Wedding Path, Chap4

Jun 26, 2008 15:15

nih, coba baca dulu.

bukan madness aja, sih. ada beberapa mix dari yang lain juga karena kupikir klo disatuin tuh pas banget.

The Wedding Path
Path 4
Pairing : Dino x Girl!Hibari
Genre : Romance - Humor
Rate : T

The Tragedy of Valentine’s: Nearly Dead

Hibari Kyouya,

Ketua Komite Kedisiplinan di SMA Namimori,

Umur : (hampir) 18 tahun,

H/W : 172cm / 47kg,

Gender : Laki-laki (atau begitulah yang anggapan penghuni sekolah dan masyarakat luar),

Hari ini sedang kesal berat.

Sasagawa Ryouhei adalah orang pertama yang datang mengusiknya. Dan dia bilang, “Hei, Hibari! Mari kita menuju langkah awal dalam cinta yang EXTREME!!” dan dalam sekejap mata, dia melayang di udara.

Selanjutnya pasangan bodoh Gokudera Hayato dan Yamamoto Takeshi. Yamamoto berteriak-teriak membesarkan masalah, “Hibari, lihat!” dia memperlihatkan sebuah coklat berbentuk hati dengan tulisan ‘LOVE’ di atasnya, “cewekku (Gokudera) yang membuatkannya untukku!”

“KAMUUUUU!!” teriak Gokudera dengan kesal dan malu, “Jangan ngomongin hal yang nggak perlu!” dia menjotos Yamamoto (yang masih bertampang bahagia).

Disusul dengan Sawada Tsunayoshi yang kini lari-lari di koridor dengan hanya memakai boxer motif monyet.

“UWOOOO!! Menyatakan cinta seperti akan matiiii!!!!”

Gokudera yang saat itu masih mengguncang-guncangkan tubuh Yamamoto langsung berlari mengikutinya, “Juudaime! Aku ikut!”

“Hoi! Pacarmu itu aku, lho!” Yamamoto juga ikut mengejar.

Hibari benar-benar merasa perlu untuk membunuh mereka. Baru saja dia mengeluarkan tonfanya, sesosok bayangan kecil muncul di jendela, “Hari ini benar-benar dalam keadaan yang hingar-bingar, ya.”

“Ah, si bayi,” kata Hibari mengenalinya.

“Ciaossu.”

“Kau datang juga ternyata.”

“Karena kurasa akan ada yang menarik hari ini.”

“Menarik?” tanya Hibari, namun membiarkan hal itu lewat dan langsung merubah objek pembicaraan, “Tadi kulihat Sawada sedang dalam keadaan Shinuki Mode. Kau yang membuatnya begitu, ‘kan? Karena itu, kau harus bertanggung jawab atas semua keributan ini.”

Hibari sudah siap untuk menyerang Reborn, tapi teriakan seorang wanita (yang ternyata adalah Bianchi) membuatnya mengalihkan perhatiannya.

“Reborn sayang, ini coklat yang sengaja kubuatkan khusus untukmu. Cobalah!” teriaknya sambil berlari menuju Reborn dengan tampang malu-malu. Reborn langsung pura-pura tidur seakan dia sudah tidak tidur seabad lamanya. Well, jelaslah… siapa juga yang mau makan masakan Bianchi?

“Oh, ya ampun Reborn… kau lelah, ya?” tanya Bianchi dengan nada cemas.

Dan tiba-tiba, dari belakang Bianchi muncullah Dr. Shamal (pindah kerja ke SMA Namimori buat ngawasin anak-anak) yang langsung main peluk. “Oh, Bianchi-chaan! Kau datang untuk memberiku cok―”

Belum selesai kalimatnya, Bianchi langsung menendangnya. “OUGH!!”

“Bianchi-chan tegaaa…” ratap Shamal.

“Orang mesum dilarang mendekat.”

Dan tiba-tiba juga, “Reborn! Rasakan ini!”

Lambo muncul!

Bagus.

Makin banyak saja orang-orang pembuat masalah bermunculan di sekolahnya. Dasar kuman yang harus dibasmi!

