So...here's one of a lot and more of my short story in bahasa,i was decided to pick the indonesian literature for college,but my family forbid me to pick that major,they just relaxed if i choose accounting or another economic dicipline...in other words, i cannot live my dream.
and after thinkin' more and more, to be a writers' not only having had education in literature or somethin', it just how you live your dream exactly...so i continuing my works in writin' and never stop to write, poems and another proses.
So I decided to write this story, and this is just the beginning...
Liefde
Terkadang kau takkan mengerti apa yang sebenarnya menimpaku saat ini,atau kau takkan mengira mengapa aku menulis semuai ini dalam sebuah cerita,tapi jujur saja ini adalah sebuah lagu kematian dimana setiap orang datang ke sebuah pemakaman dengan berlinangan air mata,dengan pakaian serba hitam dan memeluk ibuku yang terus saja terisak sedih,atau memandang seorang gadis muda berambut hitam dengan wajah yang selalu pucat seolah ia menderita anoreksia ataupun memandang seorang pria yang tidak kukenali di pemakamanku,kau tidak percaya kan?
Yup,kehidupan setelah kematian yang kuhadapi,kau mungkin mengira ini hanya gurauan,tapi tidak,ini hanya sebuah kisah tentang aku,gadis pucat itu dan ibuku,serta pria yang tidak kukenali di pemakamanku sendiri.
Baiklah,namaku Nadine Horst van Artseem,dan kalau kau cari aku di kota Frisian,kau hanya akan menemukan sebuah kasus bunuh diri yang sudah lama ditutup,tapi kau seharusnya tahu kalau ibuku masih tidak percaya kalau kematianku adalah karena keputusasaanku,bunuh diri dengan menghujamkan pisau dapur ke pergelangan tanganku yang memotong kehidupanku,sesuatu yang pastinya kau sesali setelah kematianmu,dan ibuku mengira kalau aku mati karena dibunuh seseorang,padahal tak ada bukti atau saksi yang mengarah pada hal itu,mungkin kalau benar aku dibunuh seperti dugaannya,dialah yang mungkin menjadi tersangka,karena kami tidak pernah akur sejak kematian ayahku,asal kau tahu saja kalau wannita itu sebenarnya bukan ibu kandungku,ibuku yang sebenarnya sudah mati tiga tahun yang lