Title : Flu
Cast : JiguIwa (Jinguji Yuta x Iwahashi Genki), member King & Prince lainnya (Kishi Yuta, Hirano Sho, Nagase Ren, Takahashi Kaito)
Genre : Fluff
Rating : PG-13
Summary : Genki terkena flu gara-gara Jinguji dan keadaan menjadi sangat buruk setelah itu
Cek note di bawah untuk info ide fanfic ini
=====================================================================================
Genki kesal.
Hari masih pagi dan matahari bersinar dengan cerah. Sinar matahari masuk ke dalam kamar Genki melalui celah tirai jendelanya yang tebal. Hari tampak ceria dan menyenangkan, berbanding terbalik dengan ekspresi wajah pemuda pemilik kamar yang tengah duduk di atas ranjangnya. Wajahnya ditekuk dan tampak sangat kusut.
“Kamu sepertinya sedikit demam. Kamu yakin mau tetap latihan?” Ibu Genki, yang tengah duduk di tepi ranjang putranya, mengamati termometer yang baru saja ia ambil dari badan anaknya. Genki mengangguk sembari menatap ibunya.
“Ini cuma flu kan, ma. Aku harus latihan hari ini. Aku tidak apa-apa.” Genki mengulurkan tangannya ke meja, meraih selembar tisu untuk membuang ingus.
“Kenapa kamu bisa tiba-tiba flu begini sih, Genki? Habis minum es ya?” Wanita paruh baya di samping Genki itu menatap putranya dengan tatapan curiga. ‘Aduh, mulai deh.’ batin Genki malas.
“Enggak, ma. Udah ah, mau mandi. Dua jam lagi harus ada di studio.” Genki beranjak dari ranjang dan sedikit mendorong badan ibunya, memberi kode pada ibunya untuk segera keluar dari kamar.
Genki sampai di studio satu setengah jam kemudian. Ibunya terlalu cerewet dengan banyak hal dan Genki tidak mau membuat kepalanya semakin pusing jadi ia memutuskan untuk berangkat secepatnya. Hari itu udara terasa panas, dan meskipun ruangan studio dilengkapi dengan AC yang menyala, Genki masih merasa kepanasan. Mungkin juga karena ia sedang flu dan sedikit demam. Sembari menunggu teman-teman satu grupnya, Genki memutuskan untuk berselancar di dunia maya dan duduk di salah satu sofa di pojok ruangan.
“Yaho!”
Seorang pemuda dengan rambut berwarna cokelat dan topi hitam masuk ke dalam ruangan, disusul pemuda lain yang segera melepas masker hitam yang dipakainya. Genki memandang dua temannya itu dari atas ponsel di tangannya. Lalu dengan ekspresi malas, kepalanya kembali menduduk ke arah ponsel.
“Loh, Iwagen. Tumben. Kukira aku sama Jin yang sampai paling pertama. Bukannya rumahmu jauh dari sini?” Kishi melemparkan tasnya ke lantai dekat meja lalu merebahkan badannya ke tempat kosong di sebelah kanan Genki.
“Mama berisik.” Jawab Genki singkat. Ia benar-benar merasa malas, terlebih saat Jinguji memilih untuk duduk di sebelah kirinya. Kishi yang merasakan sebuah aura bahaya dari Genki segera memandang Jinguji yang balas menatapnya dengan bingung.
“Are? Kalian sudah di sini?”
Pintu kembali dibuka dan tiga orang pemuda masuk. Hirano, yang baru saja bertanya, berjalan ke arah tiga member Prince. Tapi sebelum ia cukup dengan tiga temannya itu, ia berhenti. Hirano pun bisa merasakan aura berbahaya menguar dari member tertua mereka. Pemuda Nagoya itu melemparkan pandangan bertanya pada Kishi dan Jinguji, namun tak mendapatkan jawabannya. Ren dan Kaito terlihat saling berpandangan di belakang Hirano. Sementara yang sedari tadi menguarkan aura berbahaya tidak mempedulikan teman-temannya dan terus menerus menggulir laman youtube.
Dibandingkan hari-hari biasa, hari itu Genki tampak mengeluarkan tenaga lebih di setiap gerakannya. Pemuda itu sama sekali tidak bergabung dengan teman-temannya saat mereka bercanda, padahal biasanya mereka bisa mendengar suara tawa Genki yang bernada tinggi. Saat mereka menyudahi latihan pada hari itu, Genki segera meninggalkan teman-temannya dan memilih duduk di sofa. Pelatih mereka pun menyadari ada yang berbeda dari salah satu anak didiknya itu.
“Iwahashi.” Panggil pelatih mereka. Genki yang sadar bahwa tak mungkin ia mengabaikan pelatihanya segera menoleh.
“Ya?”
“Kau flu? Kau sama sekali tidak melepas maskermu dari tadi.”
Genki mengangguk kemudian diikuti ekspresi terkejut teman-temannya, terutama Jinguji.
“Eh kok? Bukannya kamu kemarin-kemarin baik-baik aja? Tokyo juga lagi panas kan.” Sahut Ren. Kaito mengangguk-angguk setuju.
“Ah. Kamu minum es kan? Di pojok jalan kan ada kedai boba baru. Kamu borong boba kan?” Tuduh Hirano sekenanya. Jinguji segera memukul kepala Hirano dengan topi saat dilihatnya Genki memicing tajam padanya.
“Seingatku di hari latihan terakhir kita tiga hari yang lalu, Jinguji yang sakit. Tapi hari ini, Iwahashi yang sakit. Kalian kok gantian gini sakitnya.” Ucap pelatih mereka sembari menatap Genki dan Jinguji bergantian.
Tanpa memberikan komentar lebih jauh, Genki segera mengemasi barangnya dan pamit pada semua orang yang ada di dalam ruangan untuk pulang terlebih dahulu untuk beristirahat. Genki terus berjalan keluar dan menghilang di balik lift meski Jinguji memanggilnya beberapa kali. Jinguji yang tak berhasil menyusul Genki akhirnya kembali ke ruang latihan. Di sana, ia disambut oleh tatapan curiga dari empat teman grupnya.
“Apa yang kalian pikirkan?” Tanyanya jengkel. Rasanya seperti sedang diinterogasi tentang sebuah kejahatan.
Malam itu Jinguji tak dapat menghubungi Genki karena nomor dan akun linenya diblokir oleh Genki.
======
Kishi menghela napas panjang. Dipandanginya kawan seperjuangannya yang masih saja menolak untuk bicara pada Jinguji dan lebih memilih untuk melihat Kaito menggambar di tab-nya. Sementara itu Jinguji yang duduk di samping Kishi tampak lesu sembari sesekali memandang Genki dari sudut matanya.
“Apa yang sebenarnya terjadi sih? Apa yang sudah kalian lakukan sampai dia jadi flu begitu?” Kishi memutuskan untuk berpaling pada Jinguji dan meminta penjelasan. Tak ada gunanya memaksa Genki untuk bicara. Anak itu akan datang padanya jika dia memang ingin, biasanya jika anak itu perlu tempat untuk bercerita. Kishi menatap Jinguji lekat-lekat. “Jangan bilang kalian―”
“Sudah kubilang jangan berpikir yang macam-macam. Kalian ini kenapa sih.” Nada suara Jinguji terdengar jengkel. Bagaimana ia tidak merasa jengkel jika sedari kemarin ia mendapat pertanyaan curiga dari teman-teman satu grupnya. Tidak bisakah mereka tidak berpikir yang aneh-aneh?
“Ya habisnya dulu kan kalian― Iya iya enggak dibahas.” Kishi segera menghentikan kalimatnya saat Jinguji menatapnya tajam. Tatapan mematikan dari Genki saja sudah seram. Ia tidak mau membuat hidupnya menjadi semakin terasa mencekam dengan tatapan mematikan dari Jinguji juga.
“Apa yang harus kulakukan? Kau tahu betapa menyeramkannya dia kalau sedang marah.” Kedua bahu Jinguji tampak turun. Waktu istirahat tersisa lima menit dan ia masih belum menemukan cara untuk bisa bicara lagi dengan Genki.
