“Hyung, temani aku ke suatu tempat yuk..” Bujuk taemin saat kami baru saja selesai dari showcase pada suatu tempat.
“Kenapa kamu tidak meminta minho-mu saja eoh?” Tanyaku sambil menunjuk minho yang tertidur di kursi belakang.
Taemin mengerjapkan matanya.
“Aku tidak tega membuatnya lebih capek dari ini hyung~ ayolah hyung~ jebaaaal~”
Aku menyipitkan mataku.
“Jadi kau tega membuatku capek? Ck! Memangnya kita mau kemana sih?”
Taemin tersenyum.
“Ada deh!!”
Aku memutar bola mataku dan bersender pada kursiku.
Aku memutuskan untuk bersender sebentar.
Tak sengaja bahuku bergesekan dengan bahu Key.
“Ma.. Maaf Key!” Sesalku sambil menoleh padanya.
Dia tak menjawab, ternyata Key tertidur pulas dengan kepala bergerak gerak maju mundur.
Aku tersenyum memandang wajah tidurnya yang kelihatan selalu damai dan lucu..
SRET~
Kuraih tengkuknya dan kubiarkan kepalanya bersender di bahuku, merasa nyaman Key bergeliat dan mengecapkan bibirnya.
Aku terkekeh dan mengecup pipinya lembut.
“Jalja~” Bisikku lalu kemudian menyenderkan kelapaku di kepalanya dan memejamkan mata..
§ Mungkin memang benar, bahwa aku tak bisa hidup tanpamu. Mungkin benar.. bahwa berdua lebih baik daripada sendirian.. - Boys Like Girls
Van kami mengerem tiba tiba dan membuatku tersentak dan bangun dari tidurku.
Taemin membuka pintu, sementara aku berusaha mengumpulkan tenaga untuk bergerak.
Mataku terbelalak saat melihat ke arah luar Van.
Ternyata taemin membawaku ke dorm Mblaq.
Perasaanku tak enak soal ini. Terlebih saat melihat wajah tidur Key yang begitu nyenyak di bahuku.
“Ayo hyung, turun!” Taemin berusaha membuatku bergerak dari kursiku.
Bagaimana tega aku membiarkan namja cantik ini?
“Key..” Panggilku.
Dia mengerjapkan matanya, wajah ngantuk tercantik yang pernah kulihat..
“Kita sudah sampai hyung?” Tanyanya.
Aku tersenyum, memegang bahunya dan menyandarkannya ke kursinya.
“Tidurlah lagi ne? Aku pergi sebentar..” Aku pun segera menyusul Taemin keluar dari van.
Aku terkejut saat keluar dari van yang kudapati seorang namja berambut hitam dan bertubuh tinggi sedang bicara pada taemin.
Cheondung..
“Ah, Onew hyung kamu sudah datang..” Katanya sambil melempar senyum.
Aku membalas nya dengan anggukan kikuk pada kepalaku, taemin menarik ku mendekat.
“Thunder hyung ingin menyampaikan sesuatu padamu hyung!!” Ucap taemin berapi api.
“Ada apa?” Aku memandang wajah cheondung dengan rasa ngilu di dadaku.
Namja ini.
Yang merubah semua diantara aku dan Joon.
Dialah alasan Joon meninggalkanku, bukankah begitu?
“Maaf..” Katanya.
Aku menatap wajah nya, mengernyit.
“Maaf aku hadir diantara dirimu dan Joon hyung.. Aku mencintainya, kupikir diapun akan begitu. Tapi rasanya aku salah..” Bibirnya bergetar.
“Tak pernah seharipun ia menatapku dengan tatapan yang sama seperti saat dia menatap dirimu. Di hatinya, tak pernah ada aku.. Disana selalu ada dirimu, Onew hyung..” Matanya basah oleh bulir bulir airmata yang jatuh.
Aku tak percaya dengan apa yang kudengar. Apakah ini semua bohong belaka? Permainan barukah?
“Onew hyung!! Ucapkan sesuatu!!” Taemin menarik ujung mantelku.
Aku tersenyum perih.
“Apa yang bisa kuucapkan lagi? Sementara Joon yang meminta untuk mengakhiri semua?” Mataku memanas.
Terkenang hari itu dimana aku meneleponnya hanya karena rindu yang tak tertahan di dalam dada.
Aku merindukannya. Lantas meneleponnya.
