[CHAPTERED / NC21] Distance Between Us Chapter 6

Apr 11, 2010 14:46

Title: Distance Between Us
Author: azura_caelestis 
Rating : PG+13 to NC21 / straight
Casts: Big Bang and OC
New Casts: Yang Seung Ho (MBLAQ), Shirikawa Yuri (non-gasoo), Go Ji Eun (non-gasoo)
Genre: Romance, Drama, Comedy
Length : ? Shots
Part: 6 of ?
Previous Chapters: Distance Between Us Series
Disclaimer: I don't own the character and this story is only a fiction.
A/N: This story is the sequel of my first fan fiction (You're the Key of My Secret). Maybe the plot is little bit flat, but I try to make the scenes in romantic way.

Warning:
If there is no one comment here, I won't post the sixth chapter hohoho....XD
For the friend who does not have Live Journal ID, please comment as ANONYMOUS and write your name in the comment box.



Previous Story...

Min Young--seorang gadis yang memiliki nilai unggulan di sekolahnya--tiba-tiba saja bertemu dengan Seung Hyun di hari pertama sekolah.
Ia membenci kebiasaan Seung Hyun yang berandalan dan ternyata menyimpan banyak rahasia itu.

Sampai suatu hari Mr. Lee--sang guru matematika--menyuruhnya untuk membimbing Seung Hyun yang lebih tua darinya dalam kelompok bimbingan belajar.

Awal dari sebuah penolakan ternyata berujung pada sebuah kisah yang tak terpisahan.

Berbeda lagi dengan kisah Seung Ri.
Sahabat baik Seung Hyun itu ternyata jatuh cinta dengan wanita yang lebih tua darinya.
Segala upaya telah dikerahkan dirinya untuk merebut wanita yang bernama Hee Sung itu, namun sayang. Karena kecerbohannya sendiri, nyawanya hampir saja melayang hanya karena perbuatannya yang ingin melindungi itu.

Semua kisah mengharukan itu ternyata berakhir pada sebuah kisah indah yang ternyata hanyalah sebuah permulaan dari segalanya.

Chapter 6: “Equisite Embrace”

Wajahnya begitu dekat dengan wajahku. Hembusan nafasnya pun dapat kurasakan. Namun, kursadari bahwa aku tidak dapat terpengaruh oleh semua keadaan ini.
Aku mencoba untuk menghindar, tetapi sepertinya ia sudah terlebih dahulu mengunci tubuhku dengan kedua tangannya itu.

“Ya!” Aku berusaha untuk berteriak.
Akan tetapi, sepertinya itu sia-sia saja.
Ia tetap saja tidak mau menghentikan aksinya itu, hatiku kalut.
Kini yang menopang tubuhnya hanya kedua lengan kokoh itu, jika topangan itu dilepas ia pasti akan menimpa tubuhku.
ANDWE! Aku tidak ingin bercumbu dengan laki-laki yang baru saja kukenal kemarin.
Mau diletakkan di mana mukaku?!

“Hee Sung!” erangan itu semakin keras memekik telingaku.
“Ssst...” Aku mencoba untuk menenangkan dirinya, tetapi itu tidak berhasil.
Bukannya berhenti berteriak, sekarang ia malah mengoyak-ngoyak kerah kemejaku.
Ini benar-benar sudah keterlaluan!

“Ya! Apa kau pikir aku ini Hee Sung?!”
PLAK!
Sebuah tamparan dengan sukses mendarat di pipinya.
Aku menatapnya kesal, tetapi ia malah balas tatapanku itu dengan senyuman licik di bibirnya.
“Kau berani menamparku?! Bagaimana jika aku-”
“KYA!!” Aku otomatis beteriak saat ia melepaskan kedua lengan yang menopang tubuhnya itu.

Sekarang benar-benar ia menimpa tubuhku.
Ottokhajo?
Diriku seakan membeku karenanya.
Ia memendamkan wajah di pundakku,.
Kucoba untuk menggeliat, tetapi rasanya percuma. Aku takut ia akan berbuat apa-apa terhadapku.

