Genre : Romantic
Rating : General-PG
Casts : Changmin DBSK, Soo Young SNSD (or can be anyone else)
Note : This fic I’ve posted for fanfic competition in some local website, koreaff2010, and now I edit this fic. Sorry for make this in bahasa Indonesia cause I usually write fanfic in bahasa. Hope u enjoy it and please drop a comment ^___^
Minggu-minggu di penguhujung musim panas memang merupakan minggu menyenangkan untuk berkeliaran terutama di hari minggu yang cerah dan sejuk seperti sekarang ini. Seperti seharusnya orang-orang memenuhi jalan dan taman kota dengan keceriaan mereka, tapi tidak untuk seorang Shim Changmin. Dia harus puas hanya dengan menonton keceriaan itu karena harus berdiri di depan kafe tempatnya bekerja part time selama tiga bulan ini bersama teman kerjanya. Sunday chocolate café&ice cream. Nama yang membuat Changmin harus berpikir beberapa kali dulu sebelum memasukkan curriculum vitae miliknya kesana.
Changmin baru saja memulai tugasnya untuk hari ini dengan senyum mengembang secerah mungkin. Tugasnya cukup simple, memeluk setiap orang yang mau dipeluk atau bahasa kerennya “free hug” . Memang itu jurus promosi terbaru tempatnya bekerja untuk bulan ini. Sepertinya option free hug kali ini dipilih untuk rangka merayakan ulang tahun kafe yang kelima karena manajer-shii café tidak mau dicap ketinggalan jaman.
“Gomawoyo oppa!” seorang gadis kecil chubby dengan pita pink tersenyum bahagia setelah melepaskan dirinya dari pelukan Changmin yang kini menyodorkan balon pink. Tangan mungil gadis kecil itu menyambutnya era-erat sembari tangan satunya melambai.
“Bye-bye oppa!”
“Bye-bye…” Changmin melambaikan tangannya, tidak lupa dengan senyum lebar yang kali ini tulus karena dia berikan pada anak kecil. Untunglah di negara ini hanya anak-anak kecil yang mau dipeluk laki-laki seusianya dan remaja ABG hanya berani cekikikan atau merangkul lengannya saja, itupun yang lewat berkelompok jika sendirian mana mungkin berani begitu. Sebuah keuntungan bagi Shim Changmin yang sebenarya pemalu.
Kemudian Changmin segera berdiri untuk kembali menunggu namun ada satu pemandangan yang tiba-tiba saja menyita perhatiannya. Segaris tempatnya kini berdiri di kejauhan sana terlihat seorang perempuan dengan memakai dress berlari kecil. Gaun putih yang mengembang. Sungguh pemandangan yang cukup ganjil karena tidak terlihat kerumunan orang yang bisa dianalogikan sebagai kegiatan syuting atau pemotretan.
Perempuan itu berlari lurus kearah Changmin. Semakin dekat perempuan itu berlari Changmin mulai meyakini kalau dia tidak salah lihat. Itu gaun pengantin. Dia yakin seperti keyakinannya terhadap bonus gaji yang akan diterimanya bulan ini kalau itu benar-benar gaun pengantin. Tiba-tiba Changmin teringat suatu film.
Runaway bride?
Lalu perempuan itu semakin dekat….dekat….dekat…dan…
hup!
Perempuan itu melompat memeluk Changmin yang kaget dan kemudian terdiam disana. Dalam hitungan detik kini Changmin yakin dia dan perempuan yang memeluknya erat-erat ini sudah menjadi pusat perhatian orang-orang yang lewat, apalagi suara isak tangis mulai terdengar. Jujur, Changmin mulai dilanda kepanikan sekarang apalagi kini tangisan itu semakin keras dan keras hingga telinga Changmin terasa tuli, belum lagi badannya terasa sakit oleh tangan yang mencengkeramnya kencang bahkan kini kemeja yang dikenakannya mulai basah. Sepertinya perempuan ini ingin membunuhnya. Dalam kebingungannya Changmin hanya bisa balas memeluk perempuan itu dan berusaha menyembunyikan wajahnya dengan menunduk dalam-dalam. Setidaknya dia ingin menyelamatkan namanya dari gossip atau bahan bercanda yang mungkin setelah ini akan santer beredar. Bukan mungkin….tapi beberapa menit lagi dari sekarang.
Happy Sunday Changmin-ah…
******************************
Dengan wedding dress yang dikenakannya perempuan itu terlihat cantik dengan kulitnya yang agak tan, mungkin karena dia banyak kaluar saat musim panas, badannya yang kurus dan tinggi untuk ukuran Korea membuatnya terlihat seperti super model. Changmin hanya bisa menebak-nebak, pasti dia juga manis saat tersenyum, yang sayangnya sekarang dia sedang menangis walau tidak sehebat tadi. Untunglah tiga botol air mineral sudah cukup menenangkan jiwanya saat ini.
Perempuan itu terpekur sendirian di salah satu meja tepat di sebelah dinding kaca Sunday chocolate café&ice cream dengan gaunnya yang menenggelamkan kursi yang didudukinya. Matanya memandang keluar dengan sedih untuk beberapa saat sambil terisak tanpa suara hingga Changmin datang dan menyodorkan sesuatu.
Ice chocolate with whipped cream.
“Tidak usah…aku tidak bawa uang.” Tolak perempuan itu lemah dengan wajah berantakan.
Tanpa ditanya pun sebenarnya jawaban itu sudah jelas bagi Changmin mengingat perempuan itu tidak bawa apapun bahkan sepatupun dia tidak pakai. Sepertinya dia benar-benar terburu-buru.
“Aku yang traktir.” Changmin memutuskan memotong bonusnya bulan ini karena tidak tega melihat perempuan itu nelangsa. Mungkin ice chocolate bisa membuatnya lebih baik.
Perempuan itu memandang Changmin dan ice itu bergantian.
“Jinjja?”
Changmin mengangguk semeyakinkan mungkin.
“Kamsahamnida.” Segaris senyum tipis terbit sesaat dari perempuan itu. Saat tangannya meraih gelas besar itu tiba-tiba dia terhenti ragu “Hmm…jeongmal mianhe.”
“Kwenchana…” Changmin berniat untuk kembali berkutat di belakang namun perempuan itu menghentikan langkahnya.
“Kalau tidak keberatan…….kamu bisa menemaniku sebentar sekarang ini?”
Changmin tidak berpikir dua kali untuk menemani perempuan itu duduk barang sebentar, terlepas siapa sih yang bisa menolak duduk dengan perempuan cantik. Dia hanya ingin berbuat sebaik mungkin hari ini, seperti yang diajarkan ibunya. Berbuatlah baik pada perempuan dan menolong orang itu jangan setengah-setengah.
“Baiklah, noona….?”
“Soo Young.”
“Baiklah…Soo Young-shii.” Kemudian Changmin menarik kursi di depan Soo Young dan duduk dalam diam sambil melihat perempuan itu sibuk meminum ice chocolate-nya.
Untuk beberapa saat, entah berapa detik tapi tidak sampai lima tiga menit, Changmin terpesona dengan Soo Young yang di matanya terlihat bak putri dongeng yang dia dengar saat masih kecil. Cantik, lembut, anggun, lovely dan georgeous. Berpadu cantik dengan cahaya matahari yang memantul dari dinding kaca di sebelah perempuan itu. Bahkan wajah sedihnya yang sayu menambah nilai plus semua itu tadi. Benar-benar hadiah di hari minggu.
Srooooooottttt!!!
Suara itu menyadarkan Changmin dari lamunannya……hei,itu suara sedotan yang mencapai dasar gelas kan?
Baru beberapa detik Soo young sudah menghabiskan satu gelas ice chocolate ukuran medium dan kini sibuk menyendok whipped cream yang tertinggal….dengan penuh emosi.
“Sorry…maybe it’s gonna be rude or sarcastic or shamefull or anything but you know…I really really get mad now!! Terrible mad! It’s driving me crazy! how can he did it to me?! Aiiissshhh….I want to kill him! I hope I can see his face again then I will kick and hit him until die!”
Kemudian Soo Young menyendokkan satu sendok penuh whipped cream ke dalam mulutnya.
“He said, he will be with me forever. Marry me, build a good house, get a nice job, have a cute kids, give me a millions love everyday till we get old and have a great vacation every year. Saying all this-and-that-sweet-lovey-dovey-picky-greasy-things….and now just look at me….i’m so poor shameless girl! Believe all that lies…aiiiissshhhh~”
Changmin hanya memandanginya dengan wajah datar.
“who is that?”
“My fiancée ….ex-fian….chakkeman…u can speak English?”
“Of course…”
“Haish….” Kepala Soo Young kini tertelangkup di meja sambil sibuk mengutuk dirinya sendiri. Kebodohan nomor sekian di hari ini…..mengira waiter di depannya ini tidak bisa bahasa Inggris padahal dia tadi cukup keras mengumpat.
Happy Sunday Soo Young-ah….
“Kwenchana….life never runs smooth after all.” Hibur Changmin berdasarkan pengalaman pribadinya.
“Thank youuuuuu….ffuuuuhhh~” Soo Young meniup poninya yang jatuh di depan matanya dengan sarkas. Tatanan rambut dua jamnya sudah tidak bersisa seperti imagenya sekarang ini.
Semalam dia tertidur dengan mimpi sangat indah dan mungkin karena itulah sekarang dia mengalami kenyataan yang buruk. Semua persiapannya berbulan-bulan menyambut pernikahan hanya berakhir dengan penolakan di detik-detik terakhir. Lebih tepatnya di 30 menit sebelum dia menggandeng lengan ayahnya menuju altar.
