Floating In the Wind -Chapter 3

Jul 09, 2013 22:04


Title: Floating In the Wind
Author: yukinao20
Genre: AU, fluff, romance, slice of life
Pairing: Tora/Saga
Rating: overall R ?
Disclaimer: Saga punya Tora. Tora juga punya Saga.
Summary: “restoran dengan para maid berbaju ketat, dengan rok pendek dan suara yang super moe itu? Osh, ikuzo!”
Warning: bahasa Indonesia yang masih amburadul m(_ _)m

“APA?!” Tora tiba-tiba berteriak dan membuat Saga terkaget.
“kenapa kaget begitu?” Saga mengusap dadanya akibat terkaget tadi.

“kau... bukankah kau anak dari pengusaha terkenal itu?” Tanya Tora heran.

“ahaha ya begitulah”

“kenapa kau tinggal di sini? Maksudku, kau bisa mendapatkan apartment yang sepuluh kali lebih bagus daripada ini”
“aku ingin menabung dan hidup mandiri. Lagipula tempat ini sangat nyaman kok” Saga tersenyum.

Menabung? Mandiri? Kalau ini adalah sebuah lelucon, Tora tidak akan tertawa.

“kau bercanda kan? Maaf, bukan bermaksud lancang. Tapi kau kan bisa saja meminta apa saja yang kau inginkan tanpa harus bersusah payah” Tora semakin heran

“memang sih kebanyakan anak-anak dari kalangan yang berada selalu bersikap manja, karena mereka merasa memiliki segalanya. Aku tidak suka sifat seperti itu. Sewaktu kecil aku juga selalu di kekang oleh orangtuaku. Semakin dewasa aku menyadari itu bukan hal yang baik, makanya aku meminta orangtuaku untuk membiarkanku hidup mandiri. Walaupun memang susah untuk mendapatkan persetujuan dari mereka.

“wow... jujur sebenarnya aku belum bisa percaya. Tapi kau terlihat sangat serius” Tora memandang kagum pada lelaki berambut coklat di depannya itu.

“ahaha.. kalau Tora-kun sendiri kenapa memilih apartment ini?” Saga bertanya balik.

“sebenarnya ceritanya panjang sih, yang jelas aku sangat berterimakasih pada Sato-san dan istrinya karena membolehkanku tinggal disini

“ah, Sato-san dan Hana-san memang pasangan yang sangat baik, ya?”
“eh? Kau kenal mereka?”

“tentu, mereka banyak membantuku saat pindah kesini”

“hmm, jarang-jarang sih ada yang bisa berurusan langsung dengan mereka”

“keberuntungan?” canda Saga.

“hahaha... ohya, kau tadi seperti terburu-buru, aku harap tidak mengganggumu dalam urusan penting”
“nggak kok, Tora-kun. Aku hanya ingin mampir ke konbini”
“apa yang ingin kau beli? Biar aku yang belikan” ujar Tora seraya berdiri hendak mengambil jaketnya.

“ah, tidak usah Tora-kun. Tidak terlalu penting kok. Sebaiknya aku ke atas”
“tunggu! Tadi kakimu kan terkilir. Tunggu disini sebentar” Tora berjalan menuju kamarnya dan mengambil perban coklat dari kotak P3K yang ia punya. Kemudian kembali ke ruang tamu.

“aku memang tidak ahli dalam hal medis, tapi setidaknya ini bisa membantu mengembalikan otot-ototmu seperti semula. Bisa kau tarik celanamu?” pinta Tora sambil berjongkok di depan Saga yang duduk di sofa ruang tamunya.
Saga pun mengangguk dan melipat ke atas celana jeans yang ia kenakan, mengekspos kulit putih bersihnya pada mata hazel Tora. Dan lelaki berambut hitam itu pun mati-matian membuat benteng pertahanan pada dirinya agar tidak hilang kendali saat menyentuh betis Saga.
“katakan padaku kalau aku terlalu rekat membalutnya.”ujar Tora melihat ke arah Saga dan di balas oleh anggukan.
Setelah sekitar lima menit Tora membalut perban pada betis Saga, Tora memastikan bahwa Saga merasa nyaman.

“sudah selesai. Coba kau berdiri.”

Saga pun mencoba berdiri. Tangannya bertumpu pada pundak Tora.

“dou?” Tanya Tora.

“daijobu desu. Kau sepertinya sering sekali melakukan hal ini” ujar Saga terkesima.

“nggak kok. Hanya sering membaca atau melihat hal-hal yang berhubungan dengan kkesehatan haha.. ayo ku antar ke atas”

***

keesokan harinya Tora sampai di kampus seperti biasanya. Di sambut oleh Reita di gerbang kampus.

“tumben pagi” sindir Tora.
“yee, biasa juga kan pagi” cibir Reita.

Mereka pun berbicara hal-hal kecil sampai akhirnya Uruha datang
“TORAAAAA!!!” teriak Uruha berlari ke arah Tora. Tangnnya terbentang bersiap memeluk lelaki tinggi itu. Kali ini Reita sudah siap-siap mengambil jarak, sedikit trauma karena sering terdorong dan jatuh akibat ulah Uruha.
“ugh, Uru! Tak bisa kah kau tidak mendramatisasi tingkahmu itu?!” Tora melepas paksa Uruha dari pelukannya.

“harusnya kau sudah terbiasa, Tora” ujar Uruha memanyunkan bibirnya.

“tapi itu keterlaluan. Lagian, setiap kali di samping Tora kan ada aku, kenapa kau hanya menyapa Tora” protes Reita.

