[Fanfic] Our 'The Sims'

May 15, 2014 08:43

Title : Our ‘The Sims’
Type : Oneshoot
Cast : Choi Min Ki / Ren (Nu’est), Author / Yamashita Michiyo.
Genre : Fluff
Rating : … aman untuk semua itu ratingnya apa? ‘-‘
Summary : The Sims bukan cuma game favorit kita. The Sims juga akan menjadi saksi bisu kita berdua.
Disclaimer : Ren milik saya XD entah Ren itu bisa dikatakan boyfriend apa girlfriend. Cantikan dia masa -____-
A/N : Wah, Ren lancar bahasa inggrisnya :3 XD biarin aja ya. Trus karakter Ren di sini jadi orang yang percaya sama cinta pada pandangan pertama. Yah, ini fanfic saya. Jadi biarkan saja ya XD /jdak




Cerita ini berawal ketika Nu’est baru saja mengadakan konser pertama mereka di Jepang. Konser pertama mereka tersebut bisa dibilang sukses karena kursi yang tersedia dipenuhi oleh penggemar-penggemar mereka.

Siang itu anggota Nu’est sedang berjalan-jalan di daerah Tokyo dan ,seperti biasa, mereka diikuti dan dikerubuti oleh penggemar mereka. Ketika sedang berjalan sembari membawa lemon tea miliknya, Ren tiba-tiba terpaku melihat seseorang yang berada tak jauh di depannya, seorang gadis berambut hitam panjang yang tengah berdebat dengan temannya yang berambut cokelat sebahu. Kemudian gadis itu pergi meninggalkan temannya, sepertinya menuju toilet.

“Minhyun-hyung, aku titip lemon tea ku dulu ya,” Ren langsung menyodorkan minumannya pada Minyun lalu berlari menerobos kerumunan.
“Ya! Choi Ren! Kau mau kemana?” teriak Minhyun, berusaha mengatasi teriakan para penggemar mereka.
“Toilet!”

Ren bersusah payah menerobos kerumunan, sebelum akhirnya ia berhasil mencapai toilet. Ia masuk ke dalam toilet pria dan menunggu di sana sampai gadis yang ia tunggu dari tadi muncul. Ren langsung memblokir jalan gadis itu.

“Nani? Anata wa dare? [Apa? Kau siapa?]” tanya gadis itu sadis dalam bahasa Jepang.
“Eer… aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Tapi.. Mm…,” Ren mengulurkan tangannya. “My name is Choi Min Ki. But you can call me Ren,”
“You are not Japanese, right? Then, can I help you, Mr. Choi Min Ki?” gadis itu bertanya balik.
“Come on. Can you tell me what’s your name, please?” pinta Ren dengan wajah manisnya. Gadis itu mendecakkan lidahnya.
“Okay,” gadis itu menyambut uluran tangan Ren. “I’m Yamashita Michiyo,”
“Michiyo? I think it’s really cute. Resemble your cute face,” Ren mencoba memuji gadis bernama Michiyo. Ren langsung mengambil ponsel yang digenggam Michiyo lalu menelepon nomor ponselnya sendiri.
“Hey, what’re you doing?” Michiyo tampak terkejut dan membentak Ren. Begitu ponsel miliknya berdering, Ren tersenyum lalu mengembalikan ponsel Michiyo.
“Now I have your number and you have my number. See you soon, cutie,” Ren menepuk pelan kepala Michiyo lalu kembali berlari menerobos kerumunan untuk mengejar teman-temannya.

Michiyo hanya bisa terpaku melihat punggung Ren yang semakin menjauh sembari bergumam dalam bahasa Jepang.

“Micchan!”
“Nani? [Apa?]” teman Michiyo berlari menghampiri Michiyo. Wajahnya tampak sangat terkejut.
“Aku melihatmu tadi. Kau… Kau… Kenapa bisa?!”
“Apanya yang kenapa bisa?” tanya Michiyo bingung.
“Kau… Baru saja diajak bicara Ren! Ren dari Nu’est!” teriak teman Michiyo histeris. Kedua manik mata Michiyo terbelalak lalu menatap ponselnya.
“Nu’est? Idolamu itu?”

