Awesome Night (Oneshot)

Jul 02, 2011 03:51

Title: Awesome Night
Rating: NC-17
Genre: Fluff
Pairing: TakaYamaJima
Summary: OT3

Malam begitu indah di kota Tokyo yang penuh orang berlalu-lalang. Bintang-bintang bertaburan bebas di langit, meski sedikit tertutup oleh terangnya lampu-lampu di setiap sudut jalan. Angin bertiup dengan tenang, menghampiri setiap benda yang melintas perlahan.

~Yamada's flat: 8:45 PM~

Suasana di ruang tamu tampak sunyi, tidak ada tanda-tanda manusia di sana. Namun, dari balik pintu sebuah kamar terdengar suara-suara desahan dan nafas yang terengah-engah, berpadu dengan merdunya.

"Aahh... Aaahh... Taka-chan!" Desah seorang pria cantik yang tidak lain adalah si empunya flat, Yamada. "Uugh, Yama-chan..." Pria yang dipanggil Taka-chan alias Takaki itu menjawab, disertai dengan erangan pelan. Yamada mencengkram seprai putih di bawahnya dengan kuat, menjaga agar tubuhnya tetap stabil. Ia merasakan tubuhnya sedikit terguncang setiap kali Takaki menusukan miliknya di dalam tubuhnya. Lututnya bahkan sudah bergeser beberapa inci kedepan dari tempatnya semula. Ia pun dapat mendengar derit tempat tidurnya.

Ia terus mendesah penuh kenikmatan. Keringat mengalir di wajahnya dan Takaki. Tubuh mereka berdua pun sudah mengkilap oleh peluh. "Aahh... Pelan-pelan, Taka-chan!" Pinta Yamada sambil kedua tangannya mencengkram seprai lebih kuat, mencoba menahan permainan Takaki yang semakin liar. Tetapi kata-kata itu hanya membuat Takaki semakin bernafsu untuk memperkuat gerakannya.

Ia memegang pinggang Yamada yang ramping, kemudian menariknya ke belakang, membuatnya memasuki tubuh Yamada lebih dalam. "Kau benar-benar sangat menggoda, Yama-chan..." Balasnya, senyuman tersungging di bibirnya. Takaki terus mendorong pinggulnya dengan cepat, membuat miliknya menyentuh sesuatu di dalam tubuh Yamada. Itu membuat Yamada berteriak, ia merasakan kenikmatan yang tak terhingga. "Yama-chan, kau mengetat tiba-tiba! Apakah aku sudah menyentuh bagian yang tepat?" Tanya Takaki dengan suara penuh kemenangan.
Ia melihat Yamada menengok ke arahnya dan mengangguk pelan, mulutnya terbuka, mencoba menghirup oksigen lebih banyak.

'Bibir yang sangat seksi...' Pikir Takaki.

Ia dengan cepat menyandarkan dadanya di punggung Yamada dan mendekatkan wajahnya ke wajah Yamada. Dalam hitungan detik, bibirnya sudah menyentuh dan melumat habis bibir Yamada dengan penuh nafsu. Ia mendorong lidahnya ke dalam mulut Yamada, menjelajahi setiap sudutnya dengan leluasa. Ia lalu menghisap bibir bawah Yamada kuat-kuat dan sedikit menggigitnya. Yamada mengerang dalam ciuman mereka. Setelah beberapa menit, bibir mereka berpisah, namun, segaris saliva masih menghubungkan bibir mereka. Bibir Yamada terlihat basah dan memerah, Takaki menggigitnya beberapa kali.

Mereka melanjutkan bercinta sampai ketika mereka menyadari bahwa seseorang membuka pintu kamar tersebut. Orang itu adalah Nakajima Yuto. Ia dapat masuk ke dalam flat karena Yamada pernah memberinya kunci duplikat, dulu semasa mereka masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tapi, sepertinya Yuto belum membuang kunci itu, bisa dibilang ia masih berharap untuk bisa kembali bersama Yamada.
"Yama-chan..." Panggilnya pelan, raut terkejut tergambar dengan jelas di wajahnya. "Yuto-kun?" Yamada menjawab dengan raut wajah yang tidak jauh berbeda. Mereka berdua saling bertatapan, tapi kemudian Yamada memalingkan wajahnya dari Yuto. Ia tak kuasa menahan malu karena Yuto melihatnya sedang bercinta dengan kekasihnya saat ini, Takaki. "Wah, wah. Kita kedatangan tamu, Yamada!" Takaki tiba-tiba berkata, ia melihat Yuto dengan tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia merasa terganggu dengan kehadiran Yuto.