Tapi yang mengangkat bukan suara Joon yang kurindukan, melainkan suara namja yang sedang meminta maaf dengan airmata didepanku ini.
“Joon hyung sibuk, dia kini sedang kencan denganku!!”
Aku terdiam, tak mengerti maksud dari semua omong kosong itu.
Kemudian telepon diambil alih, oleh orang yang kurindukan itu.
“Joonie.. ini kamu kan? Kamu dimana? Apakah itu cheondung? Apa yang dia lakukan dengan ponselmu?” aku tak ingin menangis, tapi airmata sudah memburamkan penglihatanku.
“Onew.. kita berpisah saja..”
Harusnya suara itu tertawa dan menyambutku dengan salam riangnya seperti biasa.
“Nyunyu ku~annyeoung!!”
Dan harusnya sebelum aku mengatakan rindu, dia akan bisikkan rindunya terlebih dahulu..
“Onew, aku merindukanmu.. seperti malam merindukan pagi, rindu yang tak pernah habis.. selalu terjadi berulang ulang..”
Bukannya dengan kata kata perpisahan dingin yang tak pernah kubayangkan akan diucapkannya sebelumnya..
Bahkan meski aku meminta penjelasan akan semua itu, dia tak menjawabnya.
Hanya sepatah kata itu.
Lalu kemudian yang tersisa hanya perih.
“ONEW??!”
Aku menatap ke belakang Cheondung saat terdengar namaku dipanggil, itu dirinya. Berambut pirang kusut dan wajah tampannya yang terlihat kaget.
Cheondung berbalik pada Joon, lalu menarik Joon mendekat padaku.
“Kalian bicaralah baik baik.. Aku pergi dulu, ayo Taemin kubuatkan coklat panas di atas!” Cheondung berjalan menjauh dengan Taemin berlari kecil di belakangnya.
Aku tak sanggup menatap wajahnya yang kini berdiri di depanku.
“Ba.. Bagaimana kabarmu?” Tanyanya kikuk.
Aku memainkan ujung mantelku sambil memandang ujung sepatuku.
“Seperti yang terlihat. Bagaimana denganmu?”
Joon terdiam, menarik nafas dalam dalam dan membuangnya kasar.
“Buruk.. Merindukanmu seperti mayat hidup.. Aku tak sanggup hidup tanpamu..” katanya.
Dadaku berdesir hebat.
Aku rindu rayuan manisnya yang terasa cheesy namun selalu berhasil membuat dadaku mengembang karena riang.
Aku memberanikan diri mengangkat kepalaku.
Menatap wajahnya.
Yang kurindukan.
Matanya sayu dan ada lingkar hitam membayang di bawah kantung matanya, bukan make up.
“Apakah kamu cukup tidur?”
Dia menggeleng.
“Di dalam sana semakin menyedihkan karena kulihat kamu menangis dalam mimpiku. Aku takut pergi tidur jadi aku menghabiskan malam bermain game dengan Mir.. haha.. Kami bermain seperti orang gila... lihat tanganku..”
GREB!!
Aku menghambur dalam peluknya.
Memeluknya erat erat dengan wajahku di bahu bidangnya yang kurindukan.
Aku merindukannya, memang..
Aku masih mencintainya..
“Onew.. Onewku yang malang..” Katanya sambil membelai belakang kepalaku.
Aku mengangguk dan menangis di pundaknya.
“Maaf.. Maafkan aku..” raungku.
Joon memegang kedua bahuku dan melepas pelukan kami.
Dia memandangi ku kebingungan.
“Maaf? Untuk apa? Aku yang harusnya minta maaf! Ini salahku! Harusnya aku tegas pada Cheondung! Aku tak tega.. Dia mengancam akan menyayat nadinya jika aku memilih dirimu, aku takut dia terluka...”
“Tapi kamu tak takut aku terluka..” Sambungku.
Mata Joon terbelalak.
Dia menggeleng, tersenyum mencoba menenangkan aku.
“Tidak sayang, tidak seperti itu! Sungguh.. Akupun memikirkan dirimu.. Aku...”
Aku hanya diam, Joon menundukkan wajahnya dan menangis di bahuku.
“Maaf...” Katanya.
Aku menggeleng. Menggosok punggungnya lembut.
Tak melepas peluknya.
“Aku maafkan... Seribu kalipun kamu lukai aku Joon, aku akan selalu berikan maaf padamu..” bisikku.
Joon mengeratkan tangannya di pinggangku.