*****************

Malamnya, ponsel Michiyo berdering ketika Michiyo sedang asyik memainkan permainan The Sims di laptopnya. Dengan setengah enggan, Michiyo meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu.

“You’re not forget about me, right?”

Michiyo terdiam begitu mendengar suara dari ponselnya. Hanya ada satu orang yang akan berbicara dalam bahasa Inggris padanya, dan orang itu baru saja ditemuinya tadi siang.

“Hey, cutie. You’re still listening to me, right? Oh, or are you shock now because I calling you?”
“Why do you calling me?” tanya Michiyo kemudian.
“I just want to hear your voice, Michiyo. Mm… Can I see you again?” tanya Ren dari seberang
“Can I ask you something?” tanya Michiyo. Tak ada jawaban dari Ren. “Why did you call your phone with my number? Why do you want to hear my voice? Why do you want to meet me? We’re just met today. You’re not japanese. And you’re an idol, Mr. Choi Min Ki. You’re a Korean idol. Why do you do this?”
“Is that wrong?”

Michiyo terdiam. Ren menunggu Michiyo menjawab, tapi setelah bermenit-menit berlalu, Michiyo tetap tak bicara.

“Okay. Now, let’s call it love at the first sight. When I saw you today, I had a feeling that I have to know you more. And now, here I am. Calling you, speak to you, wanting to know you more. Don’t you want to believe me?” ujar Ren perlahan.

Michiyo terdiam. Berbagai pikiran berkelebat di benaknya. Tiba-tiba ia merasa ingin mempercayai pemuda bernama asli Choi Min Ki tersebut.

“I have to go back to Korea on the day after tomorrow. Can I meet you again, before I go back to Korea?”
“Okay… When?”
“The day after tomorrow, before I go to airport. Can we meet somewhere?”

Michiyo berpikir sejenak. Kemudian ia mengusulkan untuk bertemu di taman yang terletak tak jauh dari bandara yang hendak dituju Ren. Ren pun menyetujuinya.

Malam itu, Michiyo dan Ren terus berbincang hingga larut malam.

*****************

Michiyo berlari menuju taman di dekat bandara. Michiyo terus melirik jam tangannya. Ia takut kalau ia terlambat dan tidak bisa bertemu dengan orang yang mungkin tidak bisa ditemuinya dalam waktu yang lama.

Michiyo sampai di taman dengan nafas terengah-engah. Ia membungkuk dan mencoba mengatur nafasnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, tapi ia tidak menemukan sosok Ren. Ia kemudian memutuskan untuk menunggu Ren di salah satu bangku taman.

Setengah jam berlalu tanpa ada tanda-tanda kemunculan Ren. Michiyo yang mulai bosan pun mengeluarkan laptop miliknya kemudian memutuskan untuk memainkan permainan kesukaannya. The Sims.

Ketika Michiyo sedang asyik bermain, seseorang bicara tepat di samping telinganya.

“What’s that?”

Michiyo terlonjak dan hampir saja menjatuhkan laptopnya. Ia menengok memandang orang yang baru saja mengagetkannya. Orang itu memakai baju putih, jaket berwarna cokelat tua, topi hitam, dan kacamata hitam. Rambutnya yang berwarna putih diikat ekor kuda.

“If I didn’t know you, I will assume that you’re a girl with white hair,” kata Michiyo. Ren tertawa kecil lalu duduk di samping Michiyo.
“What are you playing at?” tanya Ren. Ia ikut melihat layar laptop Michiyo. “Is that ‘The Sims’?”
“So you know this game? I like this so much,” ucap Michiyo seraya tersenyum lebar.

Ren melihat Michiyo yang tersenyum lebar sembari memandang laptopnya, membuat Ren ikut tersenyum. Lalu Ren tiba-tiba mendapat sebuah ide. Ia mengambil laptop Michiyo dan mengutak-atik The Sims milik Michiyo.