"Taka-chan, sebaiknya kita berhenti..." Pinta Yamada, ia melihat ke arah Takaki dengan tatapan serius. "Kenapa? Kita biarkan saja dia melihat kalau memang itu yang dia mau!" Jawab Takaki sambil sesekali melirik ke arah Yuto. Sementara itu, Yuto sendiri merasakan situasi kaku yang tidak enak. Sebenarnya ia tidak membenci Takaki, hanya sedikit merasa cemburu karena sekarang bukan dirinya yang bersama Yamada. Akan tetapi, Takaki tiba-tiba menggerakkan pinggulnya, memulai kembali sesi bercintanya dengan Yamada. Yuto pun terkejut dengan ketidak pedulian Takaki terhadap kehadiran dirinya.

"Taka-chan, aahh... Stop!" Yamada mengerang, merasakan milik Takaki kembali menegang di dalam tubuhnya. Yuto melihat pemandangan panas di depannya, juga mendengar suara desahan nafsu mantan kekasihnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia pun merasakan sedikit reaksi pada tubuh bagian bawahnya. Ya, ia memiliki ereksi.
"Melihat ini, apakah kau merasakan sesuatu, Yuto?" Takaki bertanya, menaikkan sebelah alisnya. Yuto menelan ludah, ia merasakan miliknya semakin mengeras sampai terasa sakit karena terhalang celana jeansnya yang ketat.
"Dan kau Yama-chan, kau juga merasa lebih bernafsu karena Yuto melihat kita melakukan ini, kan? Sebenarnya kau merasa adrenalinmu terpacu ketika kita melakukan ini di tempat umum atau di depan orang lain, kan?" Takaki bertanya panjang lebar, yang dibalas dengan mengencangnya otot Yamada pada miliknya. Takaki menyeringai. Tampaknya desahan Yamada semakin sensual, memberikan efek tegang pada Yuto, keringat sudah mulai mengalir di dahinya. Tapi entah kenapa, ia tidak bisa menggerakkan kakinya meskipun ia ingin sekali beranjak dari tempat tersebut. Ia bahkan tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari dua orang di depannya.

Melihat ekspresi terpaku dari Yuto, Takaki seperti mendapatkan suatu ide. Ide yang menurutnya bisa menambah serunya permainannya dengan Yamada. "Yama-chan, apakah mulutmu tidak terasa kering?" Ia berkata sambil jarinya menelusuri pipi putih Yamada dan akhirnya berhenti tepat di bibirnya yang basah dan sedikit terbuka. Ia dapat merasakan hembusan dan tarikan nafas Yamada yang memburu. Ia lalu memasukkan dua jarinya ke dalam mulut Yamada, membuat kekasihnya membuka mulutnya lebih lebar. Tetapi Yamada tidak protes, ia malah mulai menghisap jari-jari Takaki dengan tidak sabar, terkadang menggigitnya pelan.

"Wah, sepertinya kau membutuhkan sesuatu untuk mengisi mulutmu ini, sayang... Jari-jariku saja tidak cukup untukmu." Takaki berbisik, mendekatkan mulutnya ke telinga Yamada, kemudian menjilat daun telinganya dengan jahil. Tubuh Yamada sedikit bergelinjang dari sensasi lidah Takaki, ia merasa gairah bercintanya bertambah. "Yuto, kau mau bergabung?" Takaki bertanya sambil mendongakkan kepalanya sedikit untuk melihat Takaki.