Aku sudah tidak tahan. Tingkahnya ini harus segera dihentikan.
Aroma alkohol itu begitu menyeruak dan seolah menggerogoti udara di sekelilingku.
Akhirnya dengan sekuat tenaga aku pun mendorong tubuhnya.
Ia terpelanting, lalu terkapar tak berada di sampingku.
Nafasku terengah.
Perlahan kucoba untuk terduduk lalu menatap wajahnya yang berpeluh itu.
Matanya masih terpejam. Akan tetapi, aku dapat melihat kepedihan yang menyelimuti dirinya.

“Hee Sung~a.”
Lagi-lagi nama itu yang terucap dari bibirnya.
Entah apa yang terjadi pada diriku, tetapi mengapa aku merasa tercampak atas kata-kata yang dilontarkannya itu? Apa karena aku merasakan hal yang sama dengannya?

Tanpa kusadari sekarang ekspresi liciknya perlahan berubah.
Matanya sedikit membelalak, kemudian ia pun bangkit dan berlari menuju kamar mandi.
Ya! Apa jangan-jangan ia-
Belum saja aku melanjutkan gumaman, tetapi suara menjijikkan itu sudah terlebih dahulu terdengar dari kamar mandi.

Aku tak tahan mendengarnya, itu membuatku menjadi ingin muntah.
Apa sebaiknya aku berpura-pura tidur saja?
Aku yakin ia masih setengah sadar, ia pasti tidak akan mengenali diriku ini.

Kucoba untuk menghempaskan diriku di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamar sambil menuggu kedua kelopak mataku menutup dengan sendirinya.
Akan tetapi, mengapa ia lama sekali?
Bukannya sudah lima menit berlalu sejak suara menjijikkan itu terdengar, tetapi mengapa ia belum kembali dari kamar mandi?
Aku bangkit dari tempat tidur dan segera berlari menuju kamar mandi.
Lampunya masih menyala dan bekas mutahannya pun masih berceceran di lantai.
Aku merasa jijik untuk menolongnya, tetapi aku tidak mau dituduh orang atas kematian konyolnya ini. Lebih baik kukorbankan saja tanganku.

“Ya! Pali ironabwa!” bisikku seraya menepuk-nepuk pipinya itu.
Perlahan matanya terbuka, namun ia malah memanggilku dengan sebutan Hee Sung lagi.
Dasar laki-laki tak berguna!
Dengan begini aku harus bersusah-susah untuk memapah kembali tubuhnya yang berat itu menuju tempat tidur.
Hatiku memang terasa terpaksa untuk membantunya, tetapi tanpa kusadari ada sebuah perasaan yang seolah memagari semua keterpaksaan itu.
Aku pun tak tahu dari manakah perasaan aneh itu muncul, tetapi karenanya aku rela membaringkan kepalanya dipangkuanku, mengambil selembar kertas tissue dari tas selempangku dan memebersihkan bercak muntahan di sekitar mulutnya itu.

****
Segala siasat sepertinya masih belum dapat membuat Min Young terlelap.
 Memutar arah tidur, mencoba untuk memejamkan mata, tetapi perasaan bersalah itu belum kunjung hilang dari benaknya.
Lagi-lagi tatapan miris yang dilayangkan Seung Hyun terbayang dan ia pun enggan untuk melupakannya.

“Aish!” Ia memikik pelan dan terduduk di atas tempat tidur.
Tatapan sendunya seakan menggambarkan kefrustasian yang terperangkap di dalam hati.
Kini perasaanya tercampur aduk dan tak terdeskripsikan.
Sebagian hatinya ingin sekali berbaikkan dengan Seung Hyun, tetapi sebagian lagi ia pun tak ingin mengakui kebohongan yang ditutupinya hari ini.

Akhirnya dengan langkah berani, ia pun beranjak dan menapaki dinginnya lantai kamar di malam hari. Mencoba menguatkan hati, kemudian melangkah lunglai menggapai pintu kamar.
Tangannya sudah bersigap untuk memutar kenop. Akan tetapi, sebuah gejolak perasaan kembali memenuhi hatinya.

“Min Young~a, kau harus berbaikkan dengan Seung Hyun kali ini. Kau tidak ingin membuatnya membencimu, kan? Jadi minta maaflah padanya.”
Memang kedengaran lucu baginya, bersenandung sendiri dan menghembuskan nafas panjang.
Namun, hanya dengan cara itulah ia dapat bersikap tenang.

Di dalam hatinya, ia teringat saat pertama kali mengajar Seung Hyun sebagai murid bimbingan belajarnya.
Seung Hyun yang terkenal dengan keberandalannya itu saja sudah membuat dirinya merasa gentar.
Akan tetapi, setelah semuanya terungkap, berada di dekatnya merupakan sebuah kebahagiaan terbesar bagi diri Min Young.

“Hwaiting.” Min Young berbisik kecil kepada dirinya sendiri.
Perlahan diputarnya kenop pintu, lalu ia mulai melangkah keluar dengan gaya mengendap-endap.
Satu langkah, dua langkah, dan akhirnya kamar Seung Hyun hampir dicapainya.
Belum saja ia menggerakkan tangan untuk mengetuk pintunya, namun sebuah suara sudah menghentikan semua itu.
“Min Young?”
Min Young berbalik dan menatap kaget seseorang yang sekarang telah berdiri di hadapannya.

****
“Min Young?” ucapku dengan nada datar.
Ia berbalik dan membelalak kaget saat melihatku.

“Ah, Oppa-”
“Ada apa?” potongku dengan nada ketus.
Aku tahu, tidak seharusnya aku bersikap seperti itu, tetapi hatiku tetap saja belum dapat mengatasi kekesalan ini.

“Anio, aku hanya ingin bertemu denganmu saja.”
Suaranya yang lunglai itu membuatku merasa bersalah sekarang.
Kurasa ia telah menyesal atas perbuatannya.
Tanganku refleks mengusap rambutnya. Lembut. Sudah lama rasanya aku tidak mengusap kepalanya itu. Aku sadar, mungkin selama ini aku terlalu egois padanya. Memaksanya untuk melakukan apa yang kukehendaki.

“Mianhae. Aku rasa, aku terlalu keras padamu,” ujarku dengan nada bersalah.
Tiba-tiba kurasakan seseorang melingkarkan kedua lengannya pada pinggangku.
Min Young. Kutatap kedua bola matanya yang berkaca-kaca itu.
“Sudahlah, jangan menangis.” Aku berbisik, mencoba untuk menghibur.
Akan tetapi, air mata itu tetap saja mengalir dari kelopak matanya. Aku benci itu. Sekarang aku sukses membuatnya menangis.

****
Babo! Seung Hyun sudah meminta maaf padaku, tetapi mengapa aku malah tidak berani melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan itu.
Aku terlalu pengecut. Sekarang yang berani aku lakukan hanya mendekap pinggangnya erat.
Aku yakin ia pasti merasa bingung dengan sikapku ini. Aku memang benar-benar tak berguna.

Perlahan kurasakan sebuah jari menyentuh pipiku.
Aku mencoba untuk menengadah dan mendapatkan Seung Hyun yang tersenyum lembut ke arahku.
Mengapa ia melakukan ini semua kepadaku?
Senyumannya itu semakin membuatku merasa bersalah dan tangisku pun semakin tak terbendung.
Aku tersedu dalam dekapannya.

“Min Young~a, mengapa kau menangis?”
Ia berbisik pelan di telingaku.
Aku menggeleng sambil mengelap air mata yang membasahi pipiku.
Akan tetapi, ia malah menahan lenganku.
Aku terperangah melihat tingkahnya itu. Bukannya ia tidak suka melihatku menangis? Namun, mengapa ia melakukan hal itu kepadaku?

“Aku memaafkanmu. Walaupun kau tidak dapat mengatakannya, tetapi aku sudah memaafkannya sedari tadi.” Mataku membulat karenanya. Aku tidak menyangka ia akan berkata seperti itu.

“Uljima. Bukannya tersenyum itu lebih baik daripada menangis?” katanya seraya mencubit hidungku.
Aku mendengus kesal, akan tetapi kata-kata itu benar-benar dapat membuatku tersenyum.
Kutunjukkan senyum ceriaku kepadanya dan ia membalas itu dengan sebuah kecupan manis di bibirku.

****
Cahaya sunyi di pagi hari perlahan terpancar menembus tirai kamar.
Seung Ri yang tadinya tidak sadar, lama-kelamaan dapat membuka kedua matanya dengan jelas. Dipehatikannya langit-langit kamar. Semuanya nampak sama, tidak ada yang berubah, dan ia pun tak perlu khawatir dengan hal itu.
Lalu, dengan cepat ia mencoba untuk membangkitkan tubuh, akan tetapi sebuah rasa sakit tiba-tiba saja menghantam kepalanya. Ia mengernyit perlahan dan berusaha untuk menahan itu semua.