“Oh My. Why are you always like this… Give it back to me,” Michiyo memasang wajah kesal ketika Ren merebut laptopnya. Setelah beberapa menit Ren mengutak-atik The Sims milik Michiyo, ia kemudian mengembalikan laptop itu pada Michiyo.
“What…” Michiyo bergumam ketika melihat layar laptopnya. Itu bukan karakter The Sims yang dimainkannya sejak kemarin. Ia kini melihat keluarga The Sims yang baru saja dibentuk. Keluarga itu terdiri dari dua karakter The Sims. Satu karakter berambut hitam panjang dan memakai baju berwarna biru laut, sementara karakter yang satunya berambut pendek berwarna putih dan memakai baju berwarna hitam.

Michiyo menunduk memandang kaos yang dipakainya, lalu memegang rambutnya yang berwarna hitam. Kemudian ia memandang Ren yang masih ada di sampingnya.

“This is me. And this is you,” ucap Ren seraya menunjuk karakter The Sims yang ada di layar laptop Michiyo. “I’ll get work and collect money. While you will waiting here and organize this house. You can beautify this house as much as you want. Do you like that?” Ren kemudian menoleh memandang Michiyo yang masih terdiam memandang layar laptopnya.
“I want you to take care of this game. Take care of these two characters, so they’ll always together. Until I comeback here. I’ll play the same game with yours. So you can take care of me by this game, so do I,” ujar Ren sembari tersenyum.

Michiyo kemudian mengalihkan pandangannya pada Ren. Ia tidak menyangka bahwa Ren akan mengatakan hal itu. Ren mengatakan hal seakan ia akan menjaga Michiyo dan menjadikannya sebagai pendampingnya. Lewat permainan The Sims, Ren membuatnya seolah Michiyo juga pemilik rumah yang ada di The Sims itu. Seakan Ren adalah kepala keluarga itu. Seakan mereka adalah satu keluarga…

“Are you-“
“Just let me try it. And after I try, I hope I can say, ‘I’m really really sure’. So now just let me try to approach you, to know you more, to take care of you, to give my love for you. Can I?” tanya Ren dengan lembut. Butuh beberapa waktu bagi Michiyo untuk mencerna kata-kata Ren.
“I’ll let you to try. I hope you-and I-will success and there’ll be no need for us to say goodbye,” jawab Michiyo dengan senyuman yang terpatri di wajahnya. Ren melepas kacamatanya, lalu tersenyum memandang Michiyo. Ren kemudian mengambil ponselnya dan memotret Michiyo yang tengah tersenyum. Ia kemudian duduk lebih dekat dengan Michiyo dan memotret mereka berdua. Setelahnya, ia mengambil ponsel Michiyo yang diletakkan Michiyo di atas tasnya. Ren mengirim foto mereka berdua ke ponsel Michiyo.
“Now, we have our picture together. So I can remember today, remember you, and remember our promise,” ujar Ren sembari mengembalikan ponsel Michiyo. Kemudian Ren melihat jam di ponselnya.
“Oh no. I have to go to airport. See you soon, Michiyo,” pamit Ren seraya menepuk pelan puncak kepala Michiyo.
“See you too, Ren,” ucap Michiyo membalas ucapan pamit Ren. Ren tersenyum mendengar Michiyo memanggilnya Ren untuk pertama kali.

Ren memakai kacamatanya lalu berlari menuju bandara untuk segera pulang ke Korea. Michiyo terus memandang sosok Ren yang terus berlari menjauh hingga akhirnya Michiyo tidak melihatnya lagi, terus bertanya-tanya kapan ia akan bisa bertemu dengan Ren kembali, dan terus bertanya-tanya apakah janjinya dengan Ren bisa terpenuhi di kemudian hari.

END

ren, fanfic : fluff, nu'est, fanfic, choi min ki, indonesian fanfiction

Previous post Next post
Up