Deep Night Kimi Omou (Thinking Of You) (4)
by
Pramutyarini Rahma R on Sunday, 1 January 2012 at 11:29
Author : 甘い空
Genre : Drama, romance, friendship,
Rating : PG-13
Cast : Yamada Ryosuke X Amai Sora (OC) + Nakajima Yuto
Chapter Four
“Sora-chan, doushite? Ya Tuhan lihatlah dirimu sayang. Kalian berdua juga ayo cepat masuk diluar dingin. Yuto-kun apa yang terjadi?”kata Yura panjang lebar setelah melihat siapa yang datang.
“Ulah, yarakashi”jawab Yuto singkat masih memegangi bahu Sora.
“Ya Tuhan mereka benar-benar keterlaluan! Sudah lebih baik kau mandi, akan kuambilkan baju ganti untukmu kau langsung saja ke kamar mandi, dan kau Ryo-kun, kau juga harus membersihkan dirimu, kau bisa gunakan kamar mandi satunya, kau bawa baju ganti kan? Kalau tidak kau bisa pinjam milik Yuto”ujar Yura mengandeng Sora yang masih shock pergi.
Seiring dengan itu, Ryo juga beranjak ke kamar mandi membersihkan dirinya yang ikut belepotan terkena lemparan fansnya. Pikirannya masih kacau ditambah lagi dengan sikap Yura yang tampaknya sangat akrab dengan Sora padahal sepengetahuannya Yuto tak mengenal Sora. Bergegas ia membersihkan dirinya juga segera keluar ke ruang tamu dan sesampainya disana ia langsung meminum coklat panas yang sengaja dibuatkan Yura. Hening kembali menyelimuti ruangan itu, tak ada satu pun yang bersuara diantara mereka karena kekesalan masih memenuhi pikiran mereka berdua. Tak lama Yura masuk ruangan itu dan di belakangnya Sora mengekor, masih menunduk dan tampak shock meski kini air mukanya terlihat lebih tenang daripada tadi tapi tetap saja…
Air menetes dari rambut Sora yang basah, tubuhnya yang dibalut baju babydoll berenda membuatnya tampak seperti boneka dengan kulit putih dan mata tortoisenya yang memesona sejenak membuat Ryo dan Yuto terpaku dan terus menatap Sora kagum. Dan selebihnya hening menyelimuti mereka lagi. Yura yang merasa canggung dengan suasana seperti ini segera berinisiatif memecah kesunyian ganjil yang melingkupi ruangan tamunya. “Kalian bertiga kenapa diam saja? Oh ya Sora minumlah coklat panasmu itu akan membuatmu merasa lebih baik dan sebaiknya kita juga menelpon orang tua kalian dan katakan pada keluarga kalian kalau kalian akan menginap disini bagaimana?” mereka hanya menjawab dengan menganggukkan kepala, segera mengambil keitai mereka dan menelpon kerumah.
“Yura-oneechan aku ke balkon ya?”tanya Sora datar, meraih tasnya dan beranjak ke balkon. Ryo hampir menahan Sora pergi tapi Yura memberi isyarat agar membiarkan Sora. Dan punggung Sora pun menghilang seiring tiap langkahnya menaiki tangga. Kini yang tersisa hanya mereka bertiga di ruang tamu memandangi coklat panas mereka masing-masing.
“Bagaimana Yura-oneechan bisa mengenal Sora?”tanya Ryo mengakhiri rasa penasarannya.
“Oh, itu,… kira-kira setahun lebih ini aku mengenalnya, Yuto-kun juga bukan?”jawabnya memandang Yuto sekilas dan melanjutkan, “Sora adalah teman baik Yuka” sejenak Yura berhenti menyesap coklat panasnya kemudian berkata lagi, “Kau tahu kan Yuka orangnya bagaimana? Vonis dokter benar-benar membuatnya terpukul. Tapi berkat Sora Yuka berhasil bertahan lebih lama dari vonis dokter. Sora membuat Yuka tegar dalam menjalani semuanya dan bersyukur karenanya, Yuka masih hidup sampai sekarang. Dan kalau dipikir-pikir Yuka dan Sora itu mirip,…”
“Tapi kenapa aku tak pernah bertemu Sora saat menjenguk Yuka dulu?”tanya Ryo lagi. Yura menghirup nafas berat dan menghembuskanya pelan. Sulit mengatakan yang ia tahu, semuanya terasa tak adil dan lagi pula ia merasa tak pantas mengatakannya tapi tatapan Ryo memaksanya.
