[Fiction] Kiss
Pairs : Ryokura; Kuramaru
Fandom : Kanjani8
Genre : Romance, bl
Rating : PG17
Summary : Ryo merasa hubungannya dengan Okura berada di ujung tanduk (?)
A/n : Cerita ini dibuat berdasarkan MC Digest bonus konser EightxEighter, di mana salah satunya mereka membicarakan tentang ciuman antar member.
“Awalnya pilihan pertamaku adalah Yuuchin dan Hina-chan, tapi kan kita sudah melihat mereka melakukannya,” ujar Maru bersemangat menjawab pertanyaan Yoko tentang siapa yg paling dia ingin lihat untuk berciuman di antara member Kanjani8, “jadi, sekarang aku lebih ingin melihat Ryo-chan daaaaan Okura-kun,” lanjutnya yg tentu saja mendapat protes keras dari Okura.
Perdebatan sengitpun terjadi di atas panggung saat itu, tentang Maru yg bersikeras bahwa Okura harus mencoba paling tidak sekali untuk berciuman dengan salah seorang member, juga tentang Yoko yg terus berusaha memanas-manasi fans yg datang saat itu agar Okura dan Ryo mau untuk melakukan hal tersebut, dan tak lupa juga tentang Okura yg mati-matian menentang dan memprotes keinginan kedua member yg lebih tua itu.
‘Okura, kamu benar-benar segitu tidak inginnya ya untuk menciumku?’ tanya Ryo sedih dalam hatinya, ‘apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?’ pikirnya kemudian, membuatnya semakin bersedih dan ingin segera mengakhiri pembicaraan menyebalkan saat itu. Dan, entah memang Hina merasakan kepedihannya atau memang Hina sudah jengah dengan topik pembicaraan aneh tersebut saat itu, dia dengan tegasnya menyuruh Maru untuk menghentikan topik tersebut, yg justru malah membuat dirinya menjadi bulan-bulannya pembullyan Yoko, Okura dan Maru, dengan mengejek soal tempramennya yg dipengaruhi oleh golongan darahnya yg AB.
**
“Ryo-chan, kamu baik-baik saja?” tanya Hina khawatir saat mereka berada di backstage ketika berganti kostum untuk lagu berikutnya yg akan mereka bawakan.
“Un,” jawab Ryo, mencoba meyakinkan Hina bahwa dia baik-baik saja, walaupun sebenarnya pikirannya juga masih memikirkan topik yg telah dibahas sebelumnya.
“Jangan terlalu dipikirkan, ya. Kamu tau kan, dia melakukannya agar suasananya menjadi seru tadi,” nasihat Hina kemudian melangkah pergi menuju tempatnya.
“Yaaah, kuharap apa yg kamu katakan memang benar, Murakami-kun,” ujar Ryo pelan kemudian menghela napas panjang , dari suaranya terdengar bahwa dia cukup bersedih atas apa yg telah dilakukan oleh kekasih hatinya tadi. Namun, tanpa dia ketahui, sepasang mata telah memperhatikannya sedari tadi dari kejauhan dan senyum kemenangan tersungging dari orang itu ketika melihat ekspresi kesedihan teman segrupnya.
“Maruyama-san, sebentar lagi giliran anda untuk naik ke panggung, mari ikut saya,” ujar salah satu staff panggung tetiba, membuat Maru berpaling dari Ryo.
“Ah~ gomen.. gomen,” jawabnya ceria kemudian mengikuti staff tersebut dengan masih menyunggingkan senyum kemenangan di bibirnya.
**
“Maru-chan, sehabis konser kita makan bareng yuk. Ada restoran Padang yg baru buka di dekat sini, dan katanya salah seorang staff makanannya enak loh,” ajak Yasu saat mereka sedang berjalan menuju ruang ganti setelah konser malam itu.
“Ah~ gomen na, aku sudah janjian dengan Okura,” ujar Maru dengan suara yg sengaja agak diperbesar agar Ryo yg berada di depan tidak jauh dari mereka mendengarnya, dan melihat bahwa sejenak Ryo menghentikan langkahnya yakinlah dia bahwa Ryo mendengar dengan jelas perkataannya tadi.
“Oh gitu ya, ya udah deh, aku ajak Shibuyan aja,” ujar Yasu tidak menyadari senyum penuh arti yg disunggingkan oleh lelaki di sampingnya.
“Maaf ya, Sho-chan,” ujar Maru yg dijawab dengan anggukan oleh Yasu.
