Deep Night Kimi Omou (Thinking Of You) (1)
by
Pramutyarini Rahma R on Sunday, 1 January 2012 at 11:25
Author : 甘い空
Genre : Drama, romance, friendship,
Rating : PG-13
Cast : Yamada Ryosuke X Amai Sora (OC) + Nakajima Yuto
Chapter One
Matahari baru terbit di ufuk timur, membelai lembut daun-daun momiji yang kemerahan, membawa hangat pagi di akhir musim gugur yang dingin, bercanda riang dengan burung-burung gereja yang baru membuka mata. Tetapi suara gubrak dan bantingan pintu segera menggantikannya.
“Yamette! Aku lelah! Lakukan saja apa maumu! Aku tak peduli!”
Dan tak lama suara pintu dibanting terdengar lagi memecah kesunyian pagi dan membangunkannya. Isak pelan terdengar samar seiring pintu yang di tutup perlahan.
“Hah, selalu saja seperti ini. Tak ada ketenangan di rumah ini. Haah…”desahnya pelan dan beranjak mandi, bersiap ke sekolah dengan secepat yang ia bisa. Meski ia memiliki segalanya tapi ia merasa tak memiliki apapun di dunia ini, segala daya upaya sudah ia lakukan untuk mengembalikan masa lalunya tapi apa yang ia lakukan hanya memperkeruh keadaan.
Ia berangkat tak lama kemudian tanpa sempat sarapan ia mengayuh sepedanya pelan. Bau embun pagi yang mulai menguap, semilir angin yang membelai pelan rambutnya dan suara bising damai keramaian pagi, semua itu membuatnya sedikit tenang. Dirabanya udara pagi yang dingin sembari ditariknya nafasnya pelan dan ia lepaskan lagi tak kalah perlahan, mencoba mengukir pikiran positif kedalam kepalanya yang kini berjejalan berbagai hal. Entah apa yang ia pikirkan, hanya ia dan tuhan yang tahu. Tak berselang lama ia sudah sampai di sekolahnya, Asuka Gakuen. Dengan langkah wajar ia menuju ke ruang kelasnya, 2D yang berada di lantai 2 gedung timur saat tiba-tiba dari arah belakang seseorang menabraknya dengan sepeda.
“Gomennasai, daijoobu?”kata orang itu, mengulurkan tangan mencoba membantunya berdiri dan saat ia tak memberi respon orang itu sadar ada sesuatu yang salah. Orang itu menatap kedalam matanya yang berwarna tortoise malah membuatnya memalingkan wajah membuat senyum simpul terbit di wajah orang itu sembari berkata dalam hati, aku menemukanmu, Amai…
“Ah, daijoobu”katanya pada akhirnya bersuara juga dan menerima uluran tangan orang itu.
“Lututmu berdarah! Ayo ke UKS, lukamu harus segera di obati!”
“Iie, daijoobu, ini hanya luka kecil nanti juga sembuh sendiri. Gomen, aku harus pergi!”
Tanpa terduga orang itu mengendongnya ke UKS, ia yang terus meronta mulai tak bisa berbuat apa-apa, pagi ini semua hal yang terjadi membuat kepalanya pening ditambah lagi ia juga belum sarapan. Dalam gendongan orang itu, entah mengapa ia merasa nyaman seolah kedua tangan yang menggendongnya adalah tempat yang selama ini ia rindukan. Ditatapnya lekat wajah orang itu, alis, mata, hidung, pipi dan bibirnya, di perhatikannya semua detail wajah orang itu, menikmati pesonanya. Dari sini ia bisa mencium aroma tubuh orang itu, wangi pantai dan pegunungan yang menentramkan membuatnya makin tenggelam. Dan semuanya berakhir saat orang itu menurunkannya di atas ranjang UKS. Mata hitam orang itu menatapnya lekat dari ujung kepala hingga kaki, dua bolah manik mutiara itu memancarkan kekhawatiran saat melihat luka di lutut dan lecet-lecet ringan dikaki dan tangannya. Segera saja orang itu mengambil obat untuk mengobati luka-lukanya, pertama-tama membersihkan luka-lukanya dengan alcohol, membuat yang diobati sedikit meringis karena perihnya. Kemudian menutupnya dengan handsaplast. Orang itu juga memijat kakinya yang terkilir membuatnya mengaduh kesakitan.
“Gomen ne, aku salah sudah menabrakmu tadi tapi kau sudah tak apa bukan? Dengan begini lukamu akan cepat sembuh. Ah, maaf aku lancang tak memperkenalkan diriku, watashi wa Yamada Ryosuke desu 3D-nense desu. Anata ga?”
“Ah, ano, watashi wa Amai Sora desu, 2D-nense desu. Yoroshiku Yamada-senpai!”ucap Sora sedikit gagap dan membungkuk sebisanya. Pipinya memerah malu, dia tahu benar siapa Yamada-senpai yang kini berada di hadapannya, yang tadi menabraknya, mengendongnya ke UKS dan mengobati lukanya. Firasat buruk menyerbu pikirannya.
“Ano, sepertinya aku baru melihatmu di sini, kau murid baru itu bukan?”
“Hai’, bagaimana senpai bisa tahu?”
