(fic) You, as always

Jul 03, 2011 10:42

Title : You, as always
Author : silverainbow
Rating : SA
Genre : sappy
Pairing : always~
Note : Listen Angel’s Tale while you read this ^^



Sehelai bulu putih melayang di luar jendela Tetsu.
Dibukanya jendela.
Menengadah ke langit malam bersalju.
Sosok bersayap bertengger di atap rumahnya.

“Ne…”, desah Tetsu, “Apa aku akan segera mati?”

Sosok itu bergeming.
Menatap Tetsu dengan mata abu-abunya yang dingin.
Sayap megahnya terentang angkuh namun bercahaya begitu suci.

“Malaikat… Tuhan sudah memerintahkanmu mencabut nyawaku?”

Seseorang-atau sesuatu yang dipanggilnya malaikat itu hinggap perlahan di kisi jendelanya.
Lama dipandanginya wajah pucat Tetsu, tubuh belulangnya, selang di lengan kirinya, benda-benda aneh yang berserakan di seputar ranjang besarnya… dan sang malaikat berbisik.

“Kau bisa melihatku?”

Tetsu tersenyum, “Aku akan segera mati, karena itu aku melihatmu”

“Begitukah?”

“Un”

“Kalau begitu kau harus bersiap…”

Kemudian, setelah menatap Tetsu sekali lagi dengan wajah tanpa ekspresinya, sang malaikat mengepakkan sayap.
Menuju langit sambil menaburkan lebih banyak lagi salju.

*

Malaikat.
Menjenguk Tetsu lagi di malam berikutnya.
Malam berikutnya juga.
Berikutnya dan berikutnya.

Setiap malam.

Melipat sayap putihnya dan duduk di ambang jendela.
Mata dingin abu-abunya, mendengarkan Tetsu bercerita.
Terkadang tersenyum.
Namun malaikat tak bisa merasa.
Ia tersenyum hanya karena melihat Tetsu tersenyum.

Salju terus turun.

Sesekali orang-orang masuk dan melakukan entah apa kepada Tetsu.
Malaikat hanya diam menyaksikan tubuh itu kesakitan.
Ia tak mengerti apapun.

Ia menaburkan salju, lebih deras lagi, hingga mengubur kota.

*

Malaikat ingin menjadi manusia.
Supaya bisa mengerti mengapa Tetsu harus terbelenggu di ruang sempit dengan benda-benda menyesakkan itu.
Diam-diam, malaikat memohon kepada penciptanya.
Meski tahu itu sangat terlarang.

Ia menyukai senyum tetsu.
Dan tak ingin kehilangan itu.

Tuhan murka, dihukumNya malaikat dengan meniupkan perasaan-perasaan yang sesungguhnya hanyalah milik manusia.

Kini malaikat tahu bagaimana indahnya tersenyum, bagaimana panasnya mengamuk, bagaimana pedihnya menangis.

Namun ia masih bersayap.
Masih bisa terbang.
Masih tak terlihat kecuali oleh Tetsu.

Tetsu yang dicintainya.
Malaikat bahkan mengerti apa rasanya cinta.

Tetsu telah tertidur.

Malaikat melangkah pelan ke sisinya.
Jemari dinginnya menyentuh Tetsu.

Malaikat tersenyum.
Ia tahu caranya meluapkan cinta.

Malaikat mencium Tetsu.
Aku mencintaimu; bisiknya.

Ditaburkannya sekeranjang salju.
Kemudian terbang.
Untuk kembali lagi malam berikutnya.

*

Tetsu.
Berkata lemah; ia menginginkan batu ruby.
Yang merah serupa darah.
Ia tersengal, bahkan bernapas pun kini rasanya begitu menyiksa.

Malaikat mengangguk, mengecup dahinya.
Membelai rambutnya.
Merengkuh tubuhnya.
Mencintainya.

Tetsu juga mencintainya.
Lebih dari apapun.

Lalu malaikat berkelana ke lubuk dunia, mencari sebongkah ruby.
Meninggalkan Tetsu digerogoti penyakitnya, seorang diri.

*

Akhirnya malaikat pulang ke ambang jendelanya.
Menggenggam ruby terindah di dunia.
Buncah oleh kegembiraan.
Karena ini kali pertamanya ia bisa menjadi alasan bagi senyum Tetsu.

Malaikat meringkas sayapnya, menuju ranjang tempat Tetsu berbaring.

Lihat, malam ini, demi menyambut ruby-nya, Tetsu bahkan berdandan.
Wangi.
Mengenakan pakaian terbaiknya.
Tangannya terlipat damai di dada.
Tempat tidurnya penuh bertaburan bunga-bunga.
Lily.
Putih.

Wajah Tetsu.

Malaikat menggenggam ruby semakin erat.
Gemetar.

Tetsu tertidur begitu lelap.
Pucat.
Dingin.
Bibirnya tersenyum.

Malaikat merasa ada yang menghantam jantungnya demikian keras.
Ada pisau tajam mengiris hatinya perlahan-lahan.
Ada untaian duri meremukkan dadanya dan sesuatu runtuh dari kedua matanya.

Malaikat belajar satu hal lagi; rasa kehilangan.

Sakit.

Sakit sekali.
Mungkin setara dengan hukuman di neraka.

Batu ruby terlepas dari tangannya dan jatuh entah ke mana.

*

Menangis, malaikat mencabut trisula-nya.
Lalu menusuk manusia lain.
Direnggutnya jiwa manusia itu.
Lantas memberikannya kepada jasad orang yang paling dicintainya.

Tetapi Tuhan mengutuk perbuatannya.
Tetsu tetap tak bergerak.
Peti matinya kini dikunci dan diarak ke pemakaman.

Malaikat menjerit perih.
Menusuk dirinya sendiri.
Ia pecah menjadi cahaya yang menaungi pemakaman memilukan itu.

*

Kemudian Tuhan.
Menghukum mereka dengan reinkarnasi.
Ratusan kali.
Mereka selalu terlahir pada takdir cinta terlarang.

Sekarang pun, tetap begitu adanya.
Sang malaikat benar-benar menjadi manusia.
Memiliki sayap mungil di punggungnya.
Walaupun tak bisa terbang seperti dulu.
Mata abu-abu, kecantikan, dan pesonanya masih sama.

Duri-duri mawar membelenggu kedua lengannya.
Tanda bahwa ia tak akan pernah bisa lari dari kutukan yang diciptakannya sendiri.

Cintanya pada Tetsu tak berubah sedikit pun.

Lalu Tetsu, di mana Tetsu?

Ia ada di sisi sang malaikat.
Berkilauan memikat bagai ruby.
Bercahaya secerah bunga-bunga.
Tersenyum.
Tertawa.

Meski terlarang.

Setidaknya, mereka bersama sosok yang sangat dicintainya.

Meski tak terkata betapa sakitnya…

~owari~

fic

Previous post Next post
Up