“Siapa namamu?” Tanya Soo Young tiba-tiba berusaha mengalihkan perhatian.
“Changmin.”
“Nah….Changmin-shii, bagaimana kalau kamu mengambilkan air dingin untuk merendam kakiku ini?” Soo Young menjulurkan kakinya yang melepuh ke arah Changmin dan menggerakkan jari-jarinya. Sekarang kakinya benar-benar terasa menyiksa. Sekarang Soo Young tidak ragu-ragu bersikap sok kenal karena toh harga dirinya sudah tak tersisa di hadapan waiter satu ini…dan semua orang yang melihatnya sih.
“Arasso…” jawab Changmin sambil menahan tawanya. Baginya sungguh aneh perempuan yang baru saja gagal menikah malah bersikap tenang tapi sarkas seperti itu, bukannya bersikap heboh seperti di film-film….atau memang sebenarnya perempuan seperti itu?
Beberapa saat kemudian Changmin datang membawa baskom berisi air dan meletakkannya di depan kaki Soo Young yang sukses menghabiskan whipped cream-nya. Melihat itu tiba-tiba Changmin ingin menawarkan segelas lagi tapi urung dia utarakan daripada dia nanti menyesal belakangan.
“Gomawoyo Changmin-shii…”
Changmin merasa kaget karena kini Soo Young sudah berani berbicara informal padanya. Bukannya tersinggung, hanya terkejut dengan perempuan yang bersikap blak-blakan seperti itu. Maka kini Changmin masih berdiri di depan Soo Young, yang sibuk merendam kakinya, dengan kedua tangan di pinggangnya, menunggu. Dia curiga akan ada perintah lanjutan dan dilihat dari gelagatnya sih demikian.
“Hmmm….aku lapar. Bagaimana kalau kamu belikan aku sandwich? Aku hutang dulu deh.” Soo Young memasang puppy eyes dan tanpa bicara Changmin kembali masuk ke dalam.
Sekali lagi karena sedang menjadi malaikat maka Changmin tidak keberatan menghutangi sandwich. Kali ini dia sendiri yang membuatnya. Sambil menyusun lapisan sandwich, supervisor-nya yaitu Ahn Seunghon-shii, lewat di sebelah Changmin dan menanyainya tentang siapa perempuan itu yang tentu saja jawabannya tidak tahu selain nama tentunya. Kemudian terbersit ekspresi kurang senang di wajah Ahn-shii dan untungnya Changmin segera menangkap maksudnya. Dia berjanji untuk mengurusi Soo Young sehingga tidak akan menimbulkan masalah lebih lanjut. Mendengar itu Ahn-shii kembali cerah.
Sementara itu Soo Young merendam kakinya dan menikmati rasa sakit yang mencapai ubun-ubun kepalanya. Airnya yang sejuk terasa menusuk kulit kakinya yang melepuh hasil berlari entah seberapa jauh dan entah berapa menit. Saat ini dia sedang berjuang melupakan semua itu dengan bersandar di kursi dan memejamkan mata. Siapa tau dia bisa bermimpi indah, setidaknya melupakan pandangan aneh dari seluruh penghuni kafe.
“Happy Sunday Soo Young-ah…” gumam SooYoung pelan sekali.
……………………..
…………..
“Soo Young-shii… Soo Young-shii…” Changmin memanggil-manggil Soo Young yang lebih tepatnya membangunkannya dari tidur siangnya. Sebenarnya dia tidak ingin membangunkan perempuan itu tapi dia sedang tidak ingin ketambahan tugas untuk mengurus seseorang yang pingsan karena kelaparan. Akhirnya Soo Young terbangun juga setelah Changmin memberanikan diri menyentuh tangannya.
“Unngghh….aku ketiduran ya?” Soo Young kemudian menegakkan badannya.
Changmin menyodorkan satu piring dengan empat iris sandwich yang langsung dijamah tanpa basa-basi. Karena takut kurang dia tadi memutuskan membuat club sandwich dan sepertinya itu keputusan tepat jika melihat bagaimana cara Soo young memakannya. Cepat dan lahap. Sangat mengharukan.
“Kamu tidak kembali bekerja?” Setelah irisan kedua Soo Young mulai berbicara karena sadar Changmin tidak beranjak dari depannya.
“Jadi sudah tidak butuh ditemani?”
“Anniyo! Shiroyo…” tanpa sadar tangan Soo Young mencengkeram tangan Changmin yang hendak berdiri padahal mulutnya masih mengunyah.
“Dia sudah meninggalkanku jadi jangan tinggalkan aku sendiri disini.” Sebenarnya Changmin bisa melihat banyak keraguan di mata Soo Young, saat ini pikirannya pasti sedang kalut dan dia mencoba untuk meluruskannya kembali. Maka ketika Changmin kembali duduk barulah Soo Young melepaskan cengkramannya dan kembali makan.