“Kenapa?”
Aku menarik senyum dan mengelus punggungnya lembut.
karena seperti maafku yang tak pernah habis, rindu ku padamu pun tak pernah habis..
“Karena aku mencintaimu..”
Hey bukankah ini kali pertama aku mengatakan dengan benar kata kata cinta seperti yang sering kamu berikan padaku?
Tapi kenapa rasanya begitu-
“Terima kasih, aku janji tidak akan melukaimu lagi.. Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan-Aku..” Dia melepas peluknya.
Tangannya memeluk pinggangku, perut kami menempel erat namun matanya yang basah menatap ke dalam mataku..
“Aku mencintaimu..”
Ya, ini Joon yang kurindukan itu..
Ini dia..
Yang selalu manis dan mengucapkan kata kata yang selalu bisa menggetarkan dadaku..
Ini dia..
Orang yang kucintai..
BRUK!!!
Tiba tiba saja suara berisik terdengar di belakangku, dari Van.
Aku melihat seseorang tengah jatuh tersungkur di depan pintu Van.
“Key??!!” Aku segera berlari dan membantunya untuk berdiri.
Key mendorongku menjauh, lalu memberikan senyum terperih yang pernah ada.
“Menjauhlah hyung.. Berdekatanmu membuatku sakit..” Katanya lalu berjalan gontai pergi menjauh, bukannya memasuki Van dia malah berjalan ke pinggir jalan raya dan memberhentikan taxi.
Aku terpaku tak sanggup ucapkan sepatah katapun atau gerakkan kakiku.
Terlalu berat..
Rasa bersalah di dalam dada ini terlalu berat..
Aku menyakitinya..
Lagi..
“Maaf...” Bisikku pada angin, berharap mungkin saja angin akan bisikkan padanya.
Aku tak mengerti mengapa aku meneteskan airmata dan hatiku terasa ngilu yang teramat sangat..
Padahal Joon tengah memelukku dari belakang.
Namja yang kucintai, tengah memelukku.
“Ssshh.. Meski aku tak mengerti apa yang terjadi, tapi dia akan baik baik saja.. uljima, jangan merasa bersalah begitu..”
Benarkah Key akan baik baik saja?
Benarkah rasa ngilu ini adalah rasa bersalah?
Aku tidak tahu..
Aku tidak tahu...
§ Cinta ini telah mengambil korban, yaitu aku. Dia katakan selamat tinggal beberapa saat lalu. Dan hatinya telah hancur di depan mataku. Sekarang aku tak punya pilihan, karena aku tak ingin ucapkan selamat tinggal lagi. - Marroon 5
Joon mengantarku pulang dengan mobilnya sementara yang lain sudah pulang ke dorm dengan Van terlebih dahulu.
Joon mengajakku untuk pergi sebentar dengannya.
“Cafe?” Tanyaku, menoleh ke kanan dan kiri, memastikan apa ada paparazi atau fan yang mengenali kami, kami tidak memakai penyamaran sama sekali.
Dia tersenyum manis.
“Tidak apa apa.. Aku sudah menelepon pemiliknya dan membookingnya untuk dirimu, sayang..” Katanya sambil mengelus lembut pipiku dengan ibu jarinya.
Aku memaksakan senyumku, mencoba terlihat senang akan kejutan kecil yang diberikannya.
Tapi hatiku masih ngilu.
“Hey!! Aku pesan kopi terenak disini!! Dua ya!!” Joon berteriak lantang pada waitress yang kemudian tersenyum sopan pada kami.
Aku mengernyit, memandang wajah tampannya.
Dia terlihat begitu bahagia.
Bukankah harusnya akupun ikut bahagia atasnya?
“Ini pesanan anda tuan.. coffee mocca ..” Waitress itu membawakan kami dua gelas kopi yang disambut riang oleh Joon.
“Coffee mocca..” Gumamku.
Tiba tiba teringat akan seseorang yang sangat menyukai kopi ini.
“nah ini~ coffee latte manis panas untukmu.. dan coffee mocca untukku!!”
Senyumnya yang lebih cantik dari bias sinar senja..
Suara nya juga lebih manis dari coffee latte yang kusukai..
“Joon...” tanganku memegang gelas kopi di depanku erat erat.
Joon yang baru saja menyesap kopinya menoleh, tersenyum.
“Ya baby?”
Aku menoleh, menatap wajahnya yang tersenyum lebar.