“AARRGHH…” rupanya rasa sakit itu semakin menjadi.
Akan tetapi, ia tidak menyangka bahwa suaranya telah membangunkan seseorang lain yang tertidur lelap di sampingnya.

Tubuh gadis lusuh itu menggeliat tanpa tahu bahwa ada yang memperhatikan gerak-geriknya.
Seung Ri sedikit terkejut saat mengtahui kenyataannya sekarang.
Di dalam otaknya ia terus saja bertanya-tanya mengenai kejadian yang telah terjadi semalam. Bagaimana ia dapat membawa seorang gadis yang tak ia kenal ke dalam kamar hotelnya? Memang apa yang telah terjadi semalam? Apakah dirinya melakukan hal yang-
Pertanyaan terakhir itu seolah tercekat dalam pikirannya. Ia tidak dapat melanjutkan kembimbangannya itu. Bagaimana jika member yang lain mengetahui masalah ini?

****
Bibirku bergetar hebat saat mendapatkan laki-laki yang kemarin kutolong mendekapku dengan sebelah lengannya itu.
Apa yang telah ia lakukan semalam?
Yang kuingat hanyalah gumaman kacaunya saja. Semalaman-sepertinya ia tidak hentinya merintih akan nama Hee Sung yang tak kukenal itu.

“KYA!” Aku refleks berteriak sambil meronta dalam dekapannya.
Tidak peduli ia akan menantapku sebagai perempuan yang seperti apa, tetapi yang penting aku ingin segera pergi dari tempat ini. Aku tidak ingin terjerumus lebih dalam di kolam kemelutnya itu.

Bukannya melepaskan tubuhku, ia malah membukam mulutku dengan telapak tangannya.
“Hmmpphh…” Aku mencoba untuk berteriak semakin keras, namun rasanya sia-sia saja. Suaraku tidak akan terdengar hingga luar pintu. Bungkaman itu seolah meredam pekikkanku ini.
Ia menatapku dengan penuh arti, kemudian memberikan tanda dengan jari telunjuknya agar aku tetap membungkam. Perlahan ia melepaskan telapak tangannya yang menahan kata-kataku.

“Ya! Untuk apa kau berteriak? Kita tidak melakukan apa-apa semalam,” jelasnya.
“Ye? Apa yang kau tahu soal itu?! Semalaman kau mabuk berat dan kurasa kau tidak mengingat satu kejadian pun, bukan?”
Emosiku seakan tak tertahankan lagi. Aku tidak tahu ia melakukan hal apa terhadapku semalam, yang kumau hanyalah penjelasan darinya sekarang.

“Ya! Apa kau bisa tenang? Kau bisa membangunkan hyung-ku yang lain kalau begini, kau tidak ingin masalah ini menjadi besar ‘kan?”
Aku baru sadar, kata-katanya yang barusan ini ternyata benar juga. Aku terlalu panik dalam mengambil tindakan. Mungkin saja penjelasannya itu benar.

Aku menunduk malu di hadapannya.
“Mianhada,” ujarku pelan. Aku tidak berani menatap matanya.
“Sudahlah, jangan menganggap bahwa masalah ini adalah kesalahanmu. Seharusnya aku yang meminta maaf kepadamu. Tadi malam-aish, aku benar-benar tidak dapat mengingat apa-apa!”
“Kau terus memanggil namanya.”
“Ye?”
Sepertinya ia tidak sadar bahwa ia masih memerlukan wanita bernama Hee Sung itu. Walaupun satu kejadian pun tidak diingatnya, tetapi aku yakin bahwa ia pasti membutuhkan wanita itu daripada diriku semalam.

“Hee Sung?”
“Ye? Apa benar aku memanggil namanya semalaman?”
Aku mengangguk yakin sambil tersenyum tipis.