"Kau juga tidak keberatan kan, Yama-chan?" Tambahnya, kali ini melirik kepada Yamada. Ia menarik keluar jari-jarinya agar Yamada dapat menjawab, tapi, dia hanya mengangguk pelan. Ia juga sebenarnya ingin merasakan Yuto lagi setelah setahun mereka berpisah. "Nah Yuto, apa lagi yang kau tunggu? Kau ingin mengabaikan bibir yang menggoda ini?" Takaki mengajak sambil ibu jarinya menyentuh bibir bawah Yamada, membuat Yuto menjadi lebih tergoda untuk menyentuhnya juga.

Akhirnya, kesabaran Yuto pun kalah melawan nafsunya. Ia berjalan perlahan menuju tempat tidur dimana Yamada dan Takaki berada. Ia dengan cepat membuka gesper dan kancing jeansnya, lalu menurunkan risletingnya di depan wajah Yamada. Mata Yamada agak terbelalak saat ia melihat milik Yuto untuk pertama kalinya setelah setahun. Itu sangat tegang, bahkan cairan precum sudah mulai menetes dari ujungnya.
"Ayo Yama-chan, kau menginginkannya, kan?" Takaki tersenyum penuh arti kepada Yamada. Akhirnya, satu tangan Yamada mulai bergerak untuk meraih milik Yuto, sementara yang satunya tetap menopang tubuhnya.

Erangan penuh nafsu pun meluncur keluar dari bibir Yuto saat ia merasakan jari-jemari Yamada menyentuh miliknya dengan lembut, lalu menggenggam dan memompanya pelan. Yamada sudah mulai menjilati ujung penisnya sampai ke pangkalnya. Lidahnya menelusuri setiap inci benda keras dan panjang tersebut dengan pelan, tetapi matanya tetap tertuju pada wajah Yuto. Ia menunjukan tatapan nakal dan bergairah. Sekarang ia mulai memasukannya ke dalam mulutnya. Sedikit demi sedikit, sampai ia tidak bisa memasukkannya lebih dalam lagi, mulutnya sudah penuh. Yamada mulai menggerakkan kepalanya, mulutnya menghisap milik Yuto seakan-akan ia ingin menelannya.Melihat hal itu, senyum iblis muncul di bibir Takaki. Pada saat yang sama ia menggerakkan lagi pinggangnya, menusukkan miliknya dengan brutal ke dalam Yamada. Suara rintihan kesakitan bercampur nikmat terucap dari mulut Yamada, yang selama beberapa detik berhenti menghisap karena dorongan kasar Takaki yang tiba-tiba. Suara Yamada yang keluar dari sela-sela mulutnya memberikan sensasi pada Yuto, seketika itu juga ia menggerakan satu tangannya dan meletakkannya di kepala Yamada. Ia menggenggam sedikit rambut Yamada, kemudian mendorong kepalanya agar menghisap miliknya lebih dalam. Itu membuat Yamada tersedak karena ujung milik Yuto menghantam tenggorokannya. Ia pun segera mengeluarkan benda tersebut dari mulutnya dan terbatuk sedikit.

"Maaf, Yama-chan. Aku terlalu terbawa..." Yuto cepat-cepat meminta maaf kepada Yamada yang masih terbatuk-batuk. "Tidak apa-apa. Aku juga lupa betapa besarnya milikmu..." Yamada menjawab diantara batuknya. "Ayo kita lanjutkan." Tambahnya. Ia pun mulai memasukkan milik Yuto kembali ke dalam mulutnya. Kali ini ia sudah bisa menyesuaikan gerakan dirinya dengan tusukan Takaki. Yuto memejamkan kedua matanya dan mendesah, merasakan mulut Yamada yang membungkus erat miliknya yang semakin menegang, lidah Yamada memainkannya dengan leluasa di dalam mulutnya, menghisap dengan berisik bagaikan mengulum lolipop.

"Hei Yuto... Tampaknya kau sudah semakin menikmati ini ya." Takaki mulai bicara lagi, tapi, ia tidak mendapatkan respon apapun dari Yuto, sepertinya dia sudah sangat terbuai dengan permainan tersebut. Takaki pun tertawa kecil, ia melingkarkan kedua tangannya di tubuh mungil Yamada, lalu memeluknya. Ia menciumi setiap inci punggung kekasihnya itu dengan lembut sambil pinggulnya terus menusukkan miliknya dengan cepat kedalam Yamada, menyentuh kelenjarnya berulang-ulang. "Mhh... Mmhh..." Yamada hanya bisa mengerang pelan. Ia merasakan sensasi yang sangat berbeda dan luar biasa saat bercinta dengan dua orang sekaligus.

Setelah beberapa lama ia menghisap penis Yuto, ia merasakan sesuatu akan keluar dari benda tersebut. Cengkraman Yuto pada rambutnya yang semakin kuat dan otot pinggulnya yang mengencang memberikan tanda pada Yamada bahwa sebentar lagi Yuto akan mencapai orgasmenya. Sementara itu, Takaki juga mempercepat ritme tusukannya, sepertinya ia juga akan berejakulasi. Akhirnya, Yuto pun mengerang dan menyemprotkan cairannya berkali-kali di dalam mulut Yamada tanpa melepas cengkraman tangannya, seakan-akan ia tidak ingin Yamada menyia-nyiakan setiap tetesnya.

Yamada pun menghisap dan menelan dengan penuh nafsu cairan hangat dan agak kental tersebut, namun, ada sedikit yang berhasil mengalir keluar dari mulutnya. Ia mengeluarkan milik Yuto dari mulutnya dan menjilati sisa-sisa cairannya sampai bersih. Rasanya agak asin, tetapi ia menyukainya. Yuto tersenyum melihat tingkah agresif Yamada, lalu menyadari bahwa ada sisa cairannya di sudut bibir Yamada, ia pun menyekanya lembut dengan ibu jarinya.

Tidak beberapa lama setelah itu, Yamada juga merasakan Takaki memegang pinggangnya dengan erat, kemudian mendengarnya mengerang keras saat ia memenuhi tubuhnya dengan cairannya. Bahkan karena terlampau banyak, cairan tersebut sampai mengalir keluar dari lubang Yamada. Dia dapat merasakannya mengalir pelan di paha bagian dalamnya.

"Nnhh... Aahh..." Ia lalu mendesah, merasakan Takaki tiba-tiba memegang miliknya yang dari tadi terabaikan dan memompanya dengan cepat. Ia mencengkram seprai dengan kuat, tubuhnya bergetar. Sekarang, Yamada benar-benar merasakan miliknya mengeras perlahan-lahan, tangan Takaki pun bergerak semakin cepat. Dalam hitungan menit, Yamada berteriak saat ia menumpahkan spermanya ke seprai di bawahnya. Membuat telapak tangan Takaki pun ikut dipenuhi oleh cairan putih lengket tersebut.

"Yama-chan..." Takaki memanggilnya pelan, "Kau mau merasakan seperti apa rasa cairanmu sendiri?" Ia bertanya sambil menunjukkan sebelah telapak tangannya yang berlumuran cairan putih. Yamada menelan ludah, ia lalu memutar tubuhnya dan duduk, memberi isyarat pada Takaki untuk mendekat. Takaki segera mendekatinya, ia berjalan dengan lututnya. Yamada melihat tangan Takaki dengan seksama dan meraihnya, mendekatkannya ke wajahnya. Ia kemudian menjilati tangan tersebut tanpa ragu, mulai dari telapak hingga ujung dan setiap ruas jari-jemarinya, tidak ada yang terlewatkan. Rasanya tidak jauh berbeda dengan milik Yuto, hanya saja ia merasa agak aneh saat harus merasakan miliknya sendiri.

Yuto mengernyitkan alisnya saat melihat tingkah Yamada yang sangat binal, sementara Takaki hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya pelan. Tapi, satu hal yang pasti, mereka merasakan aliran darah mereka mengalir kembali ke daerah yang tepat. "Aku tidak menyangka kalau kau akan menjadi sangat terangsang seperti ini, Yama-chan..." Sepertinya ini memang bukan ide yang buruk untuk mengajak Yuto bergabung." Takaki menyeringai. Yamada telah selesai mengerjakan tugasnya, namun, bibirnya masih samar-samar berlapis spermanya sendiri. Ia menjilatnya dengan cara dan tatapan yang menggoda kepada Takaki dan Yuto. "Sepertinya kau masih mau lagi. Malam ini pasti akan menjadi malam yang panjang…" Takaki menyentuh dagu Yamada dan mendongakkan sedikit wajahnya, membuat ia melihat wajah cantik Yamada dengan lebih jelas. "Staminamu masih ada kan, Yuto?" Ia melirik ke arah Yuto yang dibalas dengan anggukkan pelan. "Ayo kita mulai~!" Takaki mengajak dengan bersemangat. Yuto pun duduk di belakang Yamada dan memeluk tubuhnya dengan lembut, dan Takaki memposisikan dirinya di depan Yamada, lalu membuka kedua kakinya, membuatnya lebih terangsang karena posisi Yamada yang benar-benar seksi.

Lidah Yuto menelusuri setiap inci leher jenjang Yamada dengan nafsu, sambil sesekali menghisapnya pelan. Meninggalkan beberapa tanda merah disana. Sementara itu, Takaki juga sudah mulai bekerja dengan tubuh bagian depannya. Ia merasakan kedua tangan Takaki memegang pinggangnya, kemudian semakin naik mendekati dadanya yang bidang. Tubuhnya menggeliat dari sensasi tangan Takaki yang meraba-raba. Perlahan-lahan Takaki menyentuh putingnya yang mengeras, memijatnya dengan kedua ibu jarinya, dan mencubitnya.

"Ehhn... Taka-chan! Ahh!" Erangannya semakin kencang saat ia merasakan lidah Takaki bermain dengan putingnya, bahkan menggigitnya. Tangannya secara spontan menjambak rambut Takaki, tapi tidak terlalu keras. Tubuhnya menjadi semakin panas dan sensitif seiring dengan semakin liarnya pemanasan ynag mereka lakukan. Mendengar suara Yamada yang begitu seksi dan mengundang, Yuto mulai memompa miliknya dan sesekali menggesekkannya di sela-sela lubang Yamada. Ia juga menjilat dua jarinya dan menusukkannya ke dalam Yamada, merenggangkannya lagi sedikit demi sedikit. "Aahh... Yuto-kun." Desah Yamada. "Buat aku lebih bergairah lagi, Yama-chan..." Pinta Takaki diantara jilatannya pada kulit lembab Yamada. Pria di depannya pun mengiyakan dengan mulai menggerakkan satu tangannya untuk meraih ereksi Takaki. Ia memainkan benda panjang tersebut dengan leluasa dan ibu jarinya mengelap cairan precum yang menetes dari ujungnya. "Sial! Aku sudah tidak tahan lagi..." Yuto mengutuk pelan, miliknya sudah sangat tegang dan ia ingin cepat-cepat memasukkanya ke dalam Yamada. "Ughh... Sebaiknya kita mulai sekarang!" Takaki juga sepertinya sudah tidak tahan, libidonya hampir mencapai puncak tertinggi lagi.

Yuto mengangkat tubuh mungil Yamada dan memposisikan miliknya tepat di depan lubang Yamada, ia menggunakan cairan precumnya sebagai pelumas, membuatnya lebih mudah memasukkannya. Ia menurunkan tubuh Yamada perlahan-lahan sampai dirinya telah seutuhnya memasuki Yamada.

"Nnhh... Aaahh... Yuto-kun, kau terlalu dalam!" Yamada merengek, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa ia menikmatinya. Sekarang tibalah giliran Takaki, ia sudah menunggu dengan sabar sedari tadi. "Yuto, buka kakinya lebih lebar." Ia memerintah sambil memompa miliknya, menyiapkan diri. Yuto melakukan seperti apa yang Takaki katakan, ia meletakkan tangannya di paha bagian dalam Yamada dan mengangkatnya, memberikan akses masuk yang lebih mudah untuk Takaki.

Wajah Yamada seketika itu berubah menjadi panik, keringat terus mengalir di dahinya. "Taka-chan, aku ragu apakah kita bisa melakukan ini..." Ia menggigit bibir bawahnya. "Tenang saja. Semua akan berjalan dengan lancar." Jawab Takaki. "Tahan sedikit ya, Yama-chan. Mungkin ini akan terasa sakit, tapi percayalah kau pasti akan menyukainya..." Yuto berbisik pelan di telinga Yamada, lalu mengecup pipinya yang mulus itu dengan penuh sayang. Yamada hanya bisa mengangguk pelan, ia menelan ludah saat ujung milik Takaki menyentuh bibir lubangnya. Ia menggelengkan kepalanya seakan-akan ia ingin berhenti, matanya menyipit, takut pada apa yang akan terjadi selanjutnya.

