FF HSJ : Song

May 17, 2017 09:53

Title : Song
Author : bluesatellite4
Genre : Romance
Character(s) : Yaotome Hikaru, Chinen Yuri

Hikaru suka menulis lagu. Kadang-kadang dia suka berdiam diri di ruang musik hingga sore hari untuk menemukan inspirasi lirik lagu. Setelah itu dia akan mencoba membuat melodinya. Hikaru melakukannya hanya untuk iseng, mengisi waktu luang. Meskipun begitu, Hikaru melakukannya dengan serius.

Terkadang Hikaru butuh inspirasi untuk menulis lirik. Terkadang inspirasi itu sulit datangnya. Tidak jarang Hikaru menghabiskan waktu berjam-jam di ruang musik tanpa menuliskan satu kata pun, karena tidak ada inspirasi yang mau hinggap di kepalanya. Seperti hari ini.

Di luar ruang musik ada sebuah lapangan. Cuaca hari itu sangat cerah. Langit mulai kemerahan seiring dengan matahari yang mulai turun. Pohon sakura di tengah lapangan itu masih menggugurkan bunga-bunganya. Semua terlihat sempurna bak lukisan. Tapi tidak ada satupun yang bisa menjadi inspirasi Hikaru untuk menggerakkan pensilnya. Apa hari ini tidak menulis lagi... Pikir Hikaru gusar. Akhirnya Hikaru memutuskan untuk membuka jendela ruang musik, ingin merasakan angin. Barangkali, nanti ada inspirasi yang tertiup masuk ke kepalanya. Dan tiba-tiba matanya mencelat.

Di bawah pohon sakura yang biasanya kosong itu, Hikaru melihat sosok pemuda bertubuh kecil duduk di sana, memangku sebuah buku. Nampaknya dia sedang membaca, tapi matanya setengah tertutup. Bulu matanya panjang. Wajah babyface-nya putih merona. Bibirnya merah dengan curve yang unik, tampak seperti tersenyum. Dia tidak menyadari kelopak bunga sakura yang hinggap di ujung hidungnya yang mancung.

Anak laki-laki itu, dia tampak indah di mata Hikaru. Tanpa sadar Hikaru memandangi anak itu dan tidak lagi ingat pada kertas liriknya.

==========================

Besoknya, Hikaru kembali membuka jendela ruang musik. Ada anak laki-laki itu lagi di bawah pohon sakura. Dia memilih-milih buku dari tasnya. Benar, pikir Hikaru, anak itu tampak cantik sekali. Dan Hikaru merasa betah memandanginya.

Sampai beberapa hari, Hikaru hanya memandangi anak itu dari balik jendela ruang musik. Menyaksikannya duduk diam di bawah pohon sakura sambil membaca buku, kemudian terlihat seperti lukisan. Sampai saat ini, Hikaru tidak tahu siapa dia. Yang diketahui Hikaru hanyalah anak laki-laki itu memang siswa di sekolah ini, sekolah yang sama dengan Hikaru. Mungkin dia adik kelas Hikaru, jadi dia tidak mengenalnya.

Seharusnya Hikaru tidak boleh seperti ini. Seharusnya dia menyapa anak itu seperti manusia normal, bukannya melihat diam-diam dari kejauhan. Tapi Hikaru takut membuatnya merasa tidak nyaman. Anak itu selalu sendirian, dan Hikaru pikir pasti ada alasannya. Hikaru tidak ingin membuat anak itu berpikir lapangan itu bukan tempat menyendirinya lagi, lalu pergi mencari tempat lain. Hikaru tidak ingin membuatnya meninggalkan tempat itu. Terutama dengan kenyataan bahwa beberapa hari ini, tangannya dengan lancar mampu menuliskan bait-bait lagu kembali.

========================

Bukankah bunga sakura sangat indah?
Tapi ku pikir kau lebih indah daripada bunga sakura
Kau tahu bagaimana bunga sakura bisa mewarnai april ku
Tapi kehadiranmu mewarnai seluruh hidupku

Ah, ini sih gawat, pikir Hikaru. Dia menatap kertas lirik yang penuh dengan coretan tulisannya. Berkali-kali dia membaca kalimat yang dia tuliskan itu. Semua kalimatnya membicarakan anak laki-laki di bawah pohon sakura itu. Seorang anak laki-laki yang tidak diketahui namanya oleh Hikaru tapi sangat membekas di ingatannya.

