Fanfic BAJAJ BAJURI

Feb 20, 2010 01:19



C O K L A T

Summary: Entah siapa penumpang ceroboh yang meninggalkan benda itu di bajaj. Dia pasti tak tahu betapa besar gelombang yang dibuatnya.


Prompt: chocolate/coklat
(dobel posting ama yg di infantrum nih ^^)

~*~

Fandom: Bajaj Bajuri

Characters: Bajuri, Emak, Ucup, Said dan Stella (OC)

Rate: T

C O K L A T

14 Februari. Siang.

“Juriiiii!”

Bajuri buru-buru mematikan mesin bajaj. Tanpa nada nyaring itu saja, panggilan Emak tidak bisa dibantah.

“Bang, pinjem bajai-nya sebentar buat---”

Ini lagi. Makhluk item, pengangguran, pecicilan ini selalu saja muncul di saat tidak tepat. Kalau mau jujur, tidak ada saat tepat buat kemunculan Ucup.

“Ambil, no!” sahut Bajuri cepat-cepat. Kunci bajaj dilempar begitu saja. Si kunci mendarat pasrah di telapak tangan Ucup. “Ati-ati. Awas kalo sampe---“

“Juriii! Cepetan betulin antene!”

“I-iya, Mak!” sahut Bajuri. Tubuh gempalnya terguncang-guncang seiring dia mencari tangga.

Suara mesin bajaj terdengar meninggalkan ujung  gang, abai pada derita tuannya. Tapi itu tak bertahan lama.

“Bang Juri kebangetan. Giliran gue yang pinjem, bensinnya abis,” gerutu Ucup. Terpaksa dia mendorong kendaraan buatan India itu pulang ke empunya. Sembari berharap diberi ongkos untuk naik metromini, dia terus merutuk Bajuri.

Yang dirutuk sedang di atap, menggoyang-goyang antene.

“Udah Mak?”

“Belum. Malah tambah rusak!” sahut Emak nyaring.

Tambah pula kerutan di jidat Bajuri. Hampir sebanyak kerutan di jidat Ucup yang kini sudah sampai di depan rumah petak mereka.

Hampir saja satu lagi ocehan nyinyir meluncur masuk ke telinga Bajuri. Satu benda kecil di jok belakang bajaj membungkam niat Ucup itu. Entah siapa penumpang ceroboh yang meninggalkannya di sana. Dia pasti tak tahu betapa besar perubahan yang dibawa oleh benda itu hari ini, di kampung ini.

“Coklat,” bisik Ucup girang. Dielusnya kemasan bening berbentuk jantung hati dan dihiasi pita pink itu. Makanan bulat-bulat mungil mengintip malu-malu dari balik untaian pita. Romantis dan manis. Sempurna.

“Stella pasti akan menyerah pada Yusuf bin Sanusi,” pikirnya, “ditimang-timang jadi setampan Nabi Yusuf, kini malah jadi penakluk wanita.”

Senyum merekah tetap menemani bibir Ucup hingga dia melintas di depan rumah Bajuri. Sosoknya tertangkap mata tua Emak yang masih awas.

“Heh, Item. Sono ke atas, bantuin si Juri. Dari tadi mbenerin antene nggak beres-beres,” semprot Emak.

Rontok sudah bayangan Stella dikelilingi bunga-bunga mawar pink.

“Antene-nya yang rusak, Mak,” sahut Bajuri dari atap, membela diri.

“Ambil antene elu buat gantiin antene gue. Cepetan!”

“Tap-tapi Mak, entar aye gimana---“  sahut Ucup terbata-bata.

Mata melotot Emak sudah cukup jadi jawabannya.

“I-iya, Mak.”

Ucup berlari ke rumahnya.

“Iteeeem!” seru Emak gemas.  Sontak langkah Ucup terhenti. “Gimane elu mau nyopot antene kalo nggak pake tangga?”

O iya. Betul juga.

Ucup balik arah, berjalan cepat menuju tangga kayu di depan rumah Bajuri.

Eh, tunggu dulu. Masa’ mengambil tangga sambil mengempit coklat? Coklat ini diapain? Dititipin Emak? Nggak mungkin. Pasti langsung habis disikat Emak.

“Cepetan! Bentar lagi filem Shahrukh Khan di tipi!” Emak terus nyerocos.

Ke rumah dulu, naruh coklat, baru ambil tangga.

“Ucuuuup!”

Ucup mati langkah.

“Cepetan, Iteeeeem!”

Tangga, rumah. Rumah, tangga, rumah. Mana dulu?

Ah, untung ada Said.

“Id!”

Yang dipanggil berhenti. Dia melongo saja ketika tangan kanannya diraih Ucup, diberi barang, dan tangan kirinya ditangkupkan di barang itu. Masih melongo juga ketika Ucup ngacir begitu saja, meninggalkan dia tanpa penjelasan.

“Cup…”

Tapi yang dipanggil sudah sibuk menggotong tangga, mencopot antene, dan melakukan semua yang diperintah Emak. Tak peduli pada dirinya yang masih dilanda ketidaktahuan.

Sampai dia membuka tangan dan melihat barang itu.

Coklat. Kemasan jantung hati. Pita pink. Hari ini 14 Februari. Hari kasih sayang.

“Jadi selama ini Ucup menyimpan rasa…”

Said tak berani meneruskan kalimat di dalam otaknya.

---

A/N

Huhuu… maaf gaje sangat! Ini saya bikin buat pelipur hati yang sebel dikejar-kejar deadline. Dan tentu saja, deadline makin kejam karena waktu saya tercurah buat nulis drabble -eh, ralat- fic pendek ini.

Comment? Review? /digebuk

fic, bajaj bajuri, ucup, drabble, fanfic

Previous post Next post
Up