“Sebenarnya aku sudah curiga dia ragu-ragu menikahiku tapi aku berusaha meyakinkan diri kalau itu hanya perasaan khawatir berlebihan calon pengantin. Sialnya itu benar-benar terjadi tepat di hari pernikahanku, beberapa jam yang lalu. Haaaaiiisssshhhh!!!” Soo Young benar-benar kesal dan itu terihat dari caranya mengunyah sandwich-nya dan Channgmin hanya takut perempuan ini akan tersedak. Akan sangat mengerikan pingsan karena tersedak.
“Dia masuk ke kamarku dan mengatakan tidak bisa menikahiku. Dia bilang daripada menjawab ‘tidak’ di altar akan lebih baik mengatakannya sekarang. Logika yang bagus sebenarnya, pantas dia cum laude. Tapi mungkin karena itu juga ya dia jadi melecehkanku,karena aku bodoh. Uhm…lain kali aku harus cari laki-laki yang tidak terlalu pintar.” Soo Young mulai menceracau tidak jelas sampai Changmin merasa dia mabuk karena terlalu banyak minum coklat. Changmin memilih untuk diam sambil mengingat-ingat apakah tadi chocolate ice-nya memakai terlalu banyak rhum.
“Dia lebih memilih cinta masa kecilnya.” Soo Young mulai menggigit sandwich yang ketiga. “Aku sudah bersamanya selama tiga tahun dan begitu caranya mencampakanku demi wanita lain? What a perfect story.”
“Lalu bagaimana perasaanmu sekarang?”
“Better.”
“Kakimu?”
“Better too.” Jawab Soo Young dengan tersenyum kecil. Changmin pun menyambutnya dengan tertawa kecil.
“Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?”
“Mollayo…”
“Setidaknya kamu harus pulang kan?”
“Iya tapi tidak sekarang.”
Changmin memahami jawaban itu dengan sangat baik. Siapapun yang baru saja melalui hal tidak menyenangkan seperti itu pasti ingin melarikan diri dulu. Menyepi atau mencari kemeriahan sama bagusnya.
“Changmin-shii….kamu pulang kerja jam berapa?”
Mendengar pertanyaan itu Changmin merasa hujan akan segera turun karena mendadak perasaannya tidak enak. Pasti akan ada permintaan lagi, batinnya.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Aku akan menunggumu disini sampai kamu selesai. Ottoke?”
“Tapi setelah jalan-jalan kamu akan langsung pulang kan?”
“Mollayo…” Soo Young kembali memainkan matanya memandang keluar kafe namun yang dia temui adalah tatapan aneh dari setiap orang yang melintas sehingga dia memilih kembali menatap Changmin.
“Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang.”
“Shiro! Aku kan bukan anak kecil, aku bisa pulang sendiri kok.”
“Aku tidak percaya dengan keadaanmu seperti ini. Aku curiga kamu akan menenggelamkan diri di sungai Han. Jadi aku akan memastikanmu selamat.”
Mendengar itu mata Soo Young berubah teduh dan memasang wajah tersentuh.
“Hei…jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku hanya kasihan saja padamu.” Tanpa sadar pipi Changmin terasa panas karena malu. Memang pertama kali ini dia bersikap gentleman padahal biasanya cenderung menghindari orang tak dikenal, apalagi kalau itu perempuan.
“Oh iya…aku memang menyedihkan.” Soo Young memainkan kain gaunnya yang tidak putih lagi dengan tangannya sambil menundukkan kepala. Sontak itu menerbitkan rasa panik dalam diri Changmin.
“Anniyo…bukan seperti itu maksudku.”
“Kalau begitu jangan membuatku terlihat menyedihkan. Temani aku jalan-jalan.” Soo young kembali memasang wajah memelas. Bahkan bibirnya pun manyun seperti anak kecil yang ditolak permintaannya. Matanya yang bulat dan sembab terlihat bersinar cerah, kontras sekali dengan penampilannya yang berantakan.
“Gurae….gurae...” akhirnya Changmin mengalah. Daripada Soo young menangis malah akan memperparah keadaan dan pemandangan karena ini saja sudah menjadi pemandangan “indah” baik yang di dalam apalagi di luar kafe. Dalam hati Changmin membatin, pasti di belakang Ahn-shii sedang tersenyum senang karena merasa dapat promosi gratisan. Tiba-tiba Changmin ingin minta bonus tambahan atas kerja kerasnya sebagai korban drama ini.
“Tapi janji kamu harus mau kuantar pulang.”
“Janji.” Akhirnya Soo Young tersenyum lebar yang sedikit menerbitkan rasa tenang di hati Changmin. “Jadi sana kembalilah bekerja. Aku akan menunggumu disini.”