“Geurae, sekarang kau harus kabur dari tempat ini sebelum hyung-ku yang lain bangun, ara?”
Aku tersentak kaget saat ia menggenggam tanganku.
Matanya seolah memancarkan kata-kata permohonan yang meyakinkanku.
Aku mengangguk setuju dan mulai beranjak dari atas tempat tidur.
Sekarang aku baru menyadari bahwa kamar ini benar-benar berantakan. Entah di mana aku meletakkan sepatuku semalam.

“Ijeo. Kau mencari ini, bukan?” Seung Ri menenteng sepatuku dengan ringannya.
“Ye, gamsahamnida.”
Aku membungkuk malu. Setelah mengenal sifat aslinya pagi ini, aku jadi merasa malu akan diriku. Bisa-bisanya aku bersikap sedikit kampungan saat bangun tadi. Babo!

“Cheonmaneyo. Aku tidak perlu mengantarmu?”
Aku menggeleng cepat. Kurasa itu tidak perlu. Bukannya itu malah akan menimbulkan kecurigaan kepada orang sekitar. Dengan pakaian lusuh seperti itu dan penampilanku yang-hancur-seperti ni, orang malah akan berpikir yang tidak-tidak.

“Geurae, josimae. Um, apakah kita dapat bertemu lagi?”
“Ye, mungkin saja. Kuharap aku dapat bertemu lagi denganmu. Tetapi, berjanjilah untuk tidak mengungkit-ungkit lagi masalah ini. Yakso?”
Ia menyunggingkan senyum untuk terakhir kalinya, kemudian menutup pintu.

****
“Kau tahu apa yang dilakukan Seung Ri kemarin malam?”
Min Young terlonjak kaget saat mengetahui bahwa Seung Hyun sudah bangun tanpa sepengetahuannya.

“Ye?”
“Seung Ri-changkaman! Apa kau hendak pergi?”
Min Young mematung dalam balutan blouse tipisnya itu. Ia tidak menyangka bahwa gerak-geriknya sudah tertebak oleh Seung Hyun.
“Um, anio..” jawabnya dengan terbata-bata.
“Gojitmal! Kau mencoba untuk membohongiku ‘kan?”
Tanpa berbasa-basi Seung Hyun menarik tubuhnya ke atas tempat tidur.

“Anio, jinja!” Min Young menggeliat di tengah derai tawanya. Akan tetapi, Seung Hyun tetap saja tidak mempedulikan bantahan itu. Ia tetap saja menggelitiki tubuh Min Young yang meringkuk di sampingnya.
“Jinja? Kau terlihat sedang berbohong, ahgassi,” goda Seung Hyun dengan tatapan jahilnya itu.
“Jinja. Ye? Sejak kapan kau memanggilku dengan panggilan itu?”
“Sejak pagi ini. Kau harus menemaniku hari ini.”
“Ta-”
“Geuman, Min Young~a. Aku tidak mau mendengar kata ‘tetapi’ dari mulutmu itu. Kemarin kau sudah puas berkeliling Tokyo seorang diri, bukan? Sekarang giliran diriku yang berkeliling dan kau harus menemaniku.”
Min Young yang sebelumnya ingin membantah malah tergelak tak berada saat melihat wajah lugu yang amat dibuat-buat oleh Seung Hyun itu.

“Ya! Tidak perlu memasang wajah seperti itu!” ujarnya sambil mencubit pipi kanan Seung Hyun.

****
“Apeu!” Aku mencoba untuk menarik jari-jarinya mencubit pipiku.
Tetapi, ia malah mengikutsertakan tangan kanan kirinya untuk menggelitikiku.
Aku meringkuk geli di sampingnya, sedangkan ia malah tergelak puas.

“Geuman, Min Young~a! Jebal!”
Aku memekik lepas, meminta pertolongan agar segera menghentikan hal yang diperbuatnya itu.
Namun, sepertinya ia tidak mendengar kata-kataku.
Dengan cepat aku pun menahan kedua lengannya itu. Pandangan kami bertemu dan nafasnya pun terengah karena menahan tawa.

Kudekatkan wajahku ke hadapannya.
Kami terdiam dan dirinya pun ikut membeku dalam dekapanku.
Perlahan bibir kami pun bertemu.
Anggap saja ini sebagai ucapan selamat pagi dariku. Walaupun aku dapat melakukan hal ini setiap hari, tetapi aku merasa bahwa kali ini berbeda. Sejak kemarin kami terus saja bertengkar dan balasan ciuman ini, aku rasa ini adalah tanda pengampunan darinya.