“Apa kamu tahu apa kopi kesukaanku?” tanyaku.
Senyumnya seketika memudar. Matanya mencari cari lalu tertawa.
“Tentu kopi ini kan? Mocca, karena itu aku memesannya dua. Habisnya aku juga menyukai apa yang kamu sukai. Hehe..” katanya lalu menyeruput kopinya dengan kikuk.
Panas kopi yang terasa di jemariku pasti kalah panasnya dengan mataku yang berusaha mati matian menahan tangis.
“Eh?? Onew??! Kamu mau kemana?!” Joon menarik tanganku saat aku beranjak dari kursiku dan berjalan menuju pintu keluar.
Buru buru aku menghapus airmata di pelupuk mataku, menoleh dan tersenyum sebaik mungkin padanya.
Pada orang yang kucintai.
Dulu..
“Terima kasih untuk semua kebaikan hatimu Joon hyung..” kataku lalu menunduk hormat dan membuka pintu cafe itu.
Joon terlihat kaget atas keanehanku dia terpaku di tempatnya.
Aku menarik nafas dalam dalam dan berbalik sebelum melangkah kan kakiku keluar dari cafe.
“Oh iya hyung, aku suka coffee latte. Yang sangat manis..”
Lalu aku berlari pergi.
§ Dirimu tak pernah ada, saat aku butuhkan kamu. Dirimu tak pernah ada, saat aku butuh seseorang untuk bercerita. Aku minta cintamu hanya untuk sehari, tapi kamu tak berikan lagi. Sekarang aku menyerah dan berdiri diluar pintumu - Brooke Hogan
“Key?? Kupikir dia bersamamu hyung!” Jonghyun menatapku kaget saat kutanya dimana Key berada.
Aku kaget.
Bukankah tadi dia pulang duluan dengan taxi? Kenapa di dorm tidak ada.
“Ada apa ini?” Tanya Minho yang baru saja selesai mandi.
“Minho, apa kamu tahu dimana Key berada??” Tanyaku.
Minho mengerjapkan matanya.
“loh, aku tidak tahu apa apa.. bukankah kalian harusnya berdua? Eh..” Minho menggaruk kepalanya.
Jonghyun segera menjitak kepala minho keras keras yang disusul oleh ringisan kesakitan bocah jangkung itu.
“Ada apa sih? Ada yang kalian ketahui dan aku tidak?” Tanyaku.
Jonghyun dan minho saling berpandangan. Jonghyun menghela nafas.
“Kau itu bodoh hyung..” Ucap Jonghyun.
Ucapannya begitu mengena dihatiku, aku jadi merasa marah lantas memelototinya.
“Apa maksudmu??!”
Jonghyun meneguk botol mineral yang ada di tangannya lalu tertawa.
“Padahal begitu jelas dia menyukaimu, ani.. mencintaimu. Orang bodoh sepertimu. Tapi kamu terlalu asyik mencari cinta diluar sana padahal dia begitu dekat padamu, 2 tahun ini..” ucapnya.
Aku bingung, siapa.. Siapakah yang dia maksud?
“Key?” tanyaku.
Jonghyun tertawa lagi, lalu berdecak.
“Ckck.. selama ini aku selalu menyangka bahwa aku ini namja terbrengsek sedunia. Tapi ternyata ada yang lebih brengsek dari aku, KAMU HYUNG!!” Jonghyun menatapku marah.
Minho berusaha meredakan amarah jonghyun dengan memegangi dadanya.
“Kamu tahu saat kamu sakit, dia yang menungguimu! Merawatmu! Kamu tahu saat kamu lelah dia yang datang menghiburmu, memberikan air dingin untuk meredakan hausmu!! Bahkan kamu tahu saat kamu dibuang, dia rela memungut sampah sepertimu!! Dijadikan pelarian oleh namja cengeng sepertimu!! BODOH! Kalian berdua itu BODOH!!”
Ucapan jonghyun lagi lagi menohok hatiku.
Dia benar..
Segala kata yang diucapkannya benar..
“hyung, aku membuatkanmu bubur.. makanlah.. habis itu minum obat”
“kamu belum makan sedari kemarin bukan? Makanlah sedikit.. ini ayam fave mu kok..”
Padahal Key selalu ada disana..
“Jadi.. Apakah kopinya enak?”
Dia tahu segala yang kusuka, hal sekecil itu, yang tidak diketahui oleh Joon, orang yang selama ini kupikir satu satunya yang mengerti aku..