Sepanjang hari ini baru kali ini Changmin merasa lega. Setidaknya dia akan lepas dari perempuan aneh ini selama kurang lebih 2 jam ke depan dan berharap Soo Young bisa tertidur atau minimal tidak berbuat aneh-aneh. Tapi Changmin lupa kalau Soo Young memang aneh karena baru saja menyuruh pergi malah dia kembali memanggil.
“Changmin-shii…bagaimana kalau aku menunggu dengan makan ice cream?”
“…………..”
Mworago???!!!
Tanpa sadar Changmin berbalik dan memberi Soo Young tatapan tajam tapi jawabannya adalah senyuman manis tanpa dosa. Sekali lagi Changmin tidak tega dan berakhir dengan membawa semangkuk kecil tiga scoop ice cream chocolate, raisin dan strawberry lengkap dengan perniknya. Untung Ahn-shii menggratiskannya kali ini.
“Habiskan pelan-pelan. Ini yang terakhir.” Ucap Changmin tajam. Kesabarannya sudah mulai menipis sekarang dan untungnya Soo young menyadarinya, jadi dia hanya diam saja. Sesuai perintah Soo young menghabiskan ice creamnya dengan kecepatan bekicot hingga lelehannya nyaris luber.
Selama melanjutkan pekerjaannya di belakang Changmin merasa tidak tenang, beberapa kali dia melirik Soo Young. Tiba-tiba Changmin merasa bersalah meninggalkan Soo Young sendirian karena perempuan itu terlihat sedih dan bosan. Maka sewaktu mengantar pesanan dia sempatkan mampir untuk menyapa Soo Young yang malah berakhir penyesalan.
“Changmin-shii…aku bisa pinjam gunting?”
Changmin hampir saja menjatuhkan nampannya mendengar permintaan itu.
“Anniyo…aku tidak berniat bunuh diri atau menyerang orang lain kok.” Soo Young buru-buru meluruskan situasi. “Aku hanya ingin menggunting sesuatu.”
“Jinjja?”
Soo Young hanya mengangguk tanda yakin tidak akan lebih dari itu. Maka Changmin kemudian tidak ragu untuk mengambilkan sebuah gunting dan memberikannya. Dia sengaja menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan Soo Young…yang ternyata untuk menggunting gaunnya.
Ya…gaun pengantinnya.
Dari sekian banyak keanehan dalam hidupnya dan sepanjang hari ini maka inilah hal yang paling aneh dan mengejutkan akal sehat dan perasaannya. Bukan benang yang menjuntai atau sekedar kain membandel yang menyembul tapi memang benar-benar gaun bagian bawah. Dengan percaya diri Soo Young menggaris gaunnya dengan gunting dari bawah tumit hingga lutut. Mulut Changmin hanya bisa menganga dengan suksesnya.
“Soo Young-shii apa yang kamu lakukan?!” tanpa sadar Changmin memegang pergelangan tangan Soo Young yang sedang menggunting dan menyentakkannya kuat-kuat.
“Aku tidak mungkin jalan-jalan denganmu dengan memakai gaun seperti ini jadi aku ingin menyederhanakannya. That’s it.”
“Kamu kan bisa membeli baju atau….kupinjami baju temanku.”
“Aku tidak bawa uang dan aku tidak ingin meminjam darimu lagi.”
“Aish…”
“Sudahlah. Aku tidak apa-apa kok.”
“Bukan itu masalahnya…” Saat Changmin sibuk menata kalimat dalam kepalanya Soo Young malah kembali berkutat dengan pekerjaan tangannya. Suara robekan kain terdengar mengerikan di telinga Changmin. Mereka berdua kini seperti dua pemain diatas panggung dengan spotlight besar yang menyoroti tingkah laku mereka. Hasilnya kini semua mata di dalam kafe memandangi mereka dengan tatapan sangat sangat tertarik.
“Chakkeman… Soo Young-shii, kurasa ini tidak baik…”
“Kenapa sih kamu ini? Ini gaunku, aku yang pakai, aku yang beli jadi hakku kan mau kuapakan….”
“Apa kamu tidak malu?” Kali ini Changmin mendekat dan berbisik.
“Terlanjur.”
Jawaban Soo Young itu membuat Changmin mati kutu. Kalau dipikir memang ada benarnya sih toh sejak awal datang dia sudah cukup memalukan. Hidupnya bisa dikatakan tidak bersisa hari ini. Dicampakkan calon suami dan bertingkah aneh di tempat umum. Sepertinya tidak ada yang lebih buruk dari itu kan?
“Nah!” Soo Young kini menepuk-nepuk gaunnya yang tinggal selutut. Tumpukan lapisan tipis yang membuat roknya mengembang kini tersembul acak tapi tetap dengan bentuk yang bagus. Sepertinya Soo Young memiliki taste desain jadi tidak asal menggunting.