“Sstt…” Ia menahan bibirku.
“Waeyo?”
“Bukannya kau ingin aku menemanimu untuk berkeliling Tokyo? Jadi sebaiknya kau bersiap-siap.”
Bola mata keluguannya itu menatap diriku.
Kupikir kata-kata benar juga, aku sudah terlalu lama bermanja bersamanya.
Sebelum kesibukan kembali menarik diriku, sebaiknya aku memanfaatkan waktu ini dengan benar.

****
“Aish, baru kali ini aku menjumpai laki-laki yang berdandan lebih lama dibanding wanita.”
Aku mengerutu kesal di tengah lamunanku.
Sebenarnya apa yang dilakukan Seung Hyun di dalam?
Sesekali aku mengehentak-hentakkan kaki sambil bersenandung tak jelas di depan pintu kamarnya.

Kreek…
Akhirnya. Pintu di hadapanku terbuka, Seung Hyun tersenyum bangga kepadaku.
Padahal yang dikenakannya hanyalah kemeja bermotif kotak-kotak tanpa aksesoris yang dikenakannya di panggung. Buat apa bangga kalau begitu? Dasar Seung Hyun!

“Bagaimana? Penampilanku sudah OK, bukan?” Ia memincingkan sebelah matanya ke arahku.
Walaupun tidak terlalu, tetapi akhirnya kupaksakan kepalaku untuk menangguk.
Lebih baik aku berbohong, dibandingkan harus menunggunya kembali.

“Geurae. Kaja!”
Ia menggandeng tanganku dengan lembut kemudian menuntun langkahku memasuki lift dan berjalan keluar hotel. Kurasa ini akan menjadi hari terakhirku untuk tinggal di hotel ini.
Seung Hyun bilang, hari ini Big Bang akan pindah ke apartemen baru mereka. Aku tidak tahu persis di mana tempatnya, tetapi pastinya aku tidak akan tinggal bersama mereka. Aku tidak ingin merepotkan Seung Hyun.

“Ya! Apa yang kau lamunkan?!”
“Ye? Anio.”
“Kaja.”
Seung Hyun menarik tubuhku agar segera mengikuti dirinya untuk naik ke atas bus. Aku sedikit terperangah melihat bus di Tokyo ini. Entah apa perbedaannya dengan di Seoul, tetapi kurasa bus di kota benar-benar mengagumkan.

Seung Hyun memilih tempat duduk di paling belakang yang dekat dengan jendela.
Aku sudah terbiasa dengan kebiasaan Seung Hyun, ia suka memandang keluar jendela di segala kendaraan yang ditumpanginya.

“Ya! Aku ingin bertukar tempat duduk denganmu, boleh?” rengekku.
“Ye? Sejak kapan kau suka tempat duduk di dekat jendela?”
“Entahlah. Sekarang aku ingin duduk di sana.”
Aku sengaja menjahilinya. Suruh siapa ia merengek kepadaku hari ini. Karena dirinya, aku harus meminta izin kepada Yuri untuk tidak bekerja hari ini. Karyawati macam apa aku ini? Baru saja sehari bekerja, tetapi aku sudah meminta izin untuk cuti sementara.

“Geurae, kali ini saja,” Seung Hyun berucap lesu sambil mempersilahkan diriku untuk duduk di tempat duduknya.
“Asa!” ujarku kegirangan.

“Oppa, mengapa kau cemberut?”
Sepertinya ia benar-benar marah.
Kusentuh pipinya yang menggembung itu, tetapi ia malah tidak merespon candaanku.

****
“Sejak kapan kau menyukai tempat duduk di dekat jendela?” ujarku ketus.
“Sejak hari ini. Baiklah, aku akan menukar tempat duduk ini dengan kue, bagaimana?”
“Kue apa?”
“Sudahlah, nanti kau juga akan tahu.”

Tanpa persetujuanku, Min Young menekan bel pada dinding bus.
Ke mana ia akan membawaku? Ke toko kue?
Ia menarik tanganku menuruni bus. Aku masih terheran dengan sikapnya itu.

“Di tempat ini!” Min Young berteriak di depan sebuah toko kue yang tidak pernah kudatangi sebelumnya. Wajahnya terlihat bangga saat menunjukkan tempat ini kepadaku.

