Title: Edge of The World ~ To the Fairest of Them All ~
Author: cethoel-cakep
Installment: 7/???
Ratings: ...PG-15
Warnings: in Bahasa. Deal with it! XDDD. Author tidak bertanggung jawab terhadap kram otak dan tukak lambung yang bakal dialami oleh pembaca.
Disclaimer: Mine. Unless the Snow White thing, Greek's Golden Apple myth, and the Norse myth
Summary: This apple is only and only for the fairest of them all, seriously...!
Notes: Merupakan spin-off dari Battle Chapter, lanjutan dari Over the Edge of The World ~ Groundland chronicle
#25.
Udara disini sungguh tipis - batin Yuzuna saat dia hanya berdua dengan sang pangeran Auvrandil berada di tengah perjalanan mereka menuju Vanheimmr, tujuan mereka, tempat dimana ranting Yggdrasil berbuah. Auvrandil sudah mengatakan sejak awal bahwa perjalanan mereka akan panjang, melalui beberapa heimmr - alam - sebelum bisa mencapai Vanheimmr. Saat ini mereka baru saja keluar dari perbatasan antara Asgard dan Alfheimmr, sesuai yang beberapa saat lalu dikatakan oleh Auvrandil.
“Apa kau lelah?” tanya Auvrandil. Sudah sejak beberapa jam mereka berjalan - BERJALAN! ASTAGA!! Apa tidak ada alat transportasi di dunia antah berantah ini??? - meninggalkan pondok penginapan dimana semalam mereka bersitirahat.
Kemarin saja setelah meninggalkan istana, mereka seharian berjalan - tentu saja sembari beristirahat sebentar di alam bebas untuk sekedar melemaskan otot, sebelum akhirnya memutuskan untuk memilih penginapan yang terletak paling dekat dengan perbatasan dua heimmr karena matahari sudah tak lagi tampak.
Ada satu matahari disini, sepenglihatan Yuzuna. Dan ada beberapa bulan dengan berbagai ukuran, seperti yang semalam dilihatnya dari balik jendela kamar penginapannya.
Yuzuna menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Auvrandil. Nada pertanyaannya menyiratkan sedikit kecemasan.
Walaupun tadinya saat sebelum memulai perjalanan, Auvrandil tampak sungguh enggan, hampir seperti kecewa dan marah (kepada diri sendiri) terhadap Yuzuna, tentu saja karena ketinggi-hatian Yuzuna, yang sama sekali tak pernah disangka oleh Auvrandil ; namun, Yuzuna tetaplah seorang gadis yang ketahanan fisiknya tak akan lebih kuat dari lelaki. Well, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Auvrandil.
“Tidak masalah” sahut Yuzuna sesaat setelah dia menggeleng tadi. Perjalanan mereka sampai saat ini lebih banyak diam satu sama lain. Bicara pun hanya sepatah dua patah kata basa-basi.
Sesungguhnya banyak hal2 yang Yuzuna lihat sepanjang perjalanan, yang amat sangat menarik hatinya, membangkitkan penasarannya. Asgard bagaikan surge, dan mirip dengan penggambaran2 dunia fantasi tempat hidup makhluk2 dongeng yang sering didengarnya. Dan sepertinya Alfheimmr juga tak kalah indahnya dengan Asgard.
Auvrandil tak kuasa untuk tidak melirik ke arah Yuzuna, bisa dikatakan hampir setiap jam - oke, setiap setengah jam.. errr… OKEEE ,, setiap keinginan untuk melirik Yuzuna menggelitiknya ; dan itu bisa dikatakan setiap saat, HAHA silakan ketawa - hampir saja Auvrandil menonjok muka nya sendiri karena dorongan konyol untuk selalu melirik ke arah Yuzuna.