“Saat itu Sora juga sedang direhabilitasi”tak ayal perkataan Yura itu membuat Ryo tersentak, rehabilitasi?, “Sora menyalahkan dirinya atas kepergian oneechannya, ia sempat mencoba bunuh diri beberapa kali sebelum akhirnya sadar dan menjadi seperti sekarang. Masa itu sungguh berat baginya, beban yang tak ringan masih dipikulnya tapi memang hidup masih terus harus berjalan tak peduli seberapa kejamnya dunia. Sora juga masih memendam luka teramat dalam dan malangnya ia sekarang harus merasa sakit lagi. Ryo, kalau keberadaanmu di dekat Sora membuatnya sakit, tak bisakah kau menjaga jarak? Aku kasihan dengannya”. Ryo yang mendengar itu hanya bisa terpaku, rumor tentang Sora yang terjerumus ke lembah hitam apa juga benar? “Sora juga sempat berbuat hal negative untuk mengakhiri hidupnya, ia pernah overdosis, menjadi anggota gangster dan yang lainnya”ujar Yura seakan bisa membaca pikiran Ryo. “Yura-oneechan yameru…”seru Yuto tak tahan.
Ryo cukup shock mendengarnya meski sebelumnya sempat mendengar rumor itu, ia yang hampir percaya memaksa pikirannya tuk tak menghiraukan rumor-rumor mengenai Sora dan kini ia mendengar dengan telinganya sendiri ucapan dari teman dekat Sora, ia pun tak bisa mengelak lagi.
Tiba-tiba suara benturan keras terdengar dari arah tangga dan saat mereka kesana mereka mendapati Sora terbaring pingsan dengan kening berdarah diujung tangga, “SORA…”pekik mereka. Yura langsung menahan kepala Sora di bahunya agar darah tak mengalir lebih banyak, “Yuto bantu aku membawa Sora ke kamar, Ryo ambil kan kotak obat, cepat!”komando Yura. Dengan sigap Yura yang seorang dokter, membersihkan luka Sora “demam…”desah Yura menyentuh kening Sora yang panas. “Ryo ambilkan kantung kompres dan isi dengan es, Yuto kau ambil baju ganti untuk Sora di lemariku, ambilkan handuk dan selimut juga”perintah Yura lagi masih sibuk mengobati luka Sora. Setelah Yura selesai mengobati luka Sora dan menganti bajunya yang belepotan darah, Yura mengizinkan Ryo dan Yuto masuk melihat keadaan Sora. Wajah mereka tampak sangat panik dan cemas, mereka juga terus duduk disamping ranjang tempat Sora berbaring dan terus saja menatap Sora tanpa berpaling selama berjam-jam. Andai saja Yura tak memaksa mereka pindah ke kamar yang telah ia siapkan pasti mereka berdua terus-terus disana sampai Sora tersadar. Tapi meski sudah berada di ranjang masing-masing dan berbaring memejamkan mata mereka berdua tetap terjaga.
―甘い空―Ryo POV
Kami-sama,… aku melukai dia sampai seperti ini, membuatnya menangis dan terluka sedemikian rupa. Ia jadi seperti ini karena aku, apa yang seharusnya aku lakukan? Aku tak mau ia terus merasa sakit seperti itu tapi aku juga tak bisa menjauhinya, dia selalu memenuhi pikiranku. Terus berada di dekatnya akan makin menyakitinya, hanya akan melukainya semata.