“Kaja!” Ia sudah terlebih dahulu mendorong tubuhku sebelum aku dapat berkata-kata.
Seorang wanita berperawakaan Jepang menyapa kami. Aku tersenyum canggung membalasnya. Kurasa ia akan mengernyit heran saat melihat kondisiku yang seperti ini. Min Young memang seperti anak kecil, untuk apa ia mendorong tubuhku? Harga diriku hampir saja jatuh karenanya.

“Min Young~a, nuguseo?”
Wanita itu menunjukku dengan wajah penasaran.
Rupanya ia kenal dengan Min Young, dan-apa aku tidak salah dengar? Ia berkata dalam bahasa Korea?

"Oppa, kenalkan. Ini temanku, Yuri.” Min Young menyunggingkan senyum jahilnya di sebelah wanita bernama Yuri itu.
“Bangapseumnida.”
“Ye, manaseo bangapseumnida,” balasku singkat.

“Min Young~a, jika aku tidak salah melihat, ia bukan-ia TOP, kan?”
Ia mengenaliku? Bagaimana bisa? Kami baru saja tiba di Jepang minggu ini. Kemarin pun hanya beberapa orang saja yang datang ke arah showcase Big Bang, tetapi bagaimana bisa ia mengenaliku?

****
Yuri mengenal Seung Hyun?
Benar-benar tidak dapat dipercaya. Padahal ‘kan Big Bang baru saja mengadakan showcase-nya beberapa hari yang lalu. Namun, apa secepat inikah orang di kota ini mengenali mereka?

“Min Young~a, benar tidak?”
Yuri mulai mendekati Seung Hyun dengan wajah herannya.
“Um, ye-” Aku tidak berani melanjutkan kalimatku. Takut Seung Hyun akan memarahiku. Aku tahu, ia tidak suka jika acara berpergiannya diusik oleh fans.

“Woa, tidak kusangka aku akan bertemu dengan TOP di tempat ini?!”
Aku belum pernah melihat ekspresi Yuri yang seperti ini sebelumnya. Setahuku, Yuri bukan orang yang dapat dikatakan ‘kampungan’. Sehari-hari malah ia dipandang sebagai wanita yang berparas menawan dengan kelakukan sopan, tetapi kali ini-mengapa ia dapat bersikap aneh seperti ini?
Apalagi penyebabnya hanyalah bertemu dengan Seung Hyun.
Aku hanya dapat berdecak heran melihatnya.

“Min Young~a, apa-apaan kau membawaku ke tempat seperti ini?” Seung Hyun menarik tanganku agar berdiri di sampingnya.
Ia menatapku dengan pandangan tidak suka.
“Oppa, mianhae sebenarnya aku-Yuri temanku, aku tidak tahu jika ia adalah fans-mu.”
Aku menunduk malu, entah apa yang akan dikatakannya, yang terpenting aku sudah menjelaskan yang sesungguhnya.

“Sudahlah, aku hanya bercanda. Aku memang mengenalmu, kau TOP ‘kan? Tetapi, aku tidak akan se-‘kampungan’ itu jika bertemu denganmu. Mianhada.”
Yuri tersenyum puas ke arahku. Rupanya ia hanya bercanda. Hampir saja.

“Yuri~a, kau benar-benar keterlaluan.”
“Mian, um..bagaimana jika aku menyajikan makanan untuk kalian. Tunggu di sini.”
Sama seperti saat pertama kali bertemu, ia berlari ke arah dapur dengan gaya cekatannya.
Aku tersenyum renyah, kemudian menatap Seung Hyun yang-sepertinya-terpana dengan kecepatan kerja Yuri itu.

****
Hampir saja hari ini menjadi hari yang buruk karena ulah wanita yang bernama Yuri itu. Tetapi, untunglah semua itu hanya candaan.
Aku tidak ingin menyamar kembali di kota ini-sama seperti di Seoul dulu, semua penyamaran itu terasa risih bagiku. Mengajak Min Young untuk pergi pun rasanya sangat sulit. Oleh karena itu, sebelum semua itu terulang kembali, lebih baik aku memanfaatkan semua waktu yang singkat ini.