Tak bisa dipungkiri, mengesampingkan betapa sombong, tinggi hati dan tak mau kompromi nya sang gadis tercantik dari dunia lain ini, gadis yang berjalan di sebelahnya ini memang sungguh luar biasa jelita. Para puteri Asgard pun Auvrandil yakin akan bisa mengiris pergelangan tangan mereka sendiri apabila melihat kejelitaan Yuzuna, terbakar oleh rasa cemburu mereka, dan mungkin akan mengharapkan kematian Yuzuna secara terbuka ataupun diam2.
Dan yang lebih luar biasa lagi adalah bahwa gadis ini tidak pernah mengeluh sama sekali sepanjang perjalanan, apalagi keluhan kelelahan, sama sekali tak pernah terucap dari bibirnya. Gadis ini lebih banyak diam, berjalan mantap dengan tatapan lurus ke depan, walau sesekali Auvrandil menangkap sesuatu dalam tatapan dan ekspresi gadis ini yang menyerupai rasa kagum dan penasaran. Sepertinya gadis ini memang tangguh luar biasa. Auvrandil tak melihat sedikitpun jejak kelelahan dan keringat dari gadis ini.
Gadis lain, baik puteri Asgard ataupun negeri manapun, mungkin sudah akan rewel dan meminta kereta atau kuda untuk mengangkut mereka.
Mereka memang tidak memakai alat transportasi karena akan terlalu mencolok. Kuda saja tidak bisa mereka pakai, setidaknya sampai nanti setelah mereka mencapai Midgard. Tentu saja karena kuda2 di heimmr atas - Asgard dan Alfheimmr - adalah kuda2 unggul keturunan Pegasus ataupun unicorn yang akan sangat mencolok dengan ukuran tubuh yang bisa hampir 2 kali besar tubuh kuda biasa. Mereka harus menunggu hingga sampai ke Midgard sebelum mereka bisa mendapatkan kuda ras Midgard yang tak mencolok.
Mereka baru saja memasuki hutan, setidaknya begitu sesuai penglihatan Yuzuna. Hanya saja hutan ini sungguh berbeda dengan suasana hutan biasa. Hutan ini… tampak seperti… surealis… Pohon2 tingginya berbatang hampir lurus dengan warna muda hampir putih, beberapa berpendar bagai mutiara, kanopi di atasnya berwarna hijau-biru dan berkerlip2 bagai permata, tanah di bawah mereka ditumbuhi lumut dan sesemakan berwarna hijau biru juga, dan penuh dengan semacam benang sari - benang sari melayang rendah…
Wow…
Yuzuna menghentikan langkahnya. Mendadak merasa sayang untuk menginjak bantalan hijau-biru di bawah kakinya.
“Ada apa?” Auvrandil menyadari Yuzuna yang tertinggal di belakangnya. Diapun berbalik, dan sejenak terpana melihat pemandangan di hadapannya. Sang gadis dari dunia lain, memakai mantel panjang berkerudung sewarna tanah yang sedikit berpendar - karena mantel itu terbuat dari bahan terbaik Asgard, yang akan melindungi pemakainya dari apapun juga. Ya, apapun juga, secara harafiah - wajahnya yang luar biasa cantik, dengan warna kulit hampir sewarna salju, pipi yang merona merah muda, bibir merekah sewarna mawar, dan tak lupa mata sewarna batu mulia zamrud yang sungguh menyita perhatian… rambut indahnya yang sekelam malam dipermainkan angin semilir… berdiri di antara pepohonan Alfheimmr dan latar belakang hutan surealistik Alfheimmr…
Sang pangeran Asgard itu menelan ludahnya. Pemandangan di hadapannya sungguh melebihi luar biasa indah, dengan sang gadis dari dunia lain itu sebagai pusatnya. Gadis ini… pastinya adalah seorang puteri raja pula di dunia asalnya, dan sudan tentu dunia asalnya juga tak kalah indah dari Asgard maupun Alfheimmr - pikir Auvrandil. Gadis bernama Yuzuna ini tak akan kalah bersaing dari puteri Alfheimmr yang terkenal akan kejelitaannya. Gadis ini bahkan bisa disalahartikan sebagai makhluk Alfheimmr itu sendiri.