“Bisa bantu aku?” Soo Young menyodorkan gunting di tangannya dan Changmin hanya memberi tatapan bertanya. “ Guntingkan bagian belakang.”
“M…mwora..go? Di sini? Bagaimana kalau kita lakukan di belakang saja?” Seorang Changmin masih merasa punya harga diri yang belum ternoda, jadi jangan samakan dengan Soo Young, dan akan bersedia melakukan tindakan bodoh seperti itu apalagi di tempatnya bekerja pula. Nonsense.
“Malu? Hey…kita ini sama saja. Semua orang disini juga tahu hanya kamu yang mengurusiku dari tadi jadi aku rasa nilai kita sama. Sudahlah….jangan bersikap setengah-setengah.” Soo Young menodongkan guntingnya tepat di depan wajah Changmin dengan ekspresi menyuruh.
Changmin benar-benar bingung sekarang. Perempuan ini benar-benar menakutkan baginya. Aneh dan unpredictable. Membuatnya ngeri tapi juga penasaran, karena itu sedari tadi dia hanya memandangi gunting itu dengan ragu-ragu. Sekali dia terima permintaan itu habis sudah namanya nanti. Soo Young yang menyadari keraguan itu semakin menggodanya.
“Oh please…you are a man…”
Changmin tetap tidak bergeming namun wajahnya tidak bisa berbohong. Dia semakin bimbang.
“I guess you never try something crazy, isn’t you?”
Kini wajah Changmin mengeras. Soo Young ada benarnya, selama ini memang hidupnnya lurus-lurus saja dan sekarang berubah aneh setelah bertemu dengan perempuan ini. You are the crazy one!
“If you wanna try something crazy just lets do it now.” Sekarang Soo Young berusaha keras mempengaruhi Changmin yang mulai termakan omongannya “kamu takut dipecat? Aku yakin kamu cuma partimer so I think it’s not big deal. Tinggal cari pekerjaan di tempat lain kan. Aku janji akan membantumu, temanku banyak kok.”
Tanpa disangka Soo Young berhasil menyentuh bagian sensitif dalam rencana hidup seorang Shim Changmin. Memang itulah yang sedari dulu dia pikirkan sebelum melakukan tindakan apapun. Bukan karena miskin tapi itu semua atas nama harga diri dan profesionalisme. Harga dirinya sebagai satu-satunya anak lelaki dalam keluarga cukup kuat membentengi dirinya dari hingar bingar anak muda seusianya yang suka tantangan aneh-aneh.
Dengan yakin Changmin mengambil gunting itu dari tangan Soo Young yang membuat semua penonton ikut menahan nafas menanti kelanjutan cerita. Cukup satu langkah Changmin kini sudah berlutut di belakang Soo Young dan bersiap menggunting gaun yang ujungnya sudah tidak putih lagi itu.
Here we go!
Kresssss…..
Tidak seperti changmin duga tadi ternyata pekerjaan ini sama sekali tidak membebaninya. Bunyi kain robek itu malah menenangkannya dan kini dia sudah tenggelam di dalamnya. Dia merasa dunianya senyap. Hanya ada dirinya dan keharusannya untuk menggunting serapi mungkin, se-profesional mungkin. Bahkan dia tidak ambil pusing beberapa pengunjung yang memotret atau merekam dengan handphone mereka. Mungkin setelah ini dia akan bintang youtube.
Soo Young sendiri berdiri tenang seperti tidak terjadi apa-apa, malah sesekali sengaja memalingkan wajah ke beberapa pengunjung sambil tersenyum sangat tipis dan sedikit berpose tentunya.
“Feels like a star huh?”
“Of course.” Jawaban spontan Soo Young itu mengagetkan Changmin yang tidak menyangka gumamannya terdengar. “Mungkin setelah ini akan ada pencari bakat yang menawariku jadi artis. At least aku akan jadi bintang youtube.”
Changmin hanya tersenyum sinis mendengarnya dan masih terus bekerja. Namun beberapa menit kemudian Soo Young dan Changmin terlibat diskusi serius, atau lebih tepatnya bertengkar, mengenai bagaimana guntingan yang rapi, bentuk potongan yang bagus dan sebaiknya dibentuk bagaimana. Tanpa disadari mereka berdua kini terlihat seperti desainer dan modelnya tapi untungnya itu tidak membutuhkan waktu yang lama.
Selesai dengan drama fitting dress Soo Young kembali duduk dan Changmin ke belakang untuk membuang sisa kain, itupun setelah melalui perdebatan yang berakhir dengan Changmin kalah suara. Mulanya dia ingin Soo Young membawa pulang kain itu karena bahannya yang bagus dan mungkin masih bisa digunakan lagi tapi ditolak mentah-mentah oleh yang punya. Bawa sial saja,katanya.