Bahkan saat aku sedang menangis frustasi akibat dibuang oleh Joon, dia mau menemaniku untuk minum soju yang amat dia benci.
“Key! Temani aku minum!!”
“Ah.. tapi hyung.. Aku alergi alcohol...”
“Aaah!! Kamu hanya menemaniku kok!! Ayolah!!”
“Baiklah hyung..”
Aku pasti sudah gila karena berbotol botol soju yang kuminum.
Aku merasa pusing dan sedih.
“Aku dibuang.. oleh Joonie.. apa yang kurang dariku hah? Apa.. hik.. Key..” Aku terkulai lemas di tubuh kurusnya yang berusaha memapahku ke taxi malam itu.
“Tidak ada hyung.. Kamu sempurna..” katanya malam itu sambil tersenyum.
Senyumnya yang amat cantik itulah yang membuatku gelap mata lalu menciumnya di taxi.
“H.. hyung??” kagetnya.
Aku tertawa lalu memeluknya.
“Aku menyukai senyummu Key~ Aku suka.. hik.. haha..”
Wajahnya bersemu merah, tapi dia tersenyum lagi,
“Kalau begitu mulai sekarang aku hanya akan tersenyum untukmu hyung.”
Aku merasa senang. Lantas menciumnya lagi.
“Ya.. Senyummu milikku Key.. hik.. haha.. Ahjussi! Bawa aku dan namjaku ini ke hotel XXX! Cepat!!”
“Eh?? Hyung??! Kenapa kita kesana? Bukankah harusnya kita kembali ke dorm?”
Aku merangkulnya.
“Aku ingin melewatkan malam menyedihkan ini berdua denganmu saja.. hik.. haha.. Kamu tidak suka?”
Cepat cepat dia menggeleng, si cantik yang baik hati itu.
“A- aku suka.. Aku suka padamu, Jinki hyung..”
Padahal dia begitu baiknya mau menyukai seorang bodoh sepertiku.
Apa yang ada diotakku saat malam itu mendorongnya ke ranjang setibanya dihotel dan melepaskan bajunya satu persatu??
“Kamu cantik.. haha.. Key.. kemari..”
Dia selalu menuruti apa yang kukatakan..
Cintanya begitu besar sampai rasanya aku malu mengingat apa yang terjadi selanjutnya..
“Aku mencintaimu, Jinki..”
Aku ingat sekarang. Kejadian malam itu bersama Key. Aku ingat semua..
“Kau benar jjong... Aku bodoh..” aku memegangi kepalaku yang terasa berat.
“Aku benar benar ingin mati saja..” lirihku.
Jonghyun menarik kerah bajuku dengan kasar.
“Lalu membiarkan Key menangisimu seperti orang gila begitu??! Kau pikir aku rela?! Jangan berani berani kau berpikir untuk kabur semudah itu, bajingan!!” katanya lalu mendorong tubuhku sampai terantuk ke tembok dengan cukup keras.
Aku menggigit bibir bawahku kencang kencang,
“Lantas apa yang harus kulakukan untuk menebus semuanya? Aku... tidak tahu...”
Aku benar benar tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi Key. Terlalu besar kesalahanku padanya. Aku tak pantas untuk bahagia, apalagi mendapatkan cintanya. Tidak pantas..
“Pergilah! Temui dia..” Sergah jonghyun.
Aku menganggkat kepalaku, menatap wajah jonghyun yang masih menatapku marah.
“Jjong...”
“Tapi awas, jangan berani lagi kamu menyakitinysa, atau aku akan benar benar tak memaafkanmu hyung!!” Ancamnya.
Aku berlari dan memeluk namja itu, sesungguhnya dia ini namja yang sangat baik hati.
“Terima kasih jjong. Aku hutang satu padamu. Aku pergi dulu!!!”
Aku segera berlari ke areal parkir dan mengeluarkan mobilku yang sangat jarang kupakai itu.
Cepat cepat aku menyalakan mesinnya.
Dan menginjak gas.
Rasanya aku tahu dimana Key berada.
Aku tahu..
Dia pasti disana!
Entah kenapa jalanan sangat lancar.
Sedari tadi lampu hijau terus menyala untukku, apakah ini pertanda baik dari tuhan?
Semoga..
Karena aku ingin segera menemuinya.
Aku ingin mengulang kisah yang salah ini dengan benar..
Aku ingin mengulang semuanya, dengan normal..