Hikaru jadi bingung. Kenapa dia terus-terusan memikirkan anak itu? Apakah karena dia sedang menggunakan anak itu sebagai inspirasi lagunya? Apakah setelah lagu ini selesai, dia akan melupakan anak itu?

Hikaru tidak mau menjawab. Dia tidak tahu mau menjawab apa.

========================

Tiba-tiba kertas lirik Hikaru telah terisi. Lirik lagu itu telah selesai. Hikaru tidak tahu apa dia merasa senang atau tidak, tapi kakinya tanpa sadar melangkah ke ruang musik dan membuka jendela yang menghadap lapangan itu. Hari masih siang, dan Hikaru tidak menemukan anak laki-laki itu di bawah pohon sakura yang sudah kehilangan kelopak bunganya. Hikaru menghela napas. Dia merasa tidak puas. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Hikaru!" tiba-tiba ada yang memanggilnya. Hikaru menoleh dan mendapati beberapa orang temannya bertengger di depan pintu ruang musik. Mereka masuk tanpa permisi-walaupun mereka memang tidak memerlukan ijin karena ruangan itu bukan milik Hikaru.

Teman-temannya itu-Yabu Kota, Nakajima Yuto, Okamoto Keito, dan Inoo Kei-adalah teman yang sering bermain musik dengannya. Ya, hobi musik lah yang membuat Hikaru suka menulis lirik lagu. Kadang-kadang lirik lagu yang dia buat mereka tampilkan saat acara-acara sekolah.

Yabu, teman terdekat Hikaru, menyadari secarik kertas yang dipegang Hikaru dan langsung mengambilnya.

"Oh, sudah ada lirik lagu yang baru ya?" Yabu membaca lirik itu dan otomatis teman-teman yang lain ikut menoleh. Hikaru bingung mau mengatakan apa.

"Wah tumben temanya begini," komentar Yuto.

"Tapi sepertinya ini bagus," kata Keito.

"Kalau begitu bagaimana kalau aku buatkan melodinya?" tawar Inoo, tiba-tiba bersemangat. Yang lain langsung mengangguk setuju.

"TUNGGU DULU!!" teriak Hikaru, langsung membuat teman-temannya kaget.

"Kenapa Hika? Ngga usah teriak juga kali," kata Yabu heran. Hikaru menggaruk belakang kepalanya.

"Itu... Aku merasa harus minta ijin dulu," gumam Hikaru.

"Hah? Minta ijin ke siapa?" tanya  Inoo.

"...orang..." jawab Hikaru tidak jelas.

"Siapa? Kamu di bantu seseorang nulis ini?" tanya Yuto. Hikaru menggaruk rambutnya bingung.

"Ayo kita minta ijin sama-sama sekalian bilang terima kasih," kata Keito.

"Argh!!! Bukan begitu!!!" Hikaru menjerit, lalu dia merebut kertas liriknya dari Yabu dan berlari keluar dari ruang musik. "Jangan ikuti aku!!!" teriak Hikaru pada teman-temannya.

Yabu, Inoo, Yuto, dan Keito hanya bisa bertatapan heran.

========================

Hikaru adalah siswa kelas tiga, jadi dia memang jarang melewati gedung kelas satu yang memang terpisah agak jauh dari gedung kelas tiga. Tapi demi muse-nya ini, Hikaru rela berkeliaran liar dari kelas ke kelas untuk menemukan laki-laki manis itu. Karena sedang jam istirahat makan siang, pencarian Hikaru menjadi sedikit sulit. Dia harus memeriksa semua kelas satu yang berjumlah 9 kelas, dan juga memeriksa tempat-tempat lain seperti kantin sekolah, taman sekolah, perpustakaan, dan kamar mandi. Hikaru mati-matian berharap agar dia tidak berselisih jalan dengan anak itu.

Hikaru sendiri jadi bingung kenapa dia tiba-tiba sangat ingin bertemu dengan anak laki-laki itu. Akhirnya dia sadar anak laki-laki itu baru saja dipanggilnya sebagai muse-nya?