“Kau sendiri yang kenapa? Kenapa memandangku sepert itu…! Tak sopan…” gerutu Yuzuna pelan, tak sanggup untuk merasa kesal karena pengaruh keindahan suasana di sekitarnya. “Ini… tempat apa…?”
Akhirnya satu pertanyaan terlontar juga dari Yuzuna. Ini juga merupakan pertama kalinya Yuzuna mengawali pembicaraan ataupun suatu topik.
Mau tak mau Auvrandil harus mengulum senyumnya, ada sedikit rasa kemenangan saat mendengar pertanyaan Yuzuna, entah atas dasar apa. “Ini Hutan Sutera, yang merupakan batas terluar Alfhemmr dengan Asgard. Indah ya…?”
Sedikit trance, Yuzuna berjalan kembali, mendekat ke arah Auvrandil berdiri “Alfheimmr…”
“Alam para Alfar” sahut Auvrandil.
Yuzuna mengerjap, seperti baru saja menyadari sesuatu. Minat Yuzuna sangat besar di bidang arkeologi, dan sedikit banyak mitos pun menarik perhatiannya. Dia sudah penasaran setengah mati saat tahu bahwa nama alam Auvrandil berasal adalah Asgard, dan sekarang ini Alfheimmr…??? Oh Tuhan, bila memang benar ini Alfheimmr yang itu.. maka alam yang baru saja mereka masuki ini adalah negeri para… elf…??? Elf yang itu…? Atau bukan…??? Pikiran Yuzuna melayang akan seseorang dari dunianya.
Auvrandil sendiri juga bagai tersihir oleh suasana sekelilingnya, dan oleh ekspresi gadis dari dunia lain ini. Bila tadi dirasanya gadis ini tanpa rasa lelah hanya ingin tetap berjalan dan bergegas segera mencapai tujuan mereka, bagai tak akan berhenti sebelum sampai tujuan dan hanya itulah yang menjadi alasan bagi sang gadis untuk tetap bergerak, segera menuntaskan tugasnya, maka sekarang sang gadis lebih merasa… santai..?
“Mari, aku tahu jalan tercepat untuk melanjutkan perjalanan kita” kata Auvrandil akhirnya, berderap berjalan lagi. Sebagian karena dia sudah tak kuasa untuk menatap kejelitaan Yuzuna, dan karena dia baru saja sadar bahwa waktu terus bergulir dan mereka tak bisa berlama2 disini.
# 26.
Demi apa…??? Yuzuna merasa harus menunduk saat dia dan Auvrandil dibawa berhadapan dengan seseorang yang dikatakan sebagai raja tertinggi Alfar, Raja Yngvi. Dia sama sekali tak merasakan dorongan yang sama dengan sang raja Asgard, ataupun Auvrandil sang pangeran Asgard, namun ini…
Di hadapannya berdiri dari duduknya di singgasana permata, sang Raja Alfheimmr, Yngvi, yang tampak sangat… dewa?? Di dalam penglihatan Yuzuna. Seluruh profil sang raja bagai memancarkan suatu cahaya, dan auranya sungguh… bersih…???
“Dan siapakah puteri jelita yang kau bawa ke hadapanku ini, Auvrandil sang pangeran kejora dari Asgard?” tanya YM Yngvi. Suaranya pun mengalun merdu.
Auvrandil menunduk dengan sebelah tangan ditangkupkan ke dadanya “YM Yngvi, hamba membawa ke hadapan anda, seorang puteri dari dunia lain, tuan puteri Yuzuna”
Dan sampai pada saat namanya disebut, dengan khidmat Yuzuna membungkuk member hormat dengan seksama dan postur yang sempurna, hal ini membuat Auvrandil terpana lagi.