Aku ingin mencintai dirinya, dengan cara yang benar..
“Key.. tunggu aku..”
Tiba tiba saja saat aku sedang memusatkan perhatianku pada jalan, bunyi dering ponselku mengagetkan aku.
“Joonie..” Gumamku membaca nama penelepon yang tertera di layar ponselku.
Setelah menimbang nimbang aku memutuskan untuk mengangkatnya..
Aku tidak ingin menjadi orang yang sama dengan Joon yang melarikan diri dari pertanyaan pertanyaanku dahulu.
“Ya hyung?” jawabku.
“Onew... ukh..” suaranya terdengar berbeda.
“Apa?? Apa yang terjadi padamu??!” aku panik, memelankan laju mobilku.
“Ukh.. Sakit.. Onew.. eeerr.. Bisakah.. aaakkkh!! Kamu kesini... a.. aku...” Suaranya terdengar begitu kesakitan, dia meringis begitu ngilu.
Hatiku terasa sakit, dia memintaku datang.
Tapi, aku harus menemui Key saat ini.
Tapi..
“Kemana??”
“ughh.. datanglah... ke.. Jtune camp.. ppa.. paalliiii...”
Aku menarik persneling dan memasukkan giginya ke gigi 3, kakiku langsung menekan gas dalam dalam dan dengan cepat aku langsung membanting setir berbalik arah.
“Maaf Key, sebentar.. tunggu aku sebentar lagi...”
§ Karena meski saat bersamanya pun, aku memikirkan dirimu.. - Katy Perry
Aku sedang memandang senja sore yang amat kusukai dari taman faveku sambil memegangi secangkir kopi berisi coffee latte yang manis, minuman kesukaannya.
Orang yang kucintai itu.
Jinki hyung..
“Key, masuklah ke dalam. Anginnya terasa mulai dingin, sepertinya akan ada hujan deras..” ummaku memanggil dari dalam rumah.
Aku menoleh dan mengangguk padanya “Ne. Umma!”
Tapi aku tak beranjak dari dudukku. Sesuatu menahanku untuk berdiam menikmati kesunyian yang lbih terasa sunyi sore ini.
“Key..”
Apakah aku sedang berhalusinasi lagi?
Kenapa otakku memutar suaranya..
Hati ini begitu sakit untuk terus mendengarnya.
“KEY!!!”
Ini nyata! Teriakannya terasa begitu nyata!
Aku menoleh, mendapatinya berdiri disana. Dengan nafas tersengal sengal dan blazer hitamnya yang berantakan. Dia terlihat kacau.
“Jinki hyung??” seolah belum percaya akan apa yang kulihat aku berusaha meyakinkan bahwa itu dia.
Itu dirinya, namja yang kucintai sampai setiap debar jantungku menyuarakan namanya..
Itu dirinya..
Jinki hyung mengangguk, tersenyum.
“Maafkan aku Key..” Suaranya terdengar begitu sedih.
Bukankah aku yang terbuang disini? Kenapa wajahnya terlihat begitu menderita? Bukankah dia telah mendapatkan kembali cintanya? Harusnya dia tersenyum..
“Untuk apa?”
Tangannya mengepal, dia menunduk.
“Untuk menyakitimu.. Maafkan aku.. Aku begitu bodoh sampai tidak menyadari perasaanmu selama ini.. Aku bodoh..”
“Tidak hyung.. Itu tak berarti apa apa. Yang penting sekarang kamu sudah bahagia dan kembali bersama orang yang kamu cintai..” aku berusaha menarik segaris senyum untuknya tapi kenapa malah airmata yang jatuh dari pelupuk mataku?
Aku tak bisa berbohong..
Sakit..
Sangat sakit di dalam dadaku.
Kenyataan bahwa aku hanyalah pelarian atas segala lukanya..
Aku terlalu bahagia saat dia bilang menyukai senyumku, menciumku lembut..
Aku terlalu terhanyut akan kebaikannya yang kusalah artikan menjadi cinta..
“Maaf hyung, ukh-aku tak bisa memberikan senyumku padamu lagi.. ukh.. terlalu sulit untuk tersenyum..” Lirihku sambil menghapus bulir bulir airmata yang terus saja jatuh bersusulan.
“Key..” Dia memanggilku, kakinya maju selangkah. Namun dia memundurkan kakinya lagi.
Selalu jauh..
Dirimu selalu jauh untuk kuraih bukan, Jinki hyung?