“Karena kau yang sudah membuatnya flu, jangan membuat masalah lagi.”
Tapi sepertinya keadaan tidak berjalan semulus kata-kata Kishi.
Hari itu Jinguji beberapa kali salah posisi dalam formasi. Bukannya memarahi Jinguji, Kishi sang leader justru ikut bercanda dengan member yang lain. Tak ada satu pun dari mereka yang memperhatikan, tapi perlahan Genki tampak semakin marah.
“Jangan main-main! Lakukan dengan benar!”
Semua mendadak terdiam. Suara teriakan marah Genki yang baru saja terdengar seakan membangunkan mereka semua. Genki menatap marah ke arah Jinguji yang balik menatapnya. Tak ada yang bicara selama beberapa saat sampai akhirnya Genki kembali buka suara.
“Untuk apa kau di sini kalau hanya main-main? Lakukan dengan benar!”
“Kau ini kenapa? Dari kemarin tidak mau bicara padaku padahal aku sudah berkali-kali berusaha mengajakmu bicara. Sekarang kau malah marah.” Jin akhirnya membalas teriakan Genki. Ia merasa kesal karena sekalinya Genki mau bicara dengannya justru untuk memarahinya di depan semua orang.
“Ya karena kau tidak serius. Kau bukan anak kecil lagi, jangan main-main!”
“Kalau begitu kau juga jangan bertingkah seperti anak kecil!”
“Apa kau bilang?!”
Pelatih mereka dan Kaito segera berlari melerai keduanya karena Jinguji dan Genki sudah mulai memukul dan mencengkeram kerah masing-masing. Kishi ikut maju dan menarik Genki menjauh, sementara Ren dan Hirano memilih untuk tidak melakukan apa-apa daripada malah semakin menambah runyam keadaan yang sudah buruk.
Hari itu berakhir dengan permintaan maaf dari Jinguji dan Genki. Pelatih mereka menyudahi latihan 30 menit lebih awal dengan alasan supaya Genki bisa lebih cepat istirahat. Para member mengemasi barang mereka dalam diam, tak mengusik Genki maupun Jinguji yang masih terdiam di kursi masing-masing. Namun saat Jinguji terlihat hendak bicara, Genki segera mengambil tas, ponsel, dan topinya kemudian menarik lengan Kishi dan pergi meninggalkan ruangan. Jinguji menghela napas panjang. Keadaan menjadi semakin buruk.
======
“Kau tahu, Iwagen? Aku bukan superman jadi aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan kalau kau tidak memberitahuku lebih dulu.” Kishi melirik Genki yang duduk di sebelahnya sembari meminum jus jeruk yang baru saja dibelikan Genki. Yang diajak bicara hanya mendengus kesal.
“Percuma kau begini terus. Selama beberapa hari ke depan kita ada interview majalah, syuting untuk interview FNS, latihan untuk konser, ini itu ini itu. Yang ada kau akan semakin kesal. Memang apa sih yang terjadi?” lanjut Kishi kemudian. Melihat Genki yang sepertinya tidak akan menjawab pertanyaannya, Kishi memilih untuk menanyakan hal lain. “Ya sudah kalau begitu, apa yang kau inginkan sekarang?”
“Sembuh.” Jawab Genki singkat. Ia menatap lurus ke depan, namun tak sepenuhnya menatap apa yang ada di depannya. Pikirannya sedang kembali ke beberapa hari yang lalu.
“Yah kalau begitu, kau tidak perlu marah pada Jinguji. Toh bicara dengannya tidak akan membuat flu jadi lebih parah kan?”
“Tapi aku tetap tidak mau bicara dengannya. Dia yang sudah membuatku flu begini. Badanku sakit semua, tenagaku terkuras, makanan dan minuman jadi tidak ada rasanya. Aku lelah.” Genki mengeluarkan protes. Kishi mengangguk-angguk tanda paham.