Apa memang menjaga jarak dengannya adalah yang terbaik? Demo,… ah biarlah aku yang terluka dan sakit, ya, aku memang harus menjaga jarak dengannya. Aku akan mengamatinya dari jauh saja mencegah perlakuan buruk orang lain kepadanya, menjaganya tanpa ia tahu, haah…, hanya itu yang bisa kulakukan untuknya. Ku pikir-pikir lagi dan memantapkan hati, berat memutuskan ini.
Aku tak bisa tidur jadi kuputuskan melihat keadaan Sora. Baru kubuka sedikit pintu kamar tempat Sora tidur, kulihat Yuto duduk di samping Sora, apa yang ia lakukan? Mana Yura-oneechan? Tangannya mengenggam tangan Sora erat matanya terus menatapnya lekat dengan tatapan khawatir dan sedih. Ia mengucapkan beberapa kata yang hanya bisa ku dengar samar, “… BAKA! Sora no BAKA, bagaimana bisa kau bersikap sok tegar selama ini? Bersikap acuh dan dingin menghiraukan yang lain,…”kemudian hening lagi, sebelah tangan Yuto membelai rambut Sora yang tergerai lalu beralih ke kening Sora sepertinya mengecek demam Sora dan Yuto tersenyum samar, mungkin demam Sora sudah turun membuatku tanpa sadar menghembuskan nafas lega.
Aku masih berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka, melihat Yuto duduk disana menyentuh pipi Sora sedikit membuatku sesak, aku ingin mengantikan Yuto berada disana. Maka ku langkahkan kakiku masuk tapi ucapan Yuto membekukanku seketika, apa aku tak salah dengar? Tadi,… tadi Yuto bilang apa? Batinku masih tak percaya, seolah-olah Yuto bisa mendengar pertanyaanku tadi ia mengulangi perkataannya masih menatap Sora dengan tatapan yang hanya ia saja yang tahu maknanya, “… Sora,… Daisuki dayo…”
“Oh, Ryo-kun, apa yang kau lakukan disini? Kau tidak tidur? Kenapa tidak masuk?”tanya Yura yang tiba-tiba datang membawa coklat panas mengagetkanku. “Ryo-kun? Doushite?”tanya Yura lagi melihat wajahku masih memucat dan terpaku tak menjawabnya. “Ah, i-iie, daijoobu. Yura-oneechan kenapa belum tidur?”jawabku kemudian setelah berhasil menguasai pikiranku lagi.
“Oh, kau mau coklat panas lagi? Aku mau melihat keadaan Sora, kau juga? Ayo masuk!”kata Yura membuka pintu dan masuk, “Kau disini juga Yuto-kun? Wah, tampaknya kalian sangat perhatian pada Sora ya? Apa kalian tak lelah? Ini sudah larut lebih baik kalian tidur, jadwal kalian pasti sangat padat bukan? Tenanglah aku akan menjaga Sora”kata Yura lagi, dia memang cerewet.
Aku dan Yuto masih terpaku dengan pikiran kami masing-masing, enggan bergerak dari tempat kami yang kini duduk disamping Sora. Sekilas kulihat Yura-oneechan menggelengkan kepalanya dan mendesah, “Kalian tidurlah, aku akan menjaganya, kalau kalian begini kalian akan ikut sakit. Ayolah,…” kemudian ia menarik kami pergi keluar kamar, “Masuk kamar kalian dan tidur!”
Yura menutup pintu kamar membiarkan hening ganjal mengisi diantara aku dan Yuto, aku tak tahu harus bilang apa, Yuto juga hanya diam. Ku ikuti langkah Yuto ke dapur, ia menyerahkan secangkir coklat panas padaku dan kami duduk berhadapan di pantry. Ingin aku menanyakan ucapannya tadi, apa kau benar-benar menyukai Sora? Tapi kata-kata itu tercekat di tenggorokkanku, suaraku juga enggan keluar padahal aku benar-benar ingin tahu,…
“Yama-chan,… bisakah kau jauhi Sora?”ucapnya menatap langsung ke mataku. “Hubungan kalian hanya karena kau merasa bersalah sudah menabraknya dulu. Jauhi dia, jangan buat Sora terluka lagi. Yarakashi pasti akan terus menganggunya jika kau terus berada didekatnya …”
―To be continue ―