“Key..” panggilnya lagi.
“Berhenti memanggilku! Berhenti memanggilku seolah kamu membutuhkanku seperti itu! Itu menyakitkan!!” Jeritku histeris.
Kenapa dia tak bisa mengerti bahwa terlalu menyakitkan bahkan untuk mendengarnya memanggil namaku pun aku tak sanggup.
Semuanya, menyakitkan..
“Semua tentangmu, menyakitkan.. Pergilah hyung..” Lirihku.
Air mata membayangi mataku untuk menatapnya yang memandangku dengan pandangan mata yang begitu sedih.
“Maafkan aku.. Aku tak bisa pergi sebelum kamu mendengar apa yang ingin kukatakan sampai berlari sejauh ini.. kamu tak tahu apa yang sudah kulewatkan untuk mengatakan ini..” Ucapnya.
Aku mengangkat wajahku, menahan tangis saat menatap alasan air mataku mengalir itu.
Namja tampan itu..
“Aku mencintaimu..”
Apakah lagi lagi telingaku membuat lelucon akan dirinya?
“AKU MENCINTAIMU KEY!! AKU MENCINTAIMU!!!” Teriaknya.
Tanganku bergetar.
Itu sungguhan.
Kata kata cinta yang kuimpikan, yang kuharapkan ditujukannya padaku.
“benarkah itu? Be.. benarkah Jinki hyung? Ka.. kamu tidak berbohong??” bibirku bergetar saat kaki ini membawa tubuhku makin mendekat padanya.
“JANGAN MENDEKAT!!” Teriaknya.
Aku terhenti di tempatku. Tertawa.
“Kenapa? Setelah mengatakan itu kamu mau bilang kalau semua Cuma bercanda? Begitu eoh??”
Jinki hyung menatapku sedih dan menggeleng.
“Aku mencintaimu…”
Kenapa aku merasa dia tak berbohong? Kenapa tatap matanya seolah mengatakan itu berulang ulang?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa aku tak bisa menahan kakiku untuk berlari untuk memeluknya??
“Aku mencintaimu, Jinki hyung!!!” Pekikku dalam peluknya.
Aku mencoba mencari debar di dadanya, debar seperti yang kumiliki karenanya. tanganku merayap mengelus punggungnya, dan mengelus kepalanya lembut..
tapi..
“Ji.. Jinki hyung? KAU BERDARAH!!” Aku menjerit saat tanganku mengelus belakang kepalanya dan yang kudapati tanganku basah oleh darah kental.
Dan tadi..
Apakah aku tak salah?
Tak ada debaran di dadanya..
Tak ada..
“Maafkan aku Key.. Aku sudah mengatakan padamu jangan mendekat.. Maafkan aku..” Lirhnya sambil tersenyum, tapi kenapa matanya menangis?
ah, Jinki hyung..
“Ukh.. Sakitkah? Sakitkah hyung? Hyung, aku akan mengobatimu! Sebentar hyung-“ aku menggerakgerakkan tanganku, berusaha untuk mencari sesuatu untuk mengobati lukanya.
Jinki hyung menahan tanganku, dia menggeleng. Dia tersenyum, senyum yang selalu membuatku berkali kali jatuh cinta pada orang yang sama.
“Tidak sakit Key.. Habisnya, cintamu telah cukup mengobati sakitnya.. Terima kasih, sudah mencintaiku.. Terima kasih..”
Air mataku tak terbendung lagi, tangisku pecah. Aku memukuli dadanya.
Aku bisa menyentuhnya namun tak bisa merasakan debar jantungnya.
“ARRRRGHHH!! BODOH!! BODOH!! JINKI HYUNG, AKU MEMBENCIMU!!!” Aku memakinya sambil terus memukuli dada yang hampa itu.
Ah andai semudah itu membencimu hyung.
Andai saja semudah itu..
“Maafkan aku.. Jangan menangis.. Tersenyumlah terus Key, senyummu yang terindah..” Ucapnya sambil memegangi pipiku, menghapus airmata yang terus mengalir.
Bahkan usapan tangannya terasa diwajahku..
Tapi kenapa..
Kenapa aku seolah mengerti bahwa dia sudah pergi?
“ukhh- aku mencintaimu... Hyung.. Selalu.. Kamu.. terlalu bodoh untuk menyadari itu.” Aku menggigit bibirku, agar tak terisak kencang.
Dia mengangguk.
