Of Workshop and People (6/30)

Mar 18, 2010 23:54

*judul bhs Inggris, isi pake bhs Indonesia. nggak konsisten ama idealismenya sendiri :p*

Oh yeah, workshop belum dimulai dan saya udah mulai curhat alias meracau di sini. Rasanya persiapan workshop fanfic itu udah jalan bertahun-tahun… padahal kalo dilihat bukti otentiknya, ternyata baru 5 bulan lalu. Itu juga sudah tergolong lama buat ukuran workshop online gratisan. Jadi seharusnya jangan heran kalo ketua odong ini sudah dilanda stress gak mutu yang disebabkan oleh hal-hal yang gampang ditangani oleh orang lain yang lebih kompeten.

Saya rada-rada lupa kapan tepatnya urusan workshop ini bikin saya jeduk-jeduk kepala ke tembok kamar. Kebetulan kamar saya dindingnya triplek, jadi nggak ada satwa yang terluka selama pembuatan adegan tersebut.


Mungkin diawali dari bagian bertukar ide. Ide-ide yang masuk nggak banyak sih, tapi sekalinya ada ide bagus, pasti nyusahin. Hahaha. Lalu dilanjut dengan posting-posting yang beraneka warna, dari yang oneliner, curhat gaje, pengumuman kesibukan pribadi, sampai yang usul dan diskusi beneran. Penyakit bawel plus plin-plan saya jadi kumat deh.

Sering saya mikir, gimana kalo workshop dibatalin aja. Tapi saya pasti nerusin dengan argumen, bikin workshop online gak pake duit buat nyewa tempat, sound system ama mbayar gaji mentor aja nggak jadi-jadi. Orang-orang lain bikin workshop yang lebih ribet aja jadi kok. Eh, tapi mereka juga menjanjikan fasilitas lebih buat peserta: dikasih snack sekardus kecil, blok not, pulpen, print out materi, ruang ber-AC dan sertifikat. Sedangkan workshop fanfic, mau ngasih sertifikat apa? Toh fanfic juga nggak boleh dijual… itu kalau kita taat dengan urusan hak cipta sih :D

So, workshop jalan terus. Errr… maksud saya, persiapan workshop yang jalan terus. Kendati saya sampe malu dan bosan menggelitik admin Infantrum untuk -apa lagi kalau bukan meminta-minta ruang akses. Tapi bukan itu yang paling bikin saya kesel -kesel yang merupakan varian dari kata ‘kesal’ dan kesel dalam bahasa Jawa yang artinya capek. Yang paling bikin kesel adalah konflik gaje. Bener-bener gaje sampai nggak layak disebut konflik. Oh well…

Ada mentor yang antusias banget sampe saya pingin menghibahkan jabatan -yang nggak ada enak-enaknya- itu ke dia. Ada yang menunggu dicambuk, padahal saya lebih asik nyambuki Kabuto :p Ada juga yang susah banget dimotivasi -mengingat awalnya dia memang saya ikat dan seret pake kereta ekspress ke workshop ini- dan mengajukan alasan-alasan yang (tampaknya sengaja dipilih yang) sepele. Saya sudah kehabisan kata untuknya. Saya sudah menyerah.

Tapi workshop kan belum dimulai *berbinar lagi* <-- hoooi, tepatnya mundur mbak!

Semoga workshop berjalan lancar, saya nggak kumat bawel dan plin-plan, … dan semoga kebodohan saya nggak terlalu kelihatan. XDD

rambling, 30 entries, fanfic

Previous post Next post
Up