Di belakang Changmin yang memang seorang manusia hemat memilih untuk menaruh potongan kain itu dalam kresek besar dan menyimpannya di gudang. Suatu saat nanti itu akan dia bawa pulang atau dia berikan pada orang yang membutuhkan. Selesai menutup pintu gudang Changmin teringat sesuatu kemudian melihat jam tangannya dan kaget. Dia terlambat 10 menit! Sudah saatnya pergantian shift dan itu artinya dia harus segera menghadap Ahn-shii sang supervisor.
“Hari yang sibuk ya Changmin-shii?” sindir Ahn-shii saat melihat Changmin datang menghadap dengan terburu-buru, tiga teman lainnya sudah berdiri berjajar dengan manis.
“Mianhe…”
“Oke…hari ini kalian kerja cukup bagus untuk ukuran pengunjung sebanyak itu tapi untuk ke depannya cobalah untuk lebih ramah lagi.” Terang Ahn-shi sambil melihat jam tangannya “dan untuk Changmin…good job!”
Changmin menjawab dengan senyum lebarnya yang teman-temannya yakin itu sangat terpaksa.
“Hari ini kamu bagus sekali. Mungkin aku akan menambah bonusmu. Aku yakin setelah ini pasti makin banyak pengunjung. Lalu setelah ini apa yang akan kalian lakukan?”
“Kalian?”
“Iya.Kalian. Kamu dan perempuan itu.”
“Namanya Soo Young.”
“Ooow…bahkan kamu tahu namanya kan, jadi sekalian saja. Sepertinya Soo Young-shii itu menarik juga, cantik pula….iya kan?” gempur Ahn-shii pada Changmin yang hanya bisa membalas dengan cengirannya. Iya cantik dan aneh.
“Iya Min…ajak saja dia jalan-jalan pulang kerja ini.”
“Antar kerumah dan lamar sekalian kalau perlu.”
Celetukan teman-temannya itu membuat Changmin semakin hopeless. Hari ini dia benar-benar hancur lebur dan dia jadi mempertimbangkan untuk keluar kerja setelah menerima gajinya besok dan menagih janji Soo Young untuk mencarikannya pekerjaan part time lain, tentunya dengan gaji lebih banyak.
“Kalau begitu saya pulang dulu.”
“Ah iya…iya…pulanglah, kamu pasti capek.” Bagusnya Ahn-shii tidak berniat menyiksa lebih jauh anak buahnya yang paling rajin itu jadi dia segera melepaskannya walau tetap dengan tambahan “Changmin-ah…fighting! Hahahaha!”
Keluar dari neraka itu Changmin mengganti baju kerjanya dengan t-shirt dan jaket yang selalu dia bawa walau musim panas sekalipun. Dengan malas Changmin merapikan rambutnya dan menyambar tas ransel hitamnya yang sering diejek terlalu old school oleh Ahn-shii. Tak butuh waktu lama baginya untuk kembali ke depan, ke tempat Soo Young duduk menunggu dengan roknya yang berubah pendek sekarang. Tapi entah kenapa sekarang Changmin tidak terlalu terpesona dengan penampilan Soo Young walau kecantikannya tidak berkurang.
“Aku tadi sudah cuci muka.”
Mendengar kalimat pertama Soo Young menyambutnya itu membuat Changmin tidak bisa menahan tawanya hingga dia terduduk dan memegangi perutnya.
“Memang kenapa sih? Ada yang aneh?”
“Anniyo….hump…hu..mp…” jawab changmin sambil berusaha menutup mulutnya karena Soo Young memandanginya dengan tatapan marah. Tapi beberapa detik kemudian dia ikut tertawa geli dan akhirnya mereka berdua tertawa karena hal yang sebenarnya juga tidak mereka pahami. Bahkan Soo Young tertawa hingga menangis. Sebuah tawa yang penuh kelegaan setelah drama yang panjang bagi seorang Soo Young.
Saat melihat perempuan itu tertawa Changmin merasa lega dan senang.
“Kalau begitu ayo kita pergi sekarang.” Putus Changmin dan langsung saja berdiri.
“Chakkeman…” bukan karena tindakan Changmin yang tiba-tiba tapi karena ada sesuatu yang sangat penting hilang. Changmin hanya memandanginya dalam tanya dan melihat arah telunjuk Soo Young yang ke arah bawah. Kakinya telanjang tanpa alas kaki.
“So?” Tanya Changmin pura-pura bodoh.
“Haish…pinjami aku sandal atau sepatu!”
“Gurae…gurae…” jawab Changmin asal sambil kembali ke dalam, seingatnya teman kerjanya yang perempuan punya cadangan sandal di lokernya. Tapi sayang yang ditemukannya malah sepatu ankle boot dari bahan kain yang sudah berdebu dan itu mengundang protes dari Soo Young yang memaksanya mencarikan sandal saja.
“Take it or leave it.” Putus Changmin dingin yang disambut dengan bibir manyun lima senti dari Soo Young.