Kemudian wajahnya mendekat dan bibir kami bertemu.
Ciumannya lembut dan sangat perlahan..
Di setiap geraknya dia ejakan kata kata yang terangkai begitu indah..
“Aku mencintaimu.”
Padahal aku belum membuka mata saat ciuman kami berakhir.
Padahal aku belum membuka bibirku untuk membalas kata katanya.
Tapi tahu tahu..
Dia menghilang dan berganti dengan derai hujan yang jatuh satu satu membasahi tubuhku..
Jinki, bahkan surga menangis bersamaku..
bukankah tidak adil, jika kamu malah beranjak pergi tinggalkan aku?
Jinki..
§ hantu adalah seseorang yang belum berhasil - Sylvia Browne
EPILOG :
“Salah satu personil dari boyband ternama MBLAQ ditangkap oleh polisi saat didapati telah menembak mati seorang namja di loteng Jtune Camp. Diketahui bahwa namja yang meninggal tersebut adalah Lee Jinki atau dikenal sebagai Onew, leader dari boyband terkenal SHINee.” Seorang pembaca berita membaca berita terbaru yang baru saja terjadi sore tadi.
Orang orang yang berlalu lalang di jalan menghentikan langkahnya saat mendengar berita yang dibawakan oleh salah satu stasiun TV tersebut yang terlihat di dalam toko elektronik yang memajang aneka jenis TV yang menyala.
Di layar kaca tersebut terlihat ramai, dengan mobil polisi dimana mana, dan beberapa polisi sedang menggiring seorang namja tampan yang berteriak teriak.
“HAHA AKU MEMBUNUHNYA!! YA AKU MENEMBAKNYA TEPAT DI KEPALA! BANG!! HAHA..”
“Cepat bawa dia masuk ke mobil” polisi terlihat begitu susah menenangkan namja itu.
“JIKA BUKAN AKU, TIDAK ADA LAGI YANG BISA MEMILIKINYA!! ONEW, AKU MENCINTAIMU KAMU TAHU ITU KAN??! HUH? HAHAHAHA!!” namja itu makin histeris saat tim medis membawa mayat namja yang telah bersimbah darah itu dengan tandu.
“ONEW!!!”
Teriaknya sebelum dimasukkan ke dalam mobil polisi dan dibawa untuk diadili.
***
"Joon!! Kamu kenapa? Apa kamu sakit??"
"Onew kamu datang! Kamu datang!!"
"Kamu berbohong? Kamu kelihatan baik baik saja!!"
"Tidak.. Aku sungguh sungguh sakit.. Di dalam sini.. Hatiku.. Sakit.. Karena itu, kembalilah padaku. Kita kembali seperti dulu.. Aku dan kamu.."
"Joon..."
"JEBAL!! Kembalilah untukku Onew!! aku mencintaimu!! aku mencintaimu!!"
“Joon taukah kamu? ada orang berkata.. Terkadang bukan sang kekasih itu sendiri yang kita rindukan saat kita berpisah dengannya, melainkan kenangan manis bersama sang mantan kekasih itu.. Aku padamu Joon, tak ada perasaan cinta atau apapun lagi.. aku hanya merindukan kenangan manis bersamamu.. hanya itu.. mungkin saat ini akan berat bagimu, tapi yakinlah bhawa cuma kenangan itu yang kamu cintai, jika kita kembali semua tidak akan kembali seprti dulu.. semua sudah berubah sejak perpisahan adalah yang kamu pilih.."
"Onew, tidak!! aku..."
"Terima kasih. Kamu telah berikan kenangan manis itu padaku, terima kasih pernah menjadi satu satunya cinta di hatiku..”
“Onew.. Aku mencintaimu!! Aku mencintaimu, tak ada seorangpun yang bisa mencintaimu seperti diriku! Tidak ada!!!”
“Ada Joonie... Ada.. Malah sangat dekat denganku, dia Key.. Akupun mencintainya, kita sudah berakhir.. Aku tak bisa bersama denganmu.. Maafkan aku..”
“Jika bukan aku...”
“Eh?”
“Jika bukan aku.. TIDAK ADA YANG BOLEH MEMILIKIMU SELAIN AKU!!!”
BANG!
§ Tiada sesuatu pun yang tunggal di dunia. Segalanya telah diatur oleh alam semesta. Berjumpa dan berbaur dalam satu jiwa.. Mengapa kita tidak bersama? - Percy Bysshe Shelley
END