Aku menatap megah akan dekorasi di toko yang kupijak ini.
Berbeda dengan dekorasi toko lainnya, di toko ini semua barang terlihat kuno. Poci teh dan lemari penyimpan kue pun kelihatannya sudah terpajang di sana sejak beberapa puluh tahun silam.

“Seung Hyun~a, aku ingin meminjam Min Young sebentar, boleh?”
Yuri membuyarkan lamunanku dengan pertanyaannya itu.
Aku menangguk setuju dan mempersilahkan dirinya untuk membawa pergi Min Young.

Sekilas kutengokkan kepalaku ke arah Min Young yang sedang membicarakan sesuatu di belakang sana. Entah apa yang dibicarakannya itu, tetapi mengapa aku malah merasa gundah?
Dari ekspresi dan tatapannya, aku dapat menebak bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Sejak kemarin malam saja, aku sudah mencurigainya. Namun, aku tidak ingin ia merasa tertekan oleh karena itu.

****
Krringgg…..
Bunyi kencang itu seolah mengguncang kepala Hee Sung dan memaksa tubuhnya untuk bangun.
Perlahan ia membuka mata, kemudian mengerang sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya.
Dengan wajah riang yang dibuat-buat akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dan berlari menuju dapur.

Aroma kopi yang diseduh seolah mengingatkan dirinya pada wajah Seung Ri di setiap paginya.
Ting! Bunyi pemanggang roti tiba-tiba membangunkan lamunannya. Ia segera menyambar piring dan mulai mengambil dua lembar toast renyah dengan capitan. Tak lupa juga ia meyolek blueberry jam dengan pisau yang digenggamnya.

Acara yang ia tunggu setiap pagi pun dimulai. Hee Sung segera berlari menuju sofa, kemudian meletakkan cangkir kopi yang dibawanya di atas meja.
Tangannya mulai mencari-cari remote yang entah telah diletakkannya di mana tadi malam.

Setelah mengacak-acak tumpukan koran, akhirnya remote yang dicarinya pun ditemukan. Dengan sigap ia mengganti channel TV di hadapannya.

****
Babo! Aku hampir melewatkan acara showcase Big Bang hari ini. Untung saja aku ingat akan hari ini. Jika tidak, mungkin saja aku akan menguntuki diriku karena hal ini.

“KYA! Seung Hyun berpenampilan keren kali ini! Dan Ji Yong, kurasa ia perlu mengecat ulang rambut pirangnya itu, terlalu mencolok bagiku!”
Percuma saja aku protes, toh tidak ada yang akan mendengarkannya.
Tetapi, setidaknya inilah yang dapat kulakukan di apartemen sesepi ini.

Mataku tak henti-hentinya meneliti layar kaca di hadapanku.
Mengapa aku tidak melihat wajah Seung Ri tampil di sana? Ke mana dirinya? Padahal member lainnya lengkap, tetapi mengapa hanya dirinya seorang saja yang tidak tampil?
Debaran hatiku terasa semakin kencang. Aku merasa ada hal yang tidak beres mengenai Seung Ri kali ini.

Kugenggam handphone-ku dengan erat. Hatiku kembali mengalami dilema, di saat seperti ini apakah aku perlu menghubunginya? Apa mungkin ia akan me-reject teleponku? Sejak kemarin, aku selalu tidak mempedulikan perasaannya itu. Tetapi , kali ini apa yang harus kulakukan?

Drrt…Drrt…Drrt…

Sial! Mengapa justru nama ini yang muncul di layar?!
“Yeoboseyo?”
“Yeoboseyo, chagiya.”
Aku muak dengan rayuan busuknya itu. Dari mana ia mengetahui nomorku?
“Ya! Apa maumu, Oppa?”
“Sepagi ini kau sudah membentakku? Kau pikir siapa aku ini? Beraninya kau membentak bossmu?”
“Terserah apa katamu! Apa yang ha-”
“Cepat ke kantor, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.”
BIP

Mwoya? Apa maksudnya itu?
Hanya berkata seperti itu saja? Andai saja aku boss-nya, aku pasti sudah memecatnya dari dulu. Aku muak dengan sandiwara menjijikan ini. Entah sampai kapan aku harus bertahan.

**TO BE CONTINUED**

chaptered, distance between us, seung ri, top, fan fiction, indonesian, big bang

Previous post Next post
Up