Semoga anak itu bukan hanya khayalan gilaku atau makhluk halus yang menggentayangi pohon itu, pikiran Hikaru mulai menggila. Sudah 30 menit dia berkeliaran di gedung kelas satu dan ditonton oleh adik-adik kelasnya.

Untungnya, setelah nekat mengitari perpustakaan (sebenarnya sedang sepi karena anak-anak yang lain tentu saja lebih memilih mengisi perut dulu daripada membaca buku), Hikaru menemukan sosok itu.

Anak laki-laki berwajah manis yang menghantui pohon sakura selama beberapa hari yang lalu. Anak laki-laki yang memberi Hikaru inspirasi. Anak laki-laki yang menjadi muse-nya.

Anak itu sedang melihat rak buku dengan teliti. Kepalanya mendongak menatap bagian rak yang lebih tinggi. Hikaru hanya berdiri diam seperti patung.

Tadi dia mau ngapain ya? Hikaru sedikit ragu apa dia bisa tiba-tiba menyapa anak yang tidak pernah bertegur sapa dengannya ini. Jadi Hikaru hanya menonton anak itu meloncat-loncat, mencoba meraih buku yang terletak tinggi melampaui tubuh pendeknya.

Lalu tiba-tiba anak itu oleng.

"Awas!" dengan sigap, Hikaru menangkap bahu anak itu. Dia tidak mungkin hanya diam melihat anak itu menubruk rak di belakangnya. Anak itu menatapnya sebentar.

"Terima kasih," katanya, dengan senyum sopan. Hikaru kehabisan kata-kata. Setelah beberapa hari men-stalker anak ini, akhirnya Hikaru mendengar bagaimana suaranya. Tinggi, tapi pelan.

Hikaru hanya mengangguk dan melepaskan bahu anak itu. Kemudian dia mulai meloncat-loncat lagi. Hikaru menghela napas.

"Yang mana?" tanya Hikaru. Anak itu tersenyum lebar. Dia menunjuk sebuah buku bersampul merah. Hikaru mengambilnya dengan mudah berkat tubuh tingginya.

"Terima kasih lagi," katanya. Hikaru mengangguk dan otaknya baru berjalan kembali saat anak itu berbalik pergi dari hadapannya.

"Tunggu!" panggil Hikaru, agak keras tanpa sengaja. Anak itu menoleh.

"Ya?"

Hikaru tidak biasanya gugup. Tapi dihadapan anak ini, Hikaru merasa sebentar lagi dia akan menjadi jeli empuk kesukaannya Keito. Oke, pokoknya, pertama-tama memperkenalkan diri dulu.

"Namaku Yaotome Hikaru," kata Hikaru, menjulurkan tangannya dengan awkward. Anak didepannya itu membungkuk.

"Namaku Chinen Yuri," katanya. Kemudian Hikaru sadar mungkin anak ini tidak suka berjabat tangan. Hikaru menarik tangannya.

Chinen Yuri ya? Yuri... Itu nama yang cantik sekali. Sangat cocok untuk si empunya nama. Hikaru tidak menyangka akhirnya dia tahu nama si hantu pohon sakura ini. Dan dia juga tidak menyangka bagaimana tiba-tiba hatinya meloncat kesenangan.

"Ada perlu apa ya?" tanya Chinen Yuri, menyadarkan Hikaru yang daritadi hanya membisu.

"Oh, ya," Hikaru tersadar. Dia harus mengendalikan diri. Tapi apa yang harus dia katakan tanpa terdengar creepy? "Sebetulnya aku..."

Ah, sudahlah. Melihat wajah penasaran Chinen Yuri, akhirnya Hikaru menghembuskan napas panjang dan mulai menceritakan tentang aktivitasnya di ruang musik.

"Maaf, apa kau merasa tidak nyaman?" tanya Hikaru. Chinen Yuri tidak bergeming, wajahnya datar. Itu membuat Hikaru sedikit ketar ketir.

Tapi tidak lama kemudian, Chinen tersenyum. "Tidak apa-apa kok. Yaotome-san kan tidak mengangguku."

Hikaru merasa lega.

"Anu, kemudian..." kenapa sih Hikaru harus merasa gugup?