Auvrandil hampir tak pernah menyangka sang puteri dunia lain yang luar biasa sombong ini bisa sekhidmat itu dalam memberi penghormatan! Dan walaupun gadis ini membungkukkan separuh badannya, namun tak ada sedikitpun kesan menghamba darinya, yang terlihat adalah suatu tatakrama yang terasah dengan sempurna.
Hingga sang raja Alfar pun sadar ataupun tidak, membalas bungkukan hormat Yuzuna…!
Gadis dari dunia lain ini sudah pasti seorang puteri raja.
“Aku sudah mendengar tentang dirimu dan apa yang tengah terjadi di Yggdrasil ini” lanjut YM Yngvi, setelah membalas penghormatan Yuzuna. “Aku bahkan sudah menyangka bahwa kau sudah pasti adalah seorang gadis dari dunia lain yang sangat luar biasa dalam segalanya, namun aku tak menyangka, kau melebihi pengharapanku, tuan puteri Yuzuna. Aku sungguh berharap kepadamu. Namun entah mengapa, apabila utusan Asgard tidak mengabarkannya kepadaku, aku tak akan tahu situasi buah Yggdrasil di Vannheimr. Ada sesuatu yang juga luar biasa yang bagai menutupi situasi buah Yggdrasil itu. Aku masih merasakan apel emas”
Auvrandil terhenyak “Apa benar…? Karena… itu tidak mungkin, YM Yngvi… apel emas terdahulu…” dan Auvrandil pun harus terdiam. Apa yang dikatakan oleh raja Alfar itu menyadarkannya akan sesuatu, walau dia tak yakin apa itu.
“Kemarilah…” YM Yngvi membawa Auvrandil dan Yuzuna menuju keluar balkon singgasananya yang tinggi menjulang di atas suatu tebing, yang luar biasanya, Yuzuna sama sekali tak menyangka bahwa dia berjalan naik ke atasnya tadi, tanpa merasakan apapun!
YM Ingvi menunjuk ke suatu tempat nun jauh disana “Langit Midgard… tak lagi kelabu. Aku merasakan energi apel emas dari sana. Ini memang aneh… karena seperti katamu Auvrandil… ini tidak mungkin… Namun lihatlah di timur… langit Jotunheimmr bergolak… Perasaanku sungguh tak enak…”
Baru saja YM Yngvi selesai menyuarakan kecemasannya, dari arah pintu besar ruang singgasana, masuk seorang alfar yang luar biasa tampan, maskulin dengan tubuh tinggi dan tidak langsing seperti YM Yngvi. Alfar yang ini tampak lebih muda dari YM Yngvi, walau tak lebih muda dari Auvrandil, dengan sosok tegap dan gagah serta postur yang Yuzuna bisa mengiranya sebagai seorang prajurit angkatan darat.
“Ayahanda” panggilnya. Putera YM Yngvi…???
“Jorund” Auvrandil tersenyum dan melempar salut kepadanya dengan gaya kasual!
“Auvrandil” dan si lelaki bernama Jorund yang sudah pasti pangeran Alfheimmr ini nyengir! “Daaann..” pandangannya terpaku ke Yuzuna, terpaku, tak berkedip, terpana, ternganga, nyaris jatuh rahangnya ke lantai!
“Hamba Yuzuna” dan sekali lagi Yuzuna menunduk menghormat dengan khidmat.
Jorund menelan ludah. Ya dia juga sudah mendengar tentang gadis yang tercantik di antara yang tercantik dari dunia lain ini, tapi tak menyangka akan seluarbiasa ini…
“Ada apa Jorund?” sela YM Yngvi, yang menyadari dan memaklumi sikap puteranya, yg jelas2 terpana dan terpikat pada sang gadis dari dunia lain ini, namun tentunya puteranya tidak datang dengan tergopoh2 menemuinya hanya untuk melihat sang gadis dari dunia lain ini kan?