Reborn langsung mengelak dari tembakan bola lumpur Lambo dan bola lumpur tersebut mengotori dinding dan lantai koridor (urat Hibari mulai keliatan). Mereka terus seperti itu sampai pada akhirnya Sasagawa Kyouko datang dan langsung menggendong Lambo.

“Sudah, sudah… ayo, main denganku saja. Ya?”

Dan seperti punya sinyal awas, Tsuna yang tadinya berlari ke arah berlawanan kini langsung berbalik menuju Kyouko. “KYOUKO-CHAAAAN!!!!”

“Waaaaa! Juudaime, tungguin!”

“Woi! Dibilangin pacarmu tuh yang ini!” Yamamoto menunjuk dirinya sendiri dan masih lari mengejar Gokudera.

“Lambo-san akan menang! Terima ini, Reborn!” Lambo sekali lagi menembakkan bola lumpurnya pada Reborn.

Reborn kembali menghindar. Bola lumpur itu melesat melewati Reborn, melewati Shamal, melewati Hibari, melewati Tsuna (menghindar dengan salto di udara), dan mengenai tepat di wajah Gokudera.

Suasana hening. Yamamoto, Bianchi, dan Shamal hanya bisa bilang ‘Ah…’

Gokudera langsung ngamuk dan menginjak-injak Lambo, “KONO YAROU!!!!! AHO USHI!!!” yang langsung ditahan oleh Yamamoto dari belakang.

“Oi, oi! Tenang, Gokudera!” katanya melerai, “Ayo kita bersihkan. Ayo, ayo…”

“Hayato, kau tidak apa-apa?” tanya Bianchi yang (kayakya cuma sengaja nampang) mengkhawatirkan adiknya itu.

Dalam seketika Gokudera langsung merasa mual begitu melihatnya.

“UGH! AUGH!” dan pingsan ditempat.

Yamamoto langsung menggendongnya dan membawanya menjauh dari sana, yang penting menyadarkan Gokudera dulu. Gokudera dalam gendongannya bermimpi buruk dan mengigau, “Poison… cook… ing… Hentikan, kak… mati aku…”

Sementara itu, Lambo sekarang lagi nangis ampun-ampunan. Yeah, julukannya aja Crying Baby Lambo, nggak heran dia nangis. By the way, sekarang dia mau menembakkan Ten Years Bazooka-nya.

DHUAR!!

“… Ya ampun… lagi-lagi… padahal aku baru saja mau menyantap makananku.”

Ten Years Later (TYL) Lambo datang! Dia sedang memakai celemek dan memegang sumpit di tangannya. Kayaknya abis masak.

“Halo semuanya. Kurasa aku yang sepuluh tahun lalu sudah membuat keributan, ya?”

Tonfa langsung tepat berada dibawah dagunya. Itu Hibari. Lambo langsung bercucuran keringat dingin, menelan ludahpun rasanya susah sekali.

“Kau benar,” kata Hibari dingin, “dan kau yang harus membayarnya.”

“ROMEO!” teriak Bianchi geram, “Beraninya kau muncul di depanku! Rasakan ini!” Bianchi langsung mengeluarkan Poison Cooking lv. 3.

Lambo langsung lari kemanapun dia bisa lari, dikejar oleh Bianchi yang masih dalam keadaan berserk.

Nanti akan kubunuh satu-satu, pikir Hibari. Kenapa para pengacau ini datang ke SMA-ku, sih?

Karena udah nggak kuat, Hibari memutuskan untuk pergi dari situ dan beristirahat di ruangannya. Disepanjang perjalanannya menuju ruangannya, banyak siswi yang berseliweran dengan membawa coklat ditangannya. Para siswa hanya tinggal menunggu untuk diberi.

Valentine’s Day… Hibari mengeluarkan nafas panjang. Suatu hal yang tak ada gunanya.

Hibari sudah berada tepat di depan ruangannya. Dia membuka pintu, dan melihat ada Dino yang melambaikan tangan padanya disitu! Dia langsung membanting pintunya tertutup kembali dan memutuskan untuk pergi ke atap saja.

