, dan juga bagaimana kau mampu melepaskan diri dari rantai belenggu yang ditempa para Gleipnir!”

Snow White pucat pasi seketika saat mendengar kata ‘Ratu’ disebut. Bahkan kenyataan bahwa mereka sudah mencapai perbatasan Cor Caroli pun tak mampu membuatnya merasa lega. Dan dia sama sekali tak mampu bersuara sama sekali saat kemudian sang panglima muda yang dia ketahui bernama Hildolfr itu menaikkan dirinya ke punggung kuda tunggangan sang panglima tersebut.

Sedari tadi Hildolfr merasakan sesuatu yang sangat berat menggantung di udara, datangnya dari arah 2 pemuda yang serupa satu sama lain, yang tadi ada bersama puteri Snow White. Siapakah kedua pemuda itu? Ada hubungan apakah antara 2 pemuda itu dengan sang lelaki serigala Hrodvitnir, dan mengapa tuan puteri junjungannya yang telah hilang beberapa hari ini ada bersama mereka?

Tampaknya Hildolfr tak akan mendapat jawaban apapun dari sang puteri yang saat ini tengah gemetaran dengan wajah pias. Hildolfr bahkan tak bisa membayangkan reaksi tuan puteri nya ini saat nanti mengetahui bahwa Midgard tengah mendapat serangan Jotnir. Pada saat2 seperti ini, Midgard bahkan akan mnejadi lebih berbahaya daripada Svartalfarheim.

Jadi, tuan puteri Snow White tadinya berada di Svartalfarheim? Negeri para dvegar. Tempat yang menurut Hildolfr, saat ini, mungkin saja tempat yang paling aman untuk tuan puteri nya, daripada harus menghadapi carut marut serangan Jotnir. Lagipula… bagaimana bisa tuan puteri nya sampai ke Svartalfar??? Sekali lagi pertanyaan itu muncul di kepalanya. Namun sekali lagi dia juga tahu,bahwa jawabannya tidak akan dia dapatkan saat ini dari orang2 yang baru saja keluar dari hutan Svartalfar ini.

“Ah.. maaf, panglima Hildolfr..”

Mendadak rentetan pikiran Hildolfr harus terhenti saat seorang dari 2 pemuda yang bagai kembar itu menyebut namanya. Hildolfr mau tak mau menoleh ke arahnya, masih dengan digantungi hawa dahsyat yang membuatnya sangat tak nyaman.

“Namaku Shinisa, dan ini Dragan. Bolehkah kami berdua ikut bersama rombongan anda ke Cor Caroli?”

Hildolfr mengetatkan rahangnya. Mau apa kedua pemuda tak dikenal ini pergi ke Cor Caroli? Sungguh bertubi-tubi keterkejutan yang teramat sangat yang dia terima beberapa saat terakhir ini. Dimulai dari seorang pembawa pesan yang mengabarkan bahwa utusan Volsung yang tiba di istana ternyata hendak meminta bantuan karena Volsung telah terdesak sedemikian rupa oleh pasukan Jotnir, lalu munculnya sang lelaki serigala Hrodvitnir, yang dikutuk dalam belenggu rantai Gleipnir, diasingkan dari dunia, karena menurut cerita, lelaki serigala ini adalah ancaman terbesar para aesir. Bagaimana bisa sang Hrodvitnir lepas dari belenggu Gleipnir dan tahu2 saja muncul ke Manheimmr bersama dengan tuan puteri yang hilang ini?

“Sebaiknya kalian menjauhi Cor Caroli. Apakah kalian belum mendengar bahwa Jotnir, para raksasa telah mampu menyeberang lautan Ouros dan mulai menyerang Midgard? Apabila Volsung runtuh, maka negeri berikutnya yang akan terkena serangan adalah Cor Caroli.” Hildolfr harus menolak permintaan kedua pemuda itu, demi keselamatan mereka berdua sendiri.

“APAA??!!!!!” baik Shinisa maupun Dragan terbeliak dan berseru kaget! Darah bagai terperas habis dari wajah mereka!

“Kalau demikian, tak ada alasan bagi kami untuk tidak pergi ke Cor Caroli!” seru Dragan “Tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan kami. Kami bisa menjaga diri. Kami akan tetap pergi ke Cor Caroli”

Shinisa bahkan sudah tak mampu menahan kesabarannya lagi “Dan kami juga perlu untuk bertemu dengan Ratu negeri Cor Caroli”

Dan kalimat terakhir yang dilemparkan oleh Shinisa ini membuat semuanya, kecuali Dragan, terkesiap!

Sebelum sempat ada yang memberi reaksi, Shinisa sudah melanjutkannya lagi “Panglima Hildolfr, apakah anda kebetulan tahu mengenai seorang gadis yang tiba2 saja datang ke Cor Caroli? Seorang gadis dengan penampilan yang tak biasa, berambut hitam legam, dengan kulit pucat dan warna mata zamrud?”

Hildolfr lebih daripada terkejut. Gadis itu, gambarannya sama dengan gadis yang luar biasa jelita yang dilihatnya ada bersama YM Freyja! Hildolfr menelan ludahnya. Dia sudah tak tahu lagi harus berpikir apa. Dia hanya bisa mengangguk sekali “Ya. Aku tahu gadis itu. Dia ada bersama YM Freyja”

Shinisapun tak mampu lagi menahan desahan leganya.

*** TEBECE~~~

fuh... *zruuuttt*

original fiction

Previous post Next post
Up