Akhirnya, Takaki mulai mendorong pinggulnya pelan-pelan, memasukkan miliknya ke dalam tubuh Yamada. Ia merasakan sedikit kesulitan untuk melakukannya, terlalu ketat karena sudah ada milik Yuto di sana. Namun, ia berhasil memasukkannya setelah beberapa kali mencoba. "Aahh! Aaahh! Sakit, hentikan!" Yamada memohon di sela-sela desahannya, ia sedikit meronta, wajahnya menunjukkan kesakitan. Itu adalah pertama kalinya ia merasakan dua benda besar berada di dalamnya sekaligus. Ia merasa tubuhnya seperti terbelah menjadi dua bagian. Tidak diragukan lagi, ia merasakan sakit yang luar biasa.

"Ssshh, sayang, tenanglah... Sakitnya akan hilang nanti..." Takaki berusaha untuk menenangkan kekasihnya, membelai rambutnya dengan lembut. Air mata muncul di kedua sudut mata Yamada, wajahnya memerah. Ia bahkan menggertakkan kedua giginya untuk menahan sakit. "Nnhh, milik kalian berdua sangat besar! Jangan bergerak terlalu kasar!" Ia memohon sambil mengatur kembali nafasnya yang tidak beraturan, tubuhnya juga sedikit menegang.

Takaki memulai gerakannya, diiringi dengan gerakan Yuto. Teriakan Yamada pun semakin keras dan membahana di seisi kamarnya, sebenarnya ia masih membutuhkan beberapa menit lagi untuk menyesuaikan diri. Tapi, Takaki dan Yuto tidak mampu menunggu lebih lama lagi, mereka benar-benar bernafsu. Mereka berdua dapat mendengar kata 'sakit' keluar dari mulut Yamada, namun, seriring dengan berjalannya waktu, kata tersebut sedikit berkurang jumlahnya dan berganti dengan desahan Yamada yang mulai menikmati permainan tersebut. Takaki merasakan suatu sensasi baru saat miliknya bergesekan dengan milik Yuto dan ia harus mengakui bahwa ia menyukai sensasi tersebut. Menurutnya itu malah membuatnya lebih terangsang, hal yang sama sepertinya juga dirasakan oleh Yuto.

"Ahh! Aahh! Pelan-pelan..." Yamada merajuk, tangannya memegang pundak Takaki dengan kencang, seakan ingin mendorongnya. Takaki pun dengan segera menciumnya, bibirnya mengunci rapat bibir Yamada seraya mempercepat dorongan pinggulnya. Teriakan Yamada seakan-akan tertelan olehnya, dan lagi-lagi ia menggigit bibir bawah Yamada. Namun, ia pikir itu membuat bibir Yamada tampak lebih seksi. "Kau benar-benar sadis ya, Takaki!" Yuto berkata dari belakang Yamada, ia lalu menciumi leher dan pundak Yamada dengan lembut sambil terus mendorong pinggulnya ke atas.

Takaki dan Yuto menyentuh bagian yang tepat dalam tubuh Yamada berulang-ulang, sehingga desahan dan erangan Yamada menjadi lebih keras, lebih bergairah, dan juga tidak terkontrol. Itu membuktikan kepada Takaki dan Yuto bahwa ia telah sepenuhnya menikmati permainan liar tersebut. Kedua pria di depan dan di belakang Yamada hanya saling bertukar pandang dengan seringai di wajah mereka, terlebih Takaki yang merasa telah sukses membuat Yamada menunjukkan sisi liar dan ekspresi kesakitannya yang menurutnya sangatlah seksi.