“Gurae…gurae…” Soo Young berjuang setengah mati memasukkan kakinya kedalam boot. “Tapi…ini susah…kakiku tidak cukup.”
“Haish…” karena sebal melihat Soo Young yang tidak becus maka Changmin memutuskan untuk turun tangan sendiri. Untuk kedua kalinya dia berjongkok demi Soo Young.
“Ouch!” pekik Soo Young saat Changmin menjejalkan kaki kanannya masuk kedalam sepatu secara paksa “pelan-pelan.”
Kemudian Changmin menjadi lebih berhati-hati saat mengurus sisanya.
“Hmm….Changmin-shii , aku boleh bilang sesuatu? Tapi jangan marah.”
“Mwo?”
“Aku seperti Cinderella ya…bedanya aku kehilangan kedua sepatu…hehehehe.”
Changmin berhenti dan memandangi Soo young dengan tatapan datar.
“Berarti aku pangerannya?”
“Iya.”
“….okey, not bad.”
Soo Young kali ini tidak bisa menahan senyumnya……yes, my prince.
“Nah…sekarang sudah beres dan ayo kita berangkat.”
“Let’s go!” teriak Soo Young tiba-tiba hingga Changmin kaget sendiri apalagi tangan SooYoung sudah melingkar di lengannya dan menariknya keluar kafe dengan penuh semangat. Soo young sama sekali tidak memperhatikan Changmin yang menatapnya lembut, melihat perempuan patah hati itu gembira sudah membuatnya senang. Sepertinya dia rela melakukan apapun malam ini untuk melihat sinar mata gembira dibalik kantong mata tebal bekas tangisan sepanjang hari itu.
“Oke…kita mau kemana sekarang?”
“Aku ingin makan ddoeboekki.”
Happy Sunday Changmin-ah dan Soo Young-ah!
********************
Satu bulan kemudian…
“Min! ini ada surat untukmu.” Lee Jinki temannya yang berstatus barista memberikan sebuah amplop coklat besar pada Changmin yang baru saja keluar dari mengganti bajunya dengan kemeja seragam.
“Gomawoyo..tapi ini dari siapa?”
“Entahlah dia tidak bilang namanya siapa. Kupikir kamu kenal dengannya. Mungkin ada kartu nama dia di dalam situ.” Jawab Jinki sambil melirik penasaran ke arah amplop itu.
“Hmm…” sambil mengingat-ingat Changmin membuka amplop ringan itu dan mendapati tiga buah foto ukuran besar. Foto long shoot yang membuatnya speechless.
“Wow! Foto yang bagus.” Ujar Lee Jinki yang mengintip dari balik badan Changmin.
Tanpa sadar Changmin menaikkan alisnya, kebiasaannya saat excited, dan tersenyum lebar. Dia sungguh menyukai foto-foto yang ada di tangannya itu. Orang yang mengirim foto ini jelas berada di kafe saat kejadian itu dan dia memotret lalu memberikannya pada si model sendiri. Changmin merasa berterima kasih pada orang tersebut karena mengabadikan momen paling ajaib dalam hidupnya itu. Bahkan senyumnya semakin mengembang saat melihat id call orang yang meneleponnya saat ini. Cinderella.
“Yoboseyo?”
“Yoboseo. Oppa…mianhe, nanti aku datang telat ya. Disini ternyata antriannya banyak.”
“Untung aku belum beli tiket filmnya…” jawab Changmin datar. Biasanya dia akan merengut tapi foto itu sudah cukup menghiburnya dari kabar buruk apapun yang bisa datang dari perempuan yang menelponnya sekarang ini.
“Miaaaaaaaaannn….kalau bukan demi omma aku juga malas mengantri disini. Tapi kalau melihat antriannya aku jadi tidak yakin bisa ke tempatmu hari ini.”
“Kamu ha-ru-s datang karena ada sesuatu yang menarik untukmu.”
“Mwo?”
“Rahasia.”
“Haish…paling itu….”
“Anniyo. Kali ini kamu pasti akan suka.”
“Jinjja? Aku tidak yakin….”
“Aku berani taruhan seratus tiket nonton film kalau sampai kamu tidak menyukainya.” Changmin tersenyum penuh kemenangan saat melihat tiga foto yang kini ada di tangannya.
Foto pertama dimana dia sedang berlutut menggunting gaun dan SooYoung meliriknya.
Foto kedua saat dirinya memakaikan sepatu untuk Soo Young.
Lalu foto terakhir yang paling dia sukai…SooYoung dan dirinya duduk berhadapan sambil tertawa.
“Oke…aku bertaruh seratus kardus ramyon kalau aku sampai menyukainya.”
“Kita buktikan saja nanti.” Kemudian Changmin menutup handphone-nya.
Percayalah…kali ini aku akan menang telak Soo Young-ah!
............The End..........