**
“Dokkun!” panggil Yoko dari kejauhan saat melihat Ryo sedang berdiri melamun sendirian, tak jauh parkiran, seperti sedang menunggu seseorang.
“Nungguin Okura?” tanya Hina yg dijawab dengan gelengan kepala oleh member yg lebih rmuda namun juga lebih hitam itu, “Eh? Terus dia ke mana?” tanyanya lagi, penasaran.
“Pergi makan bersama dengan Maru,” jawab Ryo pelan kemudian menundukkan kepalanya.
“Eh? Kok kamu nggak diajak?” tanya Yoko.
“Entahlah. Mungkin mereka memang ingin berduaan saja dengan Maru,” ujar Ryo sebal, “ hoi Yokoyama-kun, ini semua karna kamu, tau!” seru Ryo marah.
“Loh kok aku?” tanya Yoko kebingungan kemudian melihat ke arah Hina.
“Iya, kalau kamu nggak bicara yg aneh-aneh soal ciuman itu di panggung tadi, aku nggak akan merasa sebal seperti ini hanya karna Okura pergi makan berdua dengan Maru. Argh!” seru Ryo sebal kemudian mengacak-acak rambutnya karna stress.
“Huh. Dia yg cemburu, aku yg disalahin,” cibir Yoko sebal membuat Ryo menatap kesal ke arah Yoko. Mungkin jika tatapan bisa membunuh, saat ini Yoko telah terkapar tak berdaya karna tatapan mematikan dari Ryo.
“Haduh, sudahlah, Ryo-chan, kamu jangan cemburu terlalu berlebihan seperti itu, aku yakin tidak apa-apa di antara mereka, kok. Lagipula, Maru-chan kan suka sama Nino,” ujar Hina mencoba menenangkan Ryo.
“Eh? Kamu yakin, Murakami-kun?”
“Yaaa gitu deh,” ujar Hina tidak meyakinkan omongannya sendiri, membuat Ryo kembali merasa tak nyaman, “Ryo-chan, lebih baik sekarang kamu percaya saja sama Okura. Aku yakin kok dia tidak akan melakukan hal yg macam-macam,” lanjut Hina kemudian.
“Yaah, kuharap kamu benar, Murakami-kun.”
**
‘Okura kamu kok belum pulang juga sih sampai jam segini?’ pikir Ryo melihat kenyataan bahwa hingga tengah malam kekasihnya belum juga pulang ke apartemen mereka.
Sejak sepulangnya dari lokasi konser mereka malam itu, Ryo tidak bisa bersikap tenang, dia terus saja merasa gelisah dan tak nyaman. Rasa khawatir, kesal, sedih, dan cemburu semuanya menjadi satu, kenyataan bahwa Okura tidak memberikan kabar kepadanyapun membuatnya semakin menjadi kesal.
“Tadaima~” ujar Okura pelan saat memasuki apartemen mereka.
“Okaeri,” jawab Ryo singkat dan dengan nada kesal.
”Ah! Ryo-chan. Kamu kok belum tidur? Besok kamu ada kerjaan kan pagi-pagi?” ujar Okura sedikit terkejut melihat bahwa kekasihnya masih belum tidur dan malah mungkin menunggu kepulangannya malam itu.
“Iya. Bagaimana makan malamnya dengan Maru tadi? Menyenangkan? Kok sampai tengah malam seperti ini kamu baru pulang? Lalu, dengan siapa saja sih sampai aku tidak boleh ikut dengan kalian?” tanya Ryo tak sabaran, membuat Okura tersenyum bahagia.
“Yah, menyenangkan. Kamu tau kan, Maru-chan selalu berbuat yg aneh-aneh, kami sampai lupa waktu jadi kami tidak sadar kalau ternyata sudah sangat larut,” ujar Okura sambil berjalan ke arah dapur kemudian mengambil minum, “oh, kami hanya berdua saja kok,” lanjutnya.
‘Berdua saja? Lalu, kenapa aku tidak boleh ikut?’ pikir Ryo.
“Terus kok aku nggak boleh ikut dengan kalian?” tanyanya penasaran dengan nada kesal, membuat Okura tertawa.
“Ryo-chan, kamu tau nggak kalau kamu cemburu tuh kamu kelihatan makin imut loh,” ujar Okura menggoda Ryo.