“yee, terserah dong! Dan itu bukan urusanmu!” sambar Uruha sewot.

“yaa kan Cuma mengingatkan. Kali aja matamu rabun jadi yang keliatan cuma Tora” ejek Reita.
“apa kau bilang?! Siapa yang rabun?! Ha?!” lelaki berambut pirang itu pun menyerang Reita dengan tas ranselnya.

“itai! Itaaaai!” Reita melindungi dirinya dengan bersembunyi di punggung Tora. Tapi Uruha masih tetap saja menyerangnya.

Tak lama kemudian Saga pun datang, lewat di depan ketiga lelaki tersebut.

“ohayou” Saga berhenti di depan mereka. Reita dan Uruha pun segera menghentikan kegiatan mereka.

“oh hei, Saga” Reita melambaikan tangannya.

“Sagacchi!!!” Uruha berpindah ke Saga dan memeluknya. Dan secara tidak sengaja tangan Saga yang terluka tersenggol oleh Uruh

“ah!” Saga memegangi pergelangan tangannya.

Uruha pun kaget dan melepaskan pelukannya dari Saga. “doushite?” tanyanya bingung.

Tora jelas mengetahui kenapa Saga seperti itu. Ia pun meraih pergelangan tangan Saga, “masih sakit?” tanyanya sambil mengusap lembut luka yang tertutup plester dengan ibu jarinya.

“hum. Iya masih sedikit perih. Tapi kakiku sudah tidak apa kok” jawab Saga.

Tiba-tiba Uruha menyingkirkan tangan Tora dari Saga dan memeluk pundak lelaki berambut coklat di sampingnya itu. “kau apakan Sagacchi?! Tega sekali kau, Tora!”

“hei, kau menuduhku!”

“tidak apa kok Uruha-kun. Justru Tora-kun yang mengobatiku kemarin”

“sou ka?”

“hum, sou desu yo.” Saga tersenyum pada Uruha. “arigatou na, Tora-kun” Saga tersenyum manis pada Tora.

“ah iie, daijobu desu.” Sebenarnya Tora sedikit iri pada Uruha karena ia bisa sedekat itu pada Saga.

“uhm... yasudah aku ke kelas dulu” pamit Saga.
“tunggu, Sagacchi! Aku temani!”

---

“USOOO!!!” Uruha berteriak tidak percaya.

“argh... itu tadi semacam suara parade teriakan gajah” Reita menutup telinganya. Tora yang disamping Reita pun juga menutupi telinganya.

“kukira kau sudah tau. Kau kan dekat dengan Saga” ujar Tora sambil memijat daun telinganya dengan telunjuknya.

“kan aku sudah pernah bilang kalau Saga itu anaknya tertutup dan pendiam. Jadi dia tidak pernah cerita tentang kehidupan sehari-harinya kecuali memasak."

“tapi si Saga hebat juga ya bisa berpikiran seperti itu” puji Reita.

“sou, aku kira dia bakal manja, dan hidup materialistis, ternyata tidak.” Timpal Tora.

“tapi Saga memang bukan tipikan anak yang hedonism kok. Dia selalu berusaha dengan kemampuannya sendiri.” Tambah Uruha.

“hmm... ya dia memang hebat.” Gumam Tora.

Uruha yang berada di depan Tora merasa temannya sedikit aneh. Daritadi membahas tentang Saga, dia terdengar bersemangat sekali, bahkan melontarkan pujian yang sama terus-menerus. Dan sekarang Uruha menangkap sedikit senyuman tipis pada wajah Tora.

“kau... suka ya?” duga Uruha sambil menunduk ke depan agar lebih dekat dengan Tora.

“y- hah?! Eh, ano, kau ada kelas kan sekarang?” Tora gelagapa mengalihkan pembicaraan.

“yabai! Argh si dosen killer! Nanti kita pulang bareng, jangan tinggal aku! Jaa!” Uruha membereskan barang-barangnya di atas meja kantin dan segera berlari menuju kelasnya.
Tora pun terlihat lega karena Uruha sudah beranjak pergi. Namun, sahabat ber-noseband yang berada di sebelahnya itu ikut mencurigai Tora
“kau suka Saga, ya?” Reita memicingkan matanya.

“err... kau mau ku traktir tidak? Omerice di maid restaurant sebelah kampus?” lagi-lagi Tora mengalihkan pembicaraan.

Merasa akan di sogok, Reita pun segera menolaknya. “kau ini Tora, selalu mengalihkan pembicaraan. Jawab dulu biar semua jelas”
“omerice yang di seberang stasiun?” tawar Tora lagi.

Kali ini mata Reita berbinar-binar,  “restoran dengan para maid berbaju ketat, dengan rok pendek dan suara yang super moe itu? Osh, ikuzo!” Reita tanpa basa-basi menggeret Tora.

Sukses.

***

“Shinji... ayo pulang” Yuka menarik pundak adiknya.

“okaa-san jangan tinggalin Shinji! Okaa-san jangan pergi!” tangis Shinji memeluk batu nisan ibunya.

“Shinji...” kali ini ayahnya mencoba membujukya. Namun Shinji tetap berkeras kepala.

“Yuka, kau jaga adikmu ya. Oto-san harus meladeni para relasi yang menunggu di rumah”

“baik, Oto-san”

Author Note: ngelanjutin ini gegara gabisa shalat tarawih ke masjid *pijetin kaki* TAT puasaan boleh ff-an ga ya? xDa
btw maap ngepost dr hape

fanfiction, bahasa, tora x saga

Previous post Next post
Up