“Oh..!” Jorund tersadar “Itu… ada situasi yang sangat genting yang baru saja saya dapati” sejurus kemudian Jorund menjadi lebih dari sekedar serius “Jotnir berhasil melewati pegunungan dan lautan Ouros, mereka menyerang Midgard!”
***
Tanpa bertanyapun, Yuzuna bisa mengumpulkan dan menyerap informasi tentang situasi yang sepertinya sangat genting yang tengah dihadapi dunia Yggdrasil ini dari percakapan nyaris simpang siur dan tumpah tindih antara raja dan para pangeran di depannya ini. Dan saking fokusnya Yuzuna menyerap informasi, tak disadarinya seseorang mendekatinya, dan pelan menyentuh lengannya, membuatnya terperanjat!
“Ah..!” pekik Yuzuna.
“Oh.. maaf, aku tak menyangka akan mengagetkanmu.. Kau tampak sangat serius…” seorang gadis, yang Yuzuna pikir seusia dengannya, sangat cantik, begitu bercahaya kulitnya, dan rambutnya yang tergerai panjang menyentuh lantai itu bergelombang indah sewarna kayu mahoni…??? Antara cokelat dan kemerahan, dan ada sedikit sulur2 emas tua diantaranya. Matanya indah besar dan bulat dengan bola mata bening berwarna hijau-biru seperti lumut di hutan sutera tadi.
“Aku Ingeborg, puteri Alfheimmr, bila kau hendak bertanya siapa aku” dan gadis cantik yang ternyata puteri Alfar itu tersenyum lebar “Kau persis seperti yang kubayangkan. Kurasa para lelaki disana itu” tunjuknya pada ayahnya, saudara laki2nya dan Auvrandil “sama sekali tak punya imajinasi akan seperti apa itu gadis tercantik diantara yang tercantik, melihat reaksi mereka saat melihatmu. Kurasa Auvrandil juga sama?”
Yuzuna hanya bisa membulatkan matanya. Suatu perasaan aneh menggelitiknya. Yang di hadapannya ini adalah puteri Alfheimmr yang luar biasa cantik… bagaimana bisa harus sampai dirinya dipanggil kemari sebagai yang tercantik di antara yang tercantik? Belum lagi kesan yang didapatkannya dari puteri alfar ini yang bagaikan roh pohon oak yang kuat dan sangat mampu berdiri di atas kaki sendiri, kokoh dan tak tergoyahkan. Puteri negeri elf… warna mahogany indah dan sedikit tidak manusiawi yang ada pada diri Ingeborg ini mengingatkannya pada seseorang yang memiliki warna mata yang serupa.. Rasa penasaran semakin melingkupinya. Dia harus menanyakannya! Tidak, bukan kepada puteri yang ini… tetapi kepada ‘puteri’ yang lain, dan untuk melakukannya, dia harus bisa kembali lagi ke dunianya - walau untuk bisa kembali, dia harus mengerjakan ‘tugas’ yang membuat dia dipanggil ke negeri antah berantah ini.
“Apa kau tahu mengapa kau sampai harus dipanggil? Mungkin kau berpikir apakah tidak ada gadis tercantik diantara tercantik di dunia kami ini hingga kau harus dipanggil? Kabar burung mengatakan, apel emas yang menopang keseimbangan Yggdrasil yang tadinya dimiliki oleh Ratu Freyja, ibunda pangeran Auvrandil, yang merelakan dirinya untuk diperistri seorang raja negeri Midgard, meninggalkan ke vanir-an nya, yang dahulu adalah yang tercantik di antara yang tercantik di Yggdrasil, telah menemukan yang melebihi YM Freyja kecantikannya. Seorang puteri Mannheimmr kabarnya. Namun bukan dia. Walau benar puteri maor itu memang pada awalnya adalah yang menyebabkan apel emas kehilangan jatidirinya, namun apel emas tidak memanggil puteri maor itu” Ingeborg mengedipkan sebelah matanya dengan sedikit nakal “Tak ada yg tahu ini, apalagi para lelaki tanpa imajinasi disana itu, namun kurasa kau harus tahu. Aku mohon jangan katakana apapun, dengarkan aku saja dan jangan tanyakan apapun padaku, karena kau akan mengetahui nya saat kau pergi ke Cor Caroli, negeri yang ada di bawah pimpinan YM Freyja di Midgard. Apapun yang terjadi, bukan puteri maor itu yang diinginkan buah2 Yggdrasil. Bukan dia”
Yuzuna memang tak sempat memberi respon apapun juga, karena Ingeborg, seperti munculnya dia yang bagai begitu saja muncul, maka kepergiannya juga tanpa bisa dicegah,tahu2 saja angin bagai menyapu keberadaan sang puteri alfar itu, dan sekejap mata, sang puteri alfar sudah melambaikan tangannya dengan ceria dari bawah balkon, di antara pepohonan rimbun yang tadinya berwarna kebiruan, namun saat Ingeborg mendekatinya, warnanya langsung berubah sewarna rambut Ingeborg!