“Jinguji juga sebelumnya flu kan? Tapi kemudian dia sembuh. Mungkin kau bisa tanya padanya obat apa yang dia minum?” Kishi memberikan sebuah usulan. Meski dalam hatinya ia yakin bahwa Genki tahu pasti obat yang diminum oleh Jinguji. Tanpa sahutan dari Genki, Kishi menghela napas panjang dan kembali meminum jusnya dalam diam.
Dua hari kemudian, King & Prince melakukan syuting untuk FNS. Di dalam ruang ganti itu manager mereka memberi penjelasan tentang apa yang akan mereka bahas nanti, salah satunya adalah pertanyaan tentang bagaimana mereka mengerjakan PR musim panas mereka. Jawaban akan dibagi ke dua sisi, yaitu sisi King dan sisi Prince. Masing-masing sisi harus diisi oleh tiga member, jadi mereka membuat kesepakatan siapa saja yang masuk ke sisi tersebut. Genki memutar bola matanya dengan malas saat menyadari bahwa ia dan Jinguji berada di sisi yang sama.
Syuting berjalan lancar dengan Genki yang berusaha menunjukkan ekspresi biasa. Awalnya posisi Jinguji dan Genki saling berjauhan, namun saat mereka membahas pertanyaan PR musim panas, mereka diminta untuk berdiri berkelompok sesuai pilihan masing-masing. Jinguji yang awalnya berada di ujung kiri kemudian pindah ke ujung kanan, tepat di depan Genki. Suasana hati Genki yang memang sudah tidak bagus menjadi semakin buruk terlebih saat Jinguji bicara. Genki menatapnya dengan tatapan jengkel serta marah. Tanpa ia sadari, hal itu terekam dengan jelas di kamera sehingga semua orang bisa melihat bahwa Genki sedang marah pada Jinguji.
“Genki.”
Jinguji beranjak dari kursi ruang ganti dan memanggil Genki yang masih saja mengabaikannya. Pemuda yang berusia satu tahun lebih tua dari Jinguji itu memilih untuk menyibukkan diri dengan membantu Kaito mengemasi barangnya yang tersebar di berbagai penjuru ruang ganti.
“Genki.”
Jinguji kembali memanggil Genki, dan lagi-lagi Genki mengabaikannya. Seakan tak mendengar panggilan Jinguji, Genki memilih untuk terus berkeliling ruangan dan mengambil barang-barang milik Kaito.
Cukup sudah. Kesabaran Jinguji sudah habis.
“I.wa.ha.shi.gen.ki.”
Langkah Genki terhenti saat lengannya dicengkeram oleh Jinguji. Alih-alih bicara pada Jinguji, Genki justru berusaha melepaskan tangannya tanpa menoleh sedikit pun. Melihat Genki yang bersikeras menghindarinya, Jinguji merasa semakin marah. Dipegangnya kedua bahu Genki dan diputarnya badan itu hingga menghadap dirinya, tanpa melepaskan cengkeraman pada lengan kanan Genki.
“Mau sampai kapan kamu mengabaikanku hah? Kalau ada apa-apa, bilang. Dan ini semua hanya karena kamu flu? Ayolah, Genki, jangan begini.” Jinguji menatap sepasang mata di hadapannya lekat-lekat. Tak punya pilihan lain, Genki balik menatapnya. Ruang ganti terasa hening saat Jinguji dan Genki sama-sama diam. Empat member Kinpuri memutuskan untuk tidak menimbulkan suara supaya tidak mengganggu kedua teman mereka yang tengah bertengkar.
Sesuai kesepakatan yang mereka berdua buat setelah Jinguji memaksa Genki untuk bicara selama sepuluh menit, kedua pemuda itu berjalan bersama menuju rumah keluarga Iwahashi. Ibu Genki yang sedang menonton acara TV tampak heran melihat putranya tetap memasang wajah datar meskipun Jinguji ikut pulang bersamanya. Setelah acara temu kangen singkat dengan ibu Genki, Jinguji masuk ke dalam kamar Genki dan menutup pintu. Baru saja ia berbalik, sebuah bantal dengan telak menghantam wajahnya.
“Untuk apa?!”
