Floating In the Wind -Chapter 1

Apr 19, 2013 12:28


Title: Floating In the Wind
Author: yukinao20
Genre: AU, fluff, romance, slice of life
Pairing: Tora/Saga
Rating: overall R ?
Disclaimer: Saga punya Tora. Tora juga punya Saga.
Summary:“okaa-san menyuruhku untuk menunggu”
Warning: past violence, bahasa Indonesia yang masih amburadul m(_ _)m



“Okaa-san, aku mau permen yang ini” tangan mungil seorang bocah menarik ujung baju yang ibunya kenakan.

“yang ini? Ambil lah, kita beli dua ya. Satunya untuk onee-chan” ujar sang ibu, menepuk pelan kepala anaknya.

“ryokai!” bocah tersebut memposisikan jemari tangannya di samping keningnya. Ibunya tersenyum meliat tingkah anaknya.

“nee okaa-san. Kenapa oto-san tidak bisa ikut menemani kita hari ini?” Tanya bocah tersebut setelah memasukan dua bungkus permen ke dalam keranjang belanjaan yang di pegang ibunya.

“Oto-san sedang mengunjungi rumah seorang relasi, katanya ada urusan penting. Shinji pernah mengunjunjungi rumah itu lho! Tapi kau pasti tidak ingat karena sudah lama sekali. Mereka mempunyai anak yang seumuran denganmu juga”

“sou ka? Hmm aku tidak ingat. Haha!” bocah tersebut menggaruk kepalanya sambil tertawa.

“mungkin besok kita bisa ke sana, okaa-san juga sudah lama tidak berkunjung” wanita itu melihat pada anaknya. “okaa-san rasa kita sudah mengambil semua kebutuhan yang di perlukan. Ayo ke kasir” sang ibu menarik tangan anaknya menuju counter kasir.

“sini okaa-san biar Shinji yang bawa” bocah tersebut meraih pada kantong plastik yang di pegang oleh ibunya.

“eh? Apakah kau bisa membawanya?”

“aku bisa kok” ia meyakinkan ibunya. Akhirnya plastik belanjaan tersebut berpindah tangan kepada anaknya.

“tuh kan, aku ini kuat okaa-san” bocah itu tersenyum puas.

“haha, sou da ne. Shinji memang kuat” wanita itu mengelus pundak Shinji.

Keduanya pun keluar dari supermarket. Tangan mereka bergandengan, saling melaturkan candaan satu sama lain. Hingga segerombolan, empat orang pemuda berpakaian serba hitam dan terkesan tak sopan menghentikan langkah ibu dan anak tadi.

“Amano Rika” ujar salah satu pemuda disitu.

“siapa kalian?!” wanita tersebut merasa ada yang tak beres.

“ikut kami”

“tapi-“

“ayo, cepat!” paksa pemuda yang lain.

“lepaskan okaa-san!” Shinji sedikit berteriak karena melihat kejadian itu.

“diam saja kau bocah!” seorang pemuda dengan tiga tindikan di ujung bibirnya mendorong Shinji dengan kasar, membuatnya tersungkur pada aspal.

“Shinji?!” wanita itu membantu anaknya berdiri. “baiklah, baiklah. Aku ikut dengan kalian! Shinji, kau duduk disini ya, jangan kemana-mana samapai okaa-san selesai. Mengerti?”

“demo, okaa-san”

“daijobu, Shinji”

Bocah tersebut pun pasrah dan segera duduk di bangku yang ditunjuk ibunya. Wanita tersebut di ajak paksa masuk ke sebuah gang, sekitar sepuluh langkah dari tempat Shinji duduk.

“Shinji!” suara seorang gadis memanggilnya, membuat bocah berambut hitam itu menoleh kearah suara tadi.

“Yuka-nee!”

“Sedang apa kau di sini sendiri? Okaa-san wa?” Tanya gadis yang masih menggunakan seragam tersebut.

“tadi ada gerombolan laki-laki mengajak okaa-san ke sana” Shinji menunjuk kearah gang yang di tuju ibunya sekitar 15 menit yang lalu.

“eh? Siapa?” Tanya gadis itu lagi. Adiknya menggeleng tidak tau.

“okaa-san menyuruhku untuk menunggu”

Kening gadis berambut hitam panjang itu merengut, merasa ada yang aneh. “kalau begitu kita cek saja ya” ajak gadis itu sambil mengambil kantong plastik di sebelah Shinji dan menggandengnya.

Mereka pun sampai di gang tersebut. Tak ada terlihat satu pun orang di situ. Beberapa tong sampah terlihat berantakan, sampah-sampah di dalamnya berserakan, dan...

Mata hazel Yuka melebar ketika melihat badan seseorang yang sangat familiar tergeletak di balik tong sampah yang berantakan. Noda darah tampak di baju dan wajahnya. Sangat tidak layak untuk dilihat. Badan gadis itu bergetar, air mata dengan cepat membasahi pipinya.

“okaa-san?!” gadis tersebut berteriak.

“doushite Yuka-nee?” Shinji tidak dapat melihatnya karena badannya tidak terlalu tinggi. Ia pun berjinjit dan dapat melihat apa yang dilihat oleh kakaknya.

“okaa-san...?”

***

“kau tak apa?” Tora mengulurkan tangannya pada gadis yang tersungkur di tanah taman kampus, setelahnya membantu mengumpulkan buku-buku yang ia bawa. Dengan sangat gugup, gadis itu meraih tangan Tora dan berdiri tegak.

‘beruntung sekali ia di tolong oleh Tora-senpai!’

‘cih, si kutu buku itu apa bagusnya sih sampai Tora-senpai mau membantunya?!’

‘he?! Aku juga ingin di tolong oleh Tora-senpai!’

Terdengar bisik-bisik para gadis yang berkumpul di dekat gerbang kampus. Berargumen sana-sini, menunjukan ketidaksukaan dengan apa yang mereka lihat, padahal mereka sendiri yang membuat kejadian itu terjadi.

“a-aku tidak apa-apa, Tora-sen-senpai” balas gadis tadi membetulkan posisi kacamata dan merapikan rok yang ia kenakan.

“lain kali hati-hati ya” Tora memperingatkan sambil tersenyum.

“h-hai! A-arigatou, senpai!” gadis itu membungkuk dan sedikit berlari meninggalkan Tora, salah seorang temannya menghampirinya.

“beruntung sekali kau!”

“kau ini bodoh ya?! Aku di kerjai oleh segerombolan gadis sombong itu kau bilang beruntung?!”

“tapi kau di tolong oleh Tora-senpai! Kau tau sendiri kan ia senpai yang paling di elukan para gadis di universitas ini”

Hanya itu yang terdengar oleh Tora karena kedua gadis tadi sudah semakin menjauh.

‘Sebegitunya kah aku?’ pikir Tora.

“eits Tora! Jadi Superman lagi kau hari ini?” Seorang lelaki dengan penutup hidung sedikit berlompat merangkul pundak Tora membuat Tora terkejut.

“gila, kaget gue Reita!” ujar Tora sambil medorong wajah temannya dengan telapak tangannya.

“hoi! Aduh hidung gue nih!” Reita merapikan penutup hidung yang ia kenakan.

“Siapa juga yang bilang itu dengkul!” dengus Tora kesal.

“kau habis nolong Nakayama Yuri?”

“kau kenal dia?”

“tidak. Dia kan masuk klasifikasi anak paling dork di kampus ini.”

Pernyataan Reita membuat Tora menaikan satu alisnya, “aku baru tau ada sistem klasifikasi disini... kasihan dia, dikerjain tadi”

“kau ini Tora, jangan terlalu baik. Masih kurang kah kepopuleranmu?” goda Reita.

“aku tidak mencari popularitas, aku membantu mereka karena mereka butuh”

“tapi kau ini bukan superhero, Tora. Pikirkan dirimu juga, tak semua orang harus kau tolong, lagian kau tau sendiri kan, gadi-gadis di sini hanya senang mencari muka”

Tora ingin menanggapi perkataan temannya itu namun suara nyaring dari kejauhan memanggilnya, “TOOORAAA!!!” lelaki berambut pirang yang terlihat seperti perempuan itu melambaikan tangannya sambil berlari kearah Tora dan Reita. Ia memeluk, bukan, menabrak badan Tora lebih tepatnya, membuat Reita yang berada di samping Tora terdorong dan jatuh.

“hoi! Gila, sial pula ni hari” umpat Reita.

“Uruha...! kau ini!” Tora melepaskan pelukan Uruha.

“haha, maaf, habisnya aku berangkat sendirian, jadi begitu melihat kalian ada disini aku jadi bersemangat.”

“hooh, mana pacarmu?”

“Aoi-senpai sibuk dengan tugas-tugasnya” Uruha memanyunkan bibirnya.

“berat juga ya jadi mahasiswa tahun terakhir” ujar Tora yang di sambut anggukan oleh Uruha.

“yo Uruha, tak bisakah kau memakai baju yang lebih sopan ke kampus?” Reita menyadari Uruha mengenakan celana jeans ketat selututnya dan oversized t-shirt yang bisa di bilang tipis.

“kenapa sih?! Memangnya kau yang membuat peraturan disini?!” dengus Uruha. Keduanya pun saling bertatapan sengit, namun Uruha mengalihkan pandangannya kearah lain dan mendadak riang ketika ia melihat sosok yang ia kenal lewat di depan Uruha, Tora dan Reita.

“ah! Sagacchi!” panggil Uruha pada lelaki berambut coklat yang ia lihat. Langkah lelaki itu pun terhenti.

“Uruha-kun, ohayou” pemuda yang di sebut ‘Sagacchi’ tadi membungkuk.

“ohayou! Kau langsung ke kelas?”

“iya, kebetulan aku sudah selesai mengerjakan tugas”

“sou ka... ya sudah, sampai bertemu di kelas ya!”

“baiklah, sumimasen” pemuda tersebut tersenyum manis pada ketiganya dan berlalu pergi.

“kau kenal?” Tanya Tora pada Uruha.

“heh?! Kau tak tau dia?!” Uruha balik bertanya.

“aku pernah melihatnya beberapa kali, tapi aku tidak tau pasti siapa dia”

“Dia juga berada di tahun kedua dan jurusan yang sama dengan kita, sekelas denganku.” Jawab Uruha.

“Sakamoto Takashi, atau Saga. Anak dari pengusaha terkenal yang mempunyai Sakamoto Company itu” timpal Reita.

“wow...” Tora tau Sakamoto Company adalah salah satu perusahaan besar di Jepang dan sahamnya ada di mana-mana.

“Saga anak yang sangat cerdas dan manis. Sayang saja dia terlalu tertutup padahal dia anak yang sangat menyenangkan. Makanya selalu aku duluan yang mengajaknya bicara.”

“kau seram sih, Uru” ejek Reita yang di balas dengan pukulan di pundak kiri lelaki berpenutup hidung itu.

“hmm begitu” gumam Tora.

“kau suka ya?” goda Uruha dengan seringaian khasnya.

“apa coba... sudahlah, ayo masuk” ajak Tora pada kedua temannya.

***

Tora menaiki anak tangga dengan sedikit berlari. Sebenarnya, walaupun apartment ini kecil, lift sudah menjadi salah satu fasilitasnya. Namun Tora lebih senang menggunaan tangga karena tempat yang ia tinggali hanya terletak di lantai tiga, selain itu ia juga jarang berolah raga, oleh karenanya ia hampir tak pernah menggunakan lift.

“ah!”

Tanpa sadar Tora menabrak seseorang dari arah berlawanan yang sepertinya juga terburu-buru.

“gomenasai!” Tora langsung berhenti dan melihat pada orang yang ia tabrak sedang membungkuk mengambil barang yang ia bawa. Tora sangat merasa bersalah karena yang terjatuh adalah sebuah kotak berukuran sedang dengan dua buah kue di dalamnya.

“ma-maafkan aku” ulang Tora.

“ah tidak apa” orang tersbut berdiri dan tersenyum.

“kau?!”

Author's Note: Entah kenapa ini ff dikasih judul begini. Dan current music gue sekarang terlalu obvious untuk cerita ini? XDD

fanfiction, bahasa, tora x saga

Previous post Next post
Up