Dan kemudian yang Yuzuna tahu bahwa dia sudah ada di atas seekor kuda yang lebih besar dari kuda biasa, dengan surai panjang, dan bulu serta surai sewarna langit malam. YM Ingvi berkata bahwa kuda ini keturunan Pegasus dan bisa membawa penunggangnya secepat angin ke tempat tujuan. Dilihatnya Auvrandil dan Jorund juga menaiki kuda dengan ukuran yang sama namun berbeda warna bulu dan surai.
Ketiganya pun segera mengarahkan tunggangan luar biasa mereka ke arah Midgard, dengan kepala Yuzuna yang masih bekerja keras mencerna perkataan Ingeborg sebelumnya, tanpa bisa memikirkan dan mendengarkan hal lain.
#27.
Terengah2 adalah keadaan Snow White saat ini. Dia sudah tak sanggup mengikuti langkah-langkah panjang Hrodvitnir, belum lagi jalan yang terjal sampai harus mendaki bukit2 berbatu, dan sepertinya Hrodvitnir sama sekali tak melambatkan laju langkahnya sama sekali.
Hrodvitnir tak peduli. Snow White, sang puteri maor ini beban. Ya, beban untuknya. Dia hanya membutuhkan puteri maor ini hanya untuk mengkonfrontasi Ratu Freyja, untuk memaksa sang ratu melepas segel dan kutukan atas dirinya.
Nyaris Hrodvitnir merasaka bahwa keputusannya untuk membawa serta sang puteri maor ini salah besar, karena puteri maor ini sama sekali tidak bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Berkali2 Hrodvitnir mendapati dari ujung matanya, terlihat sang puteri maor terseok2 dan beberapa kali melorot beberapa kaki ke bawah bukit yang mereka daki. Hridvitnir yak sudi untuk melambatkan langkahnya ataupun menunggu, hingga jarak antara keduanya semakin jauh.
Kalau puteri maor itu sampai disingkirkan oleh sang ratu agung Freyja, maka setidaknya puteri maor ini memiliki sesuatu yang memang layak membuat sang ratu Freyja merasa harus menyingkirkannya. Tapi dia belum melihat hal itu dari sang puteri. Dia jadi bertanya2, untuk apa Freyja menyingkirkan puteri maor lemah tak berguna ini?
Namun, tak berapa lama kemudian, Hrodvitnir harus mau tak mau menghentikan langkahnya. Pendengarannya yang tajam menangkap sesuatu, dan insting pejuangnya menyuarakan peringatan akan sesuatu yang sangat amat buruk -
Snow White hampir kehilangan pandangannya akan sang lelaki bertubuh besar yang menyerupai serigala itu, yang berjalan tanpa ampun menerabas alam liar hutan Svartalfar dengan kecepatan mengerikan, dan sama sekali tak memedulikannya yang berulang kali terjerembab.
