Love Fool

Jan 05, 2012 13:20

tee-hee..tidak lengkap rasanya obsesi ku pada QAF tanpa menulis ficcie nya ^^
Sebenarnya, ini hanya "terjemahan bebas" dari adegan "eat some fucking chicken soup" yang terkenal itu, hanya ditambah sedikit pada bagian akhir. Kemudian, judul. Gosh, aku paling tidak ahli dalam membuat judul, jadi lupakan saja judul itu.

Fandom: Queer As Folks
Rating: 14 tahun ke atas (mengingat anak-anak sekarang yang cepat sekali dewasa)
Genre: Romance
Pairing: Brian - Justin
Warning: Un-beta'd, slight violence, harsh language, kissing, and hot soup
Summary: ingat adegan "eat some fucking chicken soup"? Ya.. itu... ^^

****

Kepercayaan diri Brian tercabik. Kanker prostat yang dideritanya telah merenggut kesempurnaan yang didewakannya selama ini. Dan dia belum siap untuk menunjukkan ketidaksempurnaannya itu pada Justin. Pada orang yang dia ingin selalu terlihat sempurna di matanya.

Brian tidak hanya menutupinya pada Justin tapi juga pada teman-temannya. Dia tidak ingin menerima tatapan penuh simpati dari mereka. Menerima simpati dari orang berarti menerima kekalahan dan itu sama sekali bukan dirinya.

Dan Brian ingin mereka berpikir bahwa dia pergi ke Ibiza untuk bersenang-senang dengan para gay di sana. Brian tidak ingin mereka tahu bahwa dia pergi John Hopskin Hospital untuk mengangkat kanker prostate yang dideritanya.

Tapi Justin bukanlah sekedar si-pirang-dengan-bokong-menawan, Justin cerdas, Brian tahu itu. Dan ketika Justin akhirnya tahu keadaan yang sebenarnya, Brian hanya bisa mendorongnya menjauh dari dirinya, mengusirnya dari loft tanpa penjelasan apa-apa.

Tapi Brian lupa. Dia telah berusaha menyingkirkannya sejak mereka menghabiskan malam pertama mereka, dan kenyataannya Justin masih bersamanya hingga saat ini, bertahun-tahun kemudian.

“Aku sudah meyuruhmu keluar dari loft kan…”, kata Brian ketika hari itu, sepulang dari kantor mendapati Justin sedang sibuk di dapur, memasak, hal yang biasa dilakukannya selain menggambar.

“Hemm.. aku pasti tidak mendengarnya. Kadang ucapanmu tidak jelas sih. Hey, kamu mau sup, ini resep dari Debby,” jawab Justin santai, tidak memperdulikan nada kesal dari Brian.

“Pantas perutku rasanya tidak enak. Dengarkan aku baik-baik, bocah sialan: AKU. TIDAK. INGIN. KAU. ADA. DISINI”

“Aku tidak peduli apa yang kau inginkan”, Justin tetap terpaku dengan masakannya.

Brian mendekatinya dan menyeretnya keluar dari belakang kitchen set. Dia yang masih dalam proses penyembuhan tak kuasa melawan Justin yang berusaha mengelak dari cengkramannya, Brian terjatuh…

“Oh…Brian, kau tidak apa?”

“Aku baik-baik saja”, Brian mengerang

“Tidak, kau tidak ‘baik-baik saja’”

“Lalu, kenapa bertanya?!”, Brian menjawab dengan nada tinggi, menepiskan tangan Justin yang mencoba membantunya berdiri. Kemarahan, harga diri dan ketakutannya bercampur menjadi satu.

“Agar aku bisa mengatakan betapa brengseknya kamu. Untuk tidak memberitahuku, untuk menjauhkanku, berpikir kau bisa menghadapi semua sendirian. Dan yang terutama berpikir bahwa aku akan meninggalkanku. Bisa-bisanya kau berpikir seperti itu! Karena kau sudah tidak lengkap lagi? Karena kau sudah tidak sempuna lagi? Ketahuilah, Tuan Kinney, itu hanyalah bagian kecil dari ketidaksempurnaanmu! Dan jika aku ingin meninggalkanmu, aku punya alasan yang lebih baik, banyak sekali!”

Brian tahu Justin bukanlah tipe orang yang suka menahan diri. Dia akan mengatakan apa yang dia rasakan, yang dia inginkan, tanpa tedeng aling-aling apapun resikonya. Dan kali ini, rentetanya kata-katanya membuat Brian terdiam.

“Kalau begitu, seharusnya kau meninggalkanku”, hanya itu yang bisa diucapkan Brian.

“Yah..mungkin kau benar, mungkin aku seharusnya meninggalkanmu. Tapi kupikir kita punya komitmen dan aku memilih untuk tinggal, bersamamu”

Justin diam sejenak sebelum meneruskan kata-katanya,” Sekarang kembali ke tempat tidur dan makan sup itu, dasar brengsek tidak tahu diuntung!”

Justin menarik nafas, menunggu reaksi Brian. Ketika Brian tidak berkata apa-apa dan berjalan pelan menuju tempat tidur, dia mengikutinya dari belakang sambil membawa semangkuk soup.

Justin menyelipkan bantal di bawah kepala Brian, agar posisinya kepalanya lebih tinggi, kemudian mulai menyuapi Brian.

“Aku bisa melakukannya sendiri, aku bukan orang cacat”

“Tapi aku ingin melakukannya…”

“Tapi ini konyol dan memalukan…”

“Brian, tidak ada yang konyol dan memalukan untuk menunjukan pada orang yang kita sayangi kalau kita peduli dan sayang”

Mendengar ucapan Justin, tidak ada yang dapat Brian lakukan selain merengkuh kepala Justin dan menciumi wajahnya.

“Sup?,” Justin berbisik di bibir Brian

“Kamu…”
****

Ok, selanjutnya, aku janji akan bikin ficcie yang bukan "terjemahan" :DD

fanfiction, britin, britin ff, queer as folk

Previous post Next post
Up