"Ada apa?" tanya Chinen.

"... Aku membuat lagu yang terinspirasi darimu," melihat wajah imut Chinen, kalimat itu langsung meluncur dari mulut Hikaru. Setelah itu dia merasa malu sekali.

"Wah benarkah? Hebat!" Chinen bertepuk tangan, sepertinya dia sangat senang. Wah, Chinen menanggapinya dengan ringan sekali. Hikaru sedikit tersinggung, padahal dia gugup sekali.

"Lalu... Apa itu tidak apa-apa?" tanya Hikaru.

"Apanya?" tanya Chinen.

"Soal aku yang menggunakanmu sebagai inspirasi tanpa minta ijin padamu," kata Hikaru. Lagi-lagi Chinen terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum lebar. Hikaru merasa Chinen menggodanya.

"Tidak apa-apa kok, aku senang bisa menjadi inspirasi bagi orang lain," kata Chinen, tampak dewasa. Hikaru semakin suka padanya. Eh.

"Boleh aku dengar?" tanya Chinen. Hikaru sedikit kaget dengan antusiasme yang diperlihatkan Chinen.

Hikaru mengangguk. "Tapi belum jadi, belum ada melodinya. Tapi kau akan mendengarnya segera."

"Aku akan menunggu," senyum yang diperlihatkan Chinen terlalu menawan. Hikaru merasa ingin meloncat.

"Kalau begitu, kita bisa terus mengobrol?" tanya Hikaru, mengambil kesempatan.

"Tentu saja. Aku kelas 2-6," kata Chinen.

"Eh, kau kelas dua rupanya," gumam Hikaru, benar-benar kaget. Kalau Chinen kelas dua kenapa Hikaru tidak pernah melihatnya? Padahal gedung kelas dua berdekatan dengan gedung kelas tiga.

"Ini id line-ku," Chinen juga memperlihatkan ponselnya. Hikaru segera menyalin id itu ke line nya. Usaha berkenalan Hikaru benar-benar berjalan mulus. Tanpa sadar, bel masuk kelas telah berbunyi.

"Aku duluan, Chinen-kun," Hikaru tersenyum pada Chinen. Dia harap senyum itu terlihat bagus dan memberi kesan bagi Chinen. Chinen hanya melambaikan tangannya.

Sebetulnya Hikaru masih tidak yakin, apa dia benar-benar telah jatuh hati pada Chinen. Tapi yang jelas, pertemuannya dengan anak manis itu membuatnya sangat senang dan dia merasa bersemangat untuk menemukan inspirasi lain untuk menulis lagu. Atau bahkan, kehadiran Chinen Yuri seorang pun, telah cukup untuk memberinya inspirasi.

===========================

Ketika jam istirahat, speaker kelas berbunyi. Siaran radio sekolah sudah dimulai.

"Lagu berikutnya datang dari band kebanggaan sekolah, JUMP Band, dengan lagu 'Dibawah Pohon Sakura'!!! Silahkan dinikmati!!,"

Chinen mendongak dari buku yang sedang dibacanya. Kemudian dia tersenyum, menikmati lagu itu. Menikmati vocal yang indah, menikmati alunan gitar, bass, keyboard, dan drum yang serasi, dan tentu saja lirik lagunya. Senyum Chinen semakin lebar.
Ternyata seperti itu lah laki-laki itu memandangnya.

=========================

Langit sore yang berlukis merah
Warna sakura yang berguguran diantaranya
Aku melihatmu disana

Apa yang sedang kau pikirkan?
Aku ingin bertanya
Tapi aku tak bisa mendekat
Kau tak tahu aku disini

Bukankah sakura sangat indah?
Tapi ku pikir kau lebih indah daripada sakura
Kau tahu bagaimana sakura dapat mewarnai Aprilku
Tapi kehadiranmu dapat mewarnai seluruh hidupku
Apa kau tahu?
Tidak, kau tidak tahu...

Aku melihatmu disana
Diantara warna sakura yang berguguran
Aku berucap sesuatu yang tidak kau dengar
Kau tak tahu aku ada disini...

==============================
Tamat.

hey say jump, ff, ch: chinen yuri, ch: yaotome hikaru

Previous post Next post
Up