Title: Floating In the Wind
Author:
yukinao20 Genre: AU, fluff, romance, slice of life
Pairing: Tora/Saga
Rating: overall R ?
Disclaimer: Saga punya Tora. Tora juga punya Saga.
Summary: Entah apakah Tuhan telah mengirimkan malaikat turun ke bumi atau hanya imajinasinya saja.
Warning: bahasa Indonesia yang masih amburadul m(_ _)m
“Kau?!” Tora terkejut melihat orang yang di tabraknya. “Kaito?!”
“hoh! Tora-san!” lelaki berambut coklat gelap itu sama terkejutnya.
“hei! Lama tak jumpa!” Tora memeluk pemuda di depannya itu.
Kaito adalah keponakan dari Sato-san, pemilik apartment yang Tora tinggali saat ini. Kaito dulu juga tinggal di sini karena orang tuanya sibuk bekerja dan Sato-san beserta istrinya tidak memiliki anak, sehingga ia di titipkan bersama pasangan tersebut. Namun sekitar 5 tahun yang lalu, orang tua Kaito yang merupakan adik dari Sato-san memintanya untuk kembali pulang ke Osaka.
“sombong sekali kau baru muncul sekarang!” Tora dengan maksud bercanda mendorong pundak Kaito.
“haha, gomen ne. Aku sangat sibuk dengan urusan pelajaran. Kau tau sendiri kan, orang tuaku sangat tegas dengan pendidikan. Dan kebetulan aku sedang libur”
“hooh begitu, berarti kau tinggal di bawah?”
“itu sih sudah pasti”
“oh ya, tumben sekali kau membawa kue? Seingatku kau juga sama denganku tidak suka makanan manis”
“hahaha! Kau masih ingat saja. Ini titipan untuk paman dan bibi. Hari ini ada yang keluar dari apartment ini di lantai 4, dan aku yang membereskan ruangannya. Kebetulan ada pemuda di lantai 4 yang memang sering membawakan makanan untuk paman dan bibi menitipkan kue ini padaku. Orangnya sangat manis lho!”
Tora sedikit kaget karena Sato-san dan istrinya tidak pernah menceritakan tentang si pemuda yang di sebut oleh Kaito barusan.
“ah souka? Sangat tidak mungkin untuk kembali dan meminta kembali. Apa yang akan kau lakukan?”
“tak apalah, aku akan bilang pada paman dan bibi. Mereka juga pasti mengerti kok. Demo ne, Tora. Kau sepertinya sedang terburu-buru”
“ah tidak juga, hanya saja baru ingat kalau ada tugas”
“yasudahlah kalau begitu aku turun dulu. Kalau kau sempat main lah ke bawah, aku hanya 3 hari di sini”
“atarimaeda yo!”
“jaa na!”
“jaa”
Keduanya pun melangkah kea rah yang berbeda setelah Kaito membereskan kotak yang tadi terjatuh.
***
‘ah itu mereka anak-anak nomor 1’
‘kyaa! Keren sekali mereka!!!’
‘memang pantas sekali ya mereka masuk pada golongan 1’
Riuh celotehan para gadis di koridor terdengar jelas saat melihat 3 orang pemuda yang berjalan di depan mereka. Sebenarnya pemandangan seperti ini selalu mengundang rasa heran pada Tora. Entah apa yang mereka lihat pada Tora atau kedua temannya sehingga membuat gadis-gadis tersebut histeris saat mereka lewat.
“yo, aku lapar sekali. Kita ke kantin ya” keluh Reita.
“dasar memang perut karet” Uruha memutar bola matanya.
“maaf, tapi aku mendengarmu, nona” Reita menarik sedikit ujung rambut Uruha.
“Reita!!! Asdfghjkl!!”£$$%^&&*()!!”
hah~ kalau yang seperti ini sih sudah tidak asing bagi Tora. Tak menghiraukan kedua temannya, Tora memandang ke ujung koridor di depannya.
Entah apakah Tuhan telah mengirimkan malaikat turun ke bumi atau hanya imajinasinya saja. Namun mata hazelnya dengan jelas menangkap sesosok dengan bentuk tubuh yang indah, rambut coklat terang yang sedikit bergelombang, kulitnya putih bersinar, terlebih lagi bias cahaya matahari mengenai sisi wajahnya. Kedua kelopak mata Tora tak ingin tertutup. Ia ingin terus melihat pemandanga tersebut, dan ia takut jika ia berkedip ternyata itu hanya khayalannya. Semakin ia melangkah, semakin dekat pula ia dengan sosok tersebut. Wajahnya berpaling menghadap Tora.
“Uruha-kun” panggilnya.
Yang di tegur pun menoleh dan menghentikan ‘ritual’ sehari-harinya dengan Reita.