Sekujur tubuhnya sudah kotor oleh tanah dan lumpur, bajunya juga sudah kehilangan warna aslinya, dan luka serta lecet menghiasi bagian2 tubuhnya dengan rasa perih dan bekas darah yang mulai mengering. Tak terasa, Snow White konstan menangis sepanjang perjalanan tanpa dia sadari. Wajahnya juga sudah kotor oleh keringat, tanah, lumpur kering dan bekas air mata. Bibirnya yak henti merintih pelan, namun dia tahu dia harus terus berjalan.
Dia tahu tak ada seorangpun lagi disini yang bisa diandalkannya. Tak ada para abdi istana yang selalu selalu selalu memenuhi setiap keinginan dan menemaninya. Hutan Svartalfar ini juga berbeda dengan hutan di dekat kerajaannya yang penuh dengan hewan2 kecil lucu yang dengan penasaran selalu mendekatinya dan merubungnya, yang membuatnya tak pernah takut sendirian di hutan.
Akan tetapi sejak malam dia diculik dari kamarnya, dan dibawa pergi masuk ke dalam hutan terlarang hingga mencapai Svartalfarheimm, Snow White tak pernah merasa aman lagi di manapun, terutama di dalam hutan. Walaupun matahari menyorot dari balik kanopi hutan di atasnya, bersinar cerah, hingga suasana hutan Svartalfar yang dilalui nya ini tak lagi gelap seperti saat pertama dia tersadar, namun…
Puteri maor itu tiba2 merasa heran, membuat langkah kakinya semakin pelan nyaris berhenti. Baru tersadar bahwa langit di atasnya tak lagi mendung! (oke… si snowet ini ternyata juga lemot)
Dan rasa herannya membuatnya juga tak menyadari sekelilingnya, dan akan sesuatu yang menyambar ke arahnya -
#28.
“Haduwh!!” pekik Dragan sekali lagi, lebih kepada kaget, saat kepalanya lagi2 terantuk langit2 semacam goa yang harus dia lewati demi mencapai cahaya di ujung sana.
“Bukannya tadi juga sudah kejedot kepalamu heh?!” komentar Shinisa. Dia pun tadi sekali sempat terantuk langit2 goa, saat dia dan Dragan keluar di ujung lain cermin dimensi, yang ternyata terkubur di semacam ruangan bawah tanah lembab minim udara dan hampir menyerupai bengkel pengrajin gerabah atau cermin yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Penuh peralatan pertukangan ruangan tadi sekilas dilihat oleh kedua pemuda ini sebelum mereka secepatnya mengikuti insting untuk menemukan jalan keluar dari ruangan bawah tanah gelap tadi.
Ternyata jalan keluarpun berupa goa sempit berlangit2 rendah, membuat keduanya harus menunduk hampir separuh badan untuk bisa melewatinya.
Dragan diam tak menjawab komentar Shinisa. Tanah rontokan dari langit2 goa terus menerus rontok ke kepalanya dan mengotori matanya. Walau dalam hati dia ingin menggerutu juga, namun dia tahu tak ada gunanya. Mereka harus segera keluar dari lubang cacing ini.
Ujung berlimpah cahaya itu mendekat dengan cepat dan dalam beberapa meter saja keduanya sudah mencapai udara segar, keluar dari lubang goa seukuran tinggi anak SD itu.
“Akhirnya…” desis Dragan.
Mereka disambut oleh suasana hutan lebat dengan semak2, rumput dan pohon2 tinggi, dan cuaca cerah tanpa awan.
Namun mereka berdua harus berpandangan saat merasakan ada yg ganjil dengan keadaan sekitarnya.
Hutan ini… terlalu sunyi.
Namun belum sempat keduanya bertukar pikiran lebih lanjut, sebuah teriakan yang terdengar berasal dari seorang gadis membahana memecah kesunyian, membuat kedua pemuda itu serta merta tunggang langgang berlari menuju arah suara.
*** TBC~~~
hahfuhhh~~~~