Keringat mengalir dari kening Yamada dan terus turun melewati lehernya yang indah-dan penuh dengan beberapa tanda merah baik dari Takaki maupun Yuto, lalu ia juga menggigit bibir bawahnya dengan sensual untuk menahan rasa sakit yang masih sedikit ia rasakan sekaligus rasa nikmat yang menyetrum sekujur tubuhnya.
"Nnhh... Ehnn... Lebih cepat!" Ia mendesah dengan suara yang penuh nafsu, berbeda sekali dengan apa yang ia minta pada awal sesi bercinta mereka tadi.

"Uugh, sebentar lagi..." Yuto mengerang pelan, ia merasakan bahwa ia akan mencapai klimaksnya. Demikian juga Takaki, pinggangnya bergerak semakin cepat, menandakan ia akan keluar tidak lama lagi. Yamada pun menanggapi hal tersebut sebagai petunjuk dan mulai memompa miliknya. "Kita selesaikan bersama, oke?" Takaki berkata dengan terengah-engah. Akhirnya, setelah beberapa tusukan dari Takaki dan Yuto, mereka berdua pun mencapai titik kenikmatan tertinggi. Mereka memuntahkan cairan panas secara bersamaan di dalam Yamada, memenuhi bagian dalam Yamada dengan cepat. "Aaahh! Terlalu banyak......nnhh..." Yamada mendesah saat ia merasakan cairan Takaki dan Yuto mengalir keluar dari lubangnya. Tidak lama setelah itu, ia pun mengerang keras saat mengeluarkan spermanya di tangannya. Perut Takaki juga ikut terciprat sedikit oleh cairan tersebut.

Nafas mereka bertiga memburu, mencoba menghirup oksigen sebanyak yang mereka bisa. Takaki dan Yuto segera mengeluarkan penis mereka dari Yamada dan merebahkan tubuh lelah mereka di samping kanan dan kiri Yamada. "Tadi itu benar-benar hebat!" Yuto bersuara, meskipun tidak terlalu jelas karena napasnya belum stabil. "Seks terbaik yang pernah kulakukan..." Takaki menyambung, napasnya pun sedikit terputus-putus. Yamada menarik napas panjang sebelum ikut ambil suara, "Kalian berdua benar-benar tahu cara membuatku gila. Aku hampir mati kehabisan tenaga, tahu!" Ia mengerucutkan bibirnya, membuatnya tampak imut menurut Yuto yang kebetulan sedang memandang wajahnya.

Yuto pun tanpa basa-basi langsung mendekatkan wajahnya ke Yamada dan mencium bibirnya.

Yamada menanggapi ciuman tersebut dengan membuka mulutnya dan membiarkan lidah Yuto menari dengan lincah di dalamnya. Tangan Yuto perlahan turun dan memeluk pinggang ramping mantan kekasihnya itu, membawanya ke sebuah pelukan hangat yang sudah lama tidak mereka rasakan. Takaki hanya diam melihat kedua orang di sampingnya berciuman dengan penuh nafsu. Ia terlalu letih untuk menghentikan mereka, lagipula mereka juga baru saja melakukan threesome yang benar-benar panas dan sempurna, jadi ia masih bisa mentolerir ciuman tersebut.

Bibir Yuto dan Yamada akhirnya berpisah perlahan-lahan. Yuto lalu menjilat bibirnya yang basah karena saliva, sementara Yamada hanya memandanginya, bibirnya kembali memerah, Yuto menghisapnya dengan sangat kuat selama bibir mereka berpagutan tadi.
"Aku sangat rindu kepadamu, Yama-chan..." Yuto membelai rambutnya dengan lembut dan tersenyum. Yamada membalas senyuman tersebut, lalu mengelus pipi Yuto, tampaknya ia juga masih menyimpan sedikit perasaan terhadap Yuto.
Belum sempat Yamada membalas ucapan Yuto, Takaki, yang sedang dari tadi memperhatikan mereka, langsung mendaratkan tangannya di pinggang Yamada juga dan menutup jarak di antara mereka dengan memeluknya.

"Aku mungkin tidak akan menyerahkan Yama-chan padamu, tapi aku tidak keberatan jika kita melakukan threesome lagi di lain waktu..." Takaki menyelesaikan kalimatnya dengan seringai kecil, penuh arti di bibirnya.

~ OWARI ~

yamajima, indonesian, takayama, fanfics

Previous post Next post
Up