“Ya habisnya ini semua gara-gara kamu yang gamau dengerin omonganku. Udah kubilang jangan minum minumanku kalau kamu lagi sakit.” Genki melepas maskernya lalu menjatuhkan dirinya ke atas ranjang. Ia duduk bersandar ke dinding sembari memeluk bantalnya. Kedua matanya masih menatap lurus ke arah pemuda yang berdiri di samping pintu kamarnya.
“Ya kan aku haus…” Jinguji memungut bantal yang tadi dilemparkan Genki padanya. Ia berjalan menghampiri ranjang lalu duduk di samping Genki. Dibelainya kepala Genki dengan lembut. “Maaf ya, kamu jadi ikut sakit. Gak enak ya rasanya?”
“Mana ada sakit yang enak. Dasar aneh.” Gerutu Genki sembari mengeratkan pelukannya pada bantal. Jinguji tersenyum lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
“Oke kalau gitu kamu mau makan apa? Aku sudah bilang mamamu kalau hari ini kamu kutraktir makan.” Pemuda yang lebih muda menatap pemuda cantik di hadapannya. Sedetik kemudian berbagai macam nama makanan dan minuman disebutkan oleh Genki. Sebagian besar adalah makanan dan minuman khas Amerika, negara kesukaannya.
“Oke nanti kita pesan. Aku tahu kamu masih sedikit kenyang karena snack dari FNS tadi. Sekarang kita tidur dulu. Aku ngantuk.” Seakan ia sang pemilik kamar, Jinguji melepaskan jaketnya lalu berbaring. Ditariknya Genki hingga pemuda itu ikut berbaring di sampingnya.
“Apa sih, Jin. Nanti kamu sakit lagi.” Genki memprotes dan berusaha melepaskan tangan Jinguji yang melingkar di pinggangnya. Namun Jinguji tak juga membuka matanya dan semakin mengeratkan pelukannya.
“Tidak akan. Aku baru sembuh beberapa hari yang lalu. Ingat hari itu kamu mau menemaniku tidur padahal aku sedang sakit? Sekarang biar aku menemanimu. Siapa tahu besok kamu langsung sembuh.”
Pelukan itu terasa semakin erat dengan puncak kepala Jinguji yang berada di bawah dagu Genki. Menghela napas panjang, Genki akhirnya membiarkan Jinguji tidur di pelukannya. Jemari kirinya membelai belakang kepala Jinguji dengan lembut. Beberapa menit kemudian, keduanya tertidur pulas.
Esoknya, Jinguji dan Genki datang ke studio bersama-sama. Empat member lainnya yang sudah tiba lebih dahulu menatap keduanya dengan pandangan curiga.
“Apa yang sudah kalian lakukan kemarin?”
“Bisa tidak sih kalian ini tidak berpikir yang aneh-aneh?!”
= THE END =
Catatan
Fanfic ini didasari oleh teori dari mba-mba jp yang kutemukan di pinterest. Akun mbaknya digembok jadi ga bisa ngasih link tweet-nya :(
- Interview majalah yang pertama (pojok kiri atas) itu dari Genki. Dia bilang dia flu, ketularan Jinguji dari 2 atau 3 hari yang lalu. Mood-nya jadi berantakan karena dia pengen cepet sembuh.
- Interview majalah yang kedua (pojok kanan atas) itu nyeritain tentang latihannya Kinpuri. Genki marah ke Jinguji, padahal waktu itu mereka lagi pake mic. Mendadak jadi awkward wkwkwk
- Lalu menurut mba jp, 2 interview itu mengarah ke dokumentasi latihan mereka di Ride on Time Season 1 episode 3 kalau tidak salah (atau episode 4?). Foto ketiga yang di tengah.
- Lalu kemudian di Prime Wide tanggal 25 Juli 2018 ada tayangan untuk FNS 2018 (Foto keempat, pojok kiri bawah), ngebahas tentang gimana mereka ngerjain PR musim panas. Genki beneran marah wkwkwk
- Lalu interview yang terakhir (pojok kanan bawah) itu dari Jinguji. Dia sama Genki marahan selama satu minggu dan dia minta saran dari Kishi. Sama Kishi dikirimin saran panjang banget 3 hari kemudian wkwkwk