“Aku hanya mendengar kalau ada murid baru. Ehm, ano, kau bisa berjalan? Sepertinya kelas akan segera di mulai, apa mau aku antar? Kelas kita dekat bukan?”
“Ah, iie daijoobu, senpai pergi saja dulu, aku bisa ke kelas sendiri”
“Hontou ni? Baiklah, ayo ku gendong lagi!”
“SENPAI!” jerit Sora dan sebelum sempat berkata-kata lagi Sora sudah berada di gendongan Ryo membuat semua mata menatap ke arah mereka. “Senpai, bisakah kau turunkan aku? Mereka memperhatikan kita! Senpai! Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri!”ronta Sora meminta turun dari gendongan Ryo. “Bisakah kau diam? Kau bisa jatuh kalau terus meronta, biar saja mereka melihat kita. Aku lebih suka kau berada dalam gendonganku seperti ini daripada aku harus melihatmu berjalan susah payah dengan luka-luka ini dan terluka lagi jadi diamlah sebentar lagi kita sampai”
Kata-kata yang Ryo ucapkan sontak membuat Sora membeku, dilihatnya mata Ryo saat Ryo mengucapkannya, tak ada dusta disana yang ia temukan hanya ketulusan. Masih dalam gendongan Ryo, Sora hanya bisa diam dalam gendongan Ryo yang makin erat, tanpa sadar disadarkannya kepalanya di bahu Ryo yang tegap. Ryo yang juga diam membuat suasana terasa aneh, canggung tapi mereka menikmatinya, setiap detik berkutat dengan pikiran mereka sendiri.
“Nah, kita sudah sampai, bangkumu yang mana?”
“Turunkan aku disini saja senpai”
“Pasti disana bukan?”kata Ryo tak menghiraukan ucapan Sora dan terus mengendong Sora ke tempat duduk di barisan kedua belakang dekat jendela dan menurunkannya di bangku itu.
“Arigato senpai”kata Sora kemudian, menunduk tak berani menatap Ryo, wajahnya panas.
“Euhm, daijoobu”jawab Ryo mengangguk menatap Sora yang menunduk menghindari tatapannya. “Lain kali kita bertemu lagi, kalau ada apa-apa dengan lukamu kau bisa menemuiku”tambahnya dan segera pergi setelah menatap Sora lekat sekali lagi seolah menyimpan paras dara cantik enambelas tahun itu dalam memorinya.
―甘い空― Ryo POV
Wajahnya makin dewasa tapi masih sama, bibir mungil, mata tortoise bulan sabit dan alis tipisnya masih sama seperti terakhir kali kulihat hanya pipi tirusnya yang sedikit membuat hatiku mencelos badannya juga ringan. OMO apa yang selama ini terjadi padanya? Lesung pipitnya tak tampak karena ia tak tersenyum, sesuatu yang janggal padahal aku berharap bisa melihat senyum manisnya yang gemar muncul itu lagi. Dan mungkin dia tak ingat padaku jika melihat reaksinya itu.
“Arigato senpai”katanya menunduk enggan menatapku, kenapa? Apa terlalu malu? Oh Kami-sama, aku baru sadar, aku mengendongnya sejauh seratus meter diiringi tatapan murid-murid yang lain dan lagi,… ah apa yang sudah kulakukan? Mati aku!
Aku tak mau beranjak, kakiku enggan diajak bergerak, tubuhku tak ingin berpindah, dan mataku hanya mau menatapnya. Bau sampo strawberrynya yang menyegarkan masih saja tercium pengindraanku. Sampai bel masuk berdering nyaring memaksaku berlalu pergi.
―甘い空― Sora POV
Yamada-senpai kenapa kau perlakukan aku seperti itu? Seluruh sekolah melihat apa yang terjadi tadi, apa yang harus ku lakukan? Seharusnya aku tak membiarkannya berbuat seperti itu, hah, cukup! Semua sudah terjadi, aku bisa apa? Menyesali itu bukan jawaban, nasi sudah terlanjur jadi bubur. Yang bisa kulakukan hanya menunduk dan mengucapkan terima kasih. Dan akhirnya dia pergi juga meninggalkanku di selimuti tatapan yang lain. Ku putuskan untuk pergi saja, aku risih dengan tatapan mereka. Ku sambar tasku, tertatih berjalan keluar kelas diiringi tatapan aneh yang lain. Kulihat ada diantara mereka yang berbisik-bisik diselingi lirikkan sinis ke arahku beruntung sensei segera datang dan menyuruh murid-murid masuk kelas.
“Sora-chan, kau mau kemana?”tanya Kinou-sensei saat kami berpapasan.
“Iie, sensei, aikawarazu yoku nai, jadi lebih baik aku pulang saja daripada percuma”pamitku.
“Aah, lututmu, kaki dan tanganmu, daijoobu? OMO wajahmu pucat sekali. Baiklah kau bisa pulang, apa perlu kuantar?”ujar Kinou-sensei khawatir, “cepat sembuh…”lanjutnya setelah aku menggeleng perlahan menjawab tawarannya.
Dengan susah payah aku berjalan ke tempat parkir. Kukayuh sepeda perlahan keluar sekolah menuju tempat kakak yang tenang.
―To be continue ―