Terdengar suara pintu yang kembali dibuka dan langkah kaki yang mengejarnya. “Woi! Kyouya! Kok gitu, sih?!” Dino mengejarnya dengan bercucuran air mata. Dia memeluk Hibari dari belakang dan bermanja-manja seperti kucing.

“Jangan seenaknya main peluk,” Hibari memperingatkan.

Tapi kacang emang mahal, karena Dino ngacangin Hibari.

“Kyouya, ini ‘kan Valentine’s Day. Aku jauh-jauh datang dari Italia hanya untuk menemuimu, lho,” kata Dino sok romantis.

“Valentine’s Day adalah hari yang sama sekali tidak berguna, kecuali kau memberikan suatu penawaran,” balas Hibari.

“Tentu saja! Aku punya hadiah yang sempurna untukmu. Seekor anak kucing jenis Abyssinian, benar-benar mirip denganm―”

“Aku punya Hibird. Tak mungkin memelihara kucing,” Hibari memutus kalimatnya.

“Ah, benar…” Dino sedikit kecewa, “Tapi aku punya hadiah kedua untukmu! Sebuah Model-Gun keluaran terbaru! Bentuknya sangat bagus dan―”

“Aku tidak butuh.”

“Mmm… iya, ya…” Dino muram, tapi kembali cerah dan berkata, “Oh, ya! Aku masih punya hadiah ketiga! Chocolate Gelato a la Italia, aku yang membuatkannya untuk―”

“Aku tak suka manis.”

“Ba-bagaimana kalau seekor kuda?” Dino tidak menyerah.

“Tidak.”

“Baju baru?”

“Tidak.”

“Baju renang?”

“Mau mati?”

“Kalau―”

“Berisik! Cukup. Aku harus mencari Tetsuya untuk menyuruhnya mengusir pengacau sepertimu dari sekolahku.”

“Tetsuya? Oh… Kusakabe wakilmu itu, ya,” sahut Dino, “Kalau dia, sih… waktu aku masuk ke ruanganmu dia buru-buru keluar dan bilang mau menyatakan cinta pada gadis pujaannya.”

Sampai Tetsuya ikut-ikutan?!

Dan sekarang tinggal aku sendiri yang harus membereskan semua kekacauan ini?!

Kemudian dengan entengnya Dino bilang, "Nge-date, yuk?”

Perfect.

“Yuk? Kencan, yuuuk?” rengek Dino sambil bergelayutan pada Hibari. Dino masih memeluk Hibari, dan Hibari merasa pelukannya makin erat saja. “Kan sudah lama kita nggak kencan.”

Pernah gitu mereka kencan?? Seingat Hibari hampir tiga tahun yang lalu dia pergi berdua dengan Dino, tapi hanya karena kalah taruhan dan terpaksa menuruti si pirang Italia bodoh satu ini. Dan perlu digarisbawahi, itu BUKAN kencan (menurut Hibari, sih, gitu).

Dengan buas, Hibari mengacungkan tonfanya pada Dino, “Kami korosu!”

“Auh! Baiklah, baiklah…” Dino mengangkat kedua tangannya, “Kalau begitu kau mau hadiah apa? Aku belikan.”

“Aku tidak butuh barang apapun.”

“Tidak mau barang? Hmm…” Dino dengan cepat memutar-mutar otaknya, “Oh, ya! Bagaimana kalau latihan spesial untuk mempertajam skill-mu? Hanya kau dan aku?” saran Dino.

Hibari berpikir sejenak, “Baiklah.”

“Oke! Kalau begitu, aku jemput usai sekolah nanti!” kata Dino riang, “Sampai nanti!”

Dino dengan cepat keluar dari gedung sekolah dan memasuki mobilnya, lalu buru-buru menghubungi Romario, “Cepat! Romario! Booking sebuah kamar hotel untukku!”

Nearly Dead-nya sendiri adalah adegan habis ini. Sengaja nggak di tuli karena aku senang sama akhir yang ngebuat pembaca mengarang bebas.

Yah, gitu, deh...

Do you mind?

katekyo, fanfic, d18

Previous post Next post
Up