“Sagacchi!!!” Uruha secepat kilat menghampiri dan memeluk pundak lelaki ramping tersebut.
Ah Tora baru ingat. Itu kan Sakamoto Takashi, teman Uruha.
“ne, kebetulan aku kemarin membuat Vanilla Cake, dan aku ingat Uruha-kun suka kue ini, jadi aku bawakan untukmu.” Saga menyerahkan paper bag yang ia bawa pada Uruha.
“are? Ini beneran untukku?!” Uruha membuka paper bag tersebut.
“un. Oh iya, aku membuatnya dengan gula rendah kalori yang selalu Uruha-kun pakai kok. Dan aku membawa lebih, karena kau selalu bersama Reita-kun dan Tora-kun”
“heh?! Aku juga dapat?!” Reita mengarahkan telunjuknya pada hidungnya, atau lebih tepat nosebandnya?
“iya” Saga menunjukan senyum manis khasnya yang membuat darah di sekitar pipi Tora memanas.
“arigatou na, Sagacchi” Reita menepuk pundak Saga.
“a-arigatou” Tora juga ikut berterima kasih. Namun entah apa yang membuatnya begitu gugup.
“sama-sama” kali ini mata coklat Saga bertemu dengan mata hazel Tora. Senyumnya semakin mengembang saat ia menyadari hal itu.
‘ah, ya Tuhan... apakah kau ingin membuatku jantungan dengan senyummu yang manis itu?’ pikir Tora.
“terima kasih, Sagacchi!!! Kau sangat baik! Kami ke kantin dulu ya!” ujar Uruha kembali memeluk temannya tersebut.
“hai, ja ne!”
---
Mereka duduk di salah satu meja di kantin sehabis membeli beberapa bungkus makanan ringan. Uruha membuka paper bag yang ia dapat dari Saga tadi dan mengeluarkan kotak yang di bungkus dengan kantong plastik putih.
“Sagacchi is surely an angel~” Uruha bersiul saat membuka kotak berisi 3 potong vanilla cake dengan topping buah-buahan di atasnya.
“lagi trend ya kue seperti itu?” Tora mengamati kue tersebut dengan tatapan ingin segera memakannya dan bertanya-tanya.
“are? Ini Saga sendiri loh yang bikin... memangnya kenapa Tora?”
“kemarin aku juga lihat Kaito membawa kue seperti itu”
“hee? Kaito-kun saudaramu? Dia ada di Tokyo sekarang?”
“iya. Katanya sih Cuma 3 hari”
“souka...”
“kawan, cepat mana kuenya. Perutku sudah perih begini” Reita yang duduk di sebelah Tora menengahi obrolan kedua temannya.
“tsh!” Uruha dengan sedikit kesal menyerahkan kue jatah Reita, kemudian pada Tora.
Saat mereka hendak makan, tiba-tiba Uruha menepuk tangan Tora.
“eh? Ada apa?” Tanya Tora heran.
“bukankah kau tidak suka makanan yang manis?” Uruha menatap Tora dengan intense.
‘ah iya ya...! tapi yang memberikan ini tadi... Saga’ pikirnya.
“eh? Ano... tapi kata Saga dia pakai gula rendah kalori kan. Gula seperti itu kan tidak terlalu manis” jawab Tora gugup.
Uruha sedikit mengerucutkan bibirnya dan mengernyitkan dahinya. Namun ia menarik kembali tangannya dan melanjutkan untuk memakan kue tersebut.
“oya, waktu kita lewat di koridor tadi, banyak yang bilang kita anak golongan 1. Apa maksudnya? Padahal aku kan anak kedua, Reita juga” Tanya Tora polos setelah mereka menghabiskan kue tadi.
“hahaha! Tora, Tora... kau ini tampan tapi kurang update ya” Uruha tertawa dan membuat Tora melengos. “gini nih, cewek-cewek disini suka membuat klasifikasi untuk golongan yang popular sampai yang paling udik. Nah, nomor 1 itu yang pling popular” jelas Uruha.
“nah, kau sendiri tau darimana?” Tanya Reita. Bukankah tadi Uruha bilang yang membuat klasifikasi tersebut adalah golongan cewek-cewek?
“aku lihat grup facebook yang dibuat mereka” jawab Uruha polos.
“pffft!!!” Reita dan Tora tertawa bersama.
“aku cuma iseng!” sela Uruha yang mulai menyadari kenapa kedua temannya tertawa.
“sissy~” goda Reita.
“tidak!”
“iya~”
“dasar parkit!”
“hei! Kau menghina Keiji!” Reita mengambil plastic yang tadinya membungkus kotak yang di beri Saga dan melemparkannya tepat pada wajah Uruha.
“haa! Tasukete~!” Uruha kelabakan menyingkirkan plastik tersebut.
‘tasukete!!!’ sebuah suara terdengar tepat di telinga Tora. Namun suara tersebut bukan dari alam sebenarnya, melainkan mimpi buruknya.
Sontak Tora berdiri, mencengkram baju Reita dan melayangkan satu tinjuan di wajahnya. Hal tersebut jelas mengundang perhatian orang-orang yang berada di kantin.
“Tora!” Uruha sedikit berteriak dan panik.
“hoi! Nandarou?!” Reita meringis sambil memegangi pipinya yang membiru. Merasa sudah kembali kea lam sadarnya, Tora membelalakan matanya tidak percaya.
“go-gomen, Reita...”
Reita menghampiri Tora yang duduk di bangku pelataran taman kampus. Setelah kejadian di kantin tadi, Tora berlalu begitu saja dan hal itu membuat Reita menyadari satu hal.
“gomen” ucap Reita menepuk pundak temannya yang sedang termenung tersebut.
“bukankah harusnya aku yang meminta maaf?” Tora melihat ke arah Reita.
“huh, iya sih untuk menijuku seperti tadi” Reita duduk di samping Tora. “maaf aku lupa dengan traumamu. Aku tidak bermaksud” lanjutnya.
”tidak apa, aku yang terlalu termakan masa lalu dan tidak bisa mengendalikan diriku”
“Tora, tidak baik terjebak dala masa lalu selamanya. Kau harus bisa melawan kekejaman itu, dan mereka sekarang sudah berada di tempat yang bahagia”
“ya... aku sedang mencoba, dan itu sangat susah” Tora menundukan kepalanya.
***
Tora terburu-buru menaiki anak tangga. Mungkin ini kebiasaan barunya ketika ia pulang dari kampus. Atau penyakit lupanya semakin menjadi sehingga ia baru ingat kalau ada tugas yang harus di kerjakan.
“ah!”
Tora menabrak seseorang yang sedang menuruni tangga, membuat keduanya dalam keadaan tidak seimbang. Tora segera menyambut orang tersebut dan berpegangan pada besi penahan tangga namun dengan sialnya malah terjatuh. Tora meringis menahan sakit saat punggungnya bertabrakan dengan anak tangga, ia merasakan udara hangat di dadanya.
“gomenasai” ujar orang tersebut mencoba bangun. Suaranya lembut seperti desiran ombak pantai. Dan entah kenapa Tora merasa yakin ia pernah mendengar suara ini. “daijobuka?” tanyanya lagi sambil melihat ke arah orang yang berada di bawahnya.
“dai-KAU??!” kali ini ekspresi Tora benar-benar terkejut. Lebih dari saat kemarin ia menabrak Kaito. “SAGA?!” lanjutnya.
“e-eh?” Tora-kun?”
Tora masih tidak percaya. Apakah kejadian ia terjatuh barusan membuat penglihatannya menjadi berdelusi begini?
“Tora-kun daijobuka?” Saga duduk di samping Tora dan membantunya berada di posisi yang sama sepertinya.
Kalau ini sih ternyata sungguhan. Kulit mereka bersentuhan, genggaman tangannya pun terasa sangat nyata.
“d-daijobu... kau tidak apa?”
“uhm, aku tidak apa” Saga mengangguk. Namun Tora menangkap noda darah di pergelangan tangan kiri Saga.
“kau terluka” Tora memegang tangan Saga dan mengamati luka tersebut. “ikut aku, tempatku di lantai ini” Tora berdiri dan sedikit menepuk pinggangnya sendiri. Ia mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Saga. Baru ia mencoba berdiri malah terjatuh lagi.
“ano... sepertinya kakiku terkilir” Saga menunduk.
“berpeganglah padaku” Tora merangkul pundak Saga dan menuntunnya jalan.
“arigatou ne, Tora-kun. Maaf jadi merepotkanmu begini” Saga menundukan kepalanya menunjukan tanda terima kasih.
Ia sekarang berada di sofa ruang tamu Tora. Dan baru saja sang pemilik mengobati luka tangan Saga.
“tidak apa. Lagian tadi itu salahku.” Tora tersenyum namun merasa bersalah. “oh ya, sangat aneh bertemu denganmu disini, mengunjungi siapa?” Tanya Tora heran.
“eh? Aku tinggal di sini kok.”
“APA??!”
Author Note: yabai, Tora x3 Happy Birthday Uruha!!! dia berperan penting di chapter ini XDD and, SBMPTN is getting closer, I'll be back on Saga's birthday to post a birthday fic x3 hope you who read this enjoy this chapter! x3 wish me luck TAT