“Heh siapa yg cemburu? Aku nggak cemburu kok. Udah nggak usah mengalihkan pembicaraan deh, jawab aja pertanyaanku,” ujar Ryo memalingkan wajahnya, mencoba menutupi pipinya yg mulai memerah malu karna ucapan kekasihnya itu.
“Hahahaha.. Tuh kan, Ryo-chan imut deh, aku suka,” ujar Okura kemudian memeluk Ryo dari belakang, membuat orang yg dipeluk menjadi salah tingkah dan malah meronta untuk dilepaskan, “Ryo-chan, aishiteru yo~,” ujar Okura tepat di telinga Ryo dengan suara yg dengan sengaja dibuat seseksi mungkin, membuat Ryo menjadi gugup dengan pipi yg semakin merona merah dan semakin salah tingkah.
“Mou~, Okura,” ujar Ryo kesal tetapi dari nada bicaranya terdengar bahwa dia sangat senang dengan pernyataan kekasihnya itu.
“Uuuh Ryo-chan nggak membalas pernyataan cintaku huhuhu aku ditolak oleh Ryo-chan, aku sedih,” ucap Okura dengan nada suara yg dibuat sesedih mungkin.
“Ah.. nggak.. nggak gitu kok,” ujar Ryo panik, “eh, tapi kalau kamu benar-benar mencintaiku, kenapa tadi kamu mati-matian bilang kalau kamu nggak akan menciumku di panggung? Lalu, tetiba kamu bilang kalau malam ini kamu mau makan malam dengan Maru, berduaan saja,” tanyanya sebal menekankan kalimat 'berduaan saja', kemudian melepaskan pelukan kekasihnya.
“Ah~ jadi Ryo-chan cemburu karna itu ya? Ehehehe,” ujar Okura senang, “dengar ya, Ryo-chan, aku berkata seperti itu di panggung, karna aku nggak mau memperlihatkan ke orang-orang bagaimana menggairahkannya dirimu saat kita berciuman, karna aku nggak mau membagimu dengan mereka semua, dan ingat ya kamu itu milikku. Lagipula, kalau tadi aku menurut saja dengan Maru-chan dan Yokoyama-kun, aku nggak tau apakah aku bisa menahan diriku untuk tidak berbuat hal yg lebih dari ciuman,” ujar Okura kemudian kembali memeluk kekasihnya, tetapi kali ini dia memeluknya dari depan, dan menaruh keningnya di kening kekasihnya.
“Oh~,” ujar Ryo dengan kembali wajahnya bersemu merah karna jawaban kekasihnya, “tapi, kenapa kamu lalu pergi makan malam berdua saja dengan Maru?” tanyanya lagi dengan penasaran dan dengan nada memaksa.
“Aku dan Maru-chan sengaja merencanakan hal itu, karna… Aku ingin membuatmu cemburu. Soalnya Ryo-chan makin terlihat imut sih kalau sedang cemburu,” ujar Okura dengan nada menggoda membuat wajah Ryo semakin memerah, “Ne, Ryo-chan, I love You~," lanjut Okuar kemudian memeluk lebih erat kekasihnya, membuat jarak di antara mereka menjadi lebih sempit.
“Ehehe? Kenapa tiba-tiba jadi bahasa Inggris?” tanya Ryo kemudian tertawa.
“Ah, Ryo-chan nggak asik nih. Padahal tadi suasananya sudah romantis banget," protes Okura dan melepaskan pelukannya.
“Ahahaha, gomen.. gomen...”
==
Akhirnyaaaa selesai fufufu. Emang kalo gairah nulis lagi ada jadi cepet nulisnya, buktinya ini dua hari juga udah selesai ahahaha. Yak, sebenernya ini bukan cerita Eito pertama yg gue tulis, sebelumnya sih pernah nulis Ohyass, tapi entah ke mana itu draftnya gue cari-cari nggak nemu juga. Dan, sepertinya kalau gue nulis Torn, entah kenapa keseringan berakhir pada posisi Ryo yg menguke, padahal gue lebih seneng kalau Tatsu yg jadi uke ← emang pecinta para uke XD. Dan, gue pengen menyalahkan berterima kasih ke Radit yg kemaren ngetweet yg intinya kayak gini gue nggak inget kalimat pastinya sih XD “kalau suka baca, coba nulis. Kalau suka nonton, coba bikin film. Belajar menjadi seorang pencipta, bukan hanya menjadi seorang penikmat.” Yah, jadi gue malah akhirnya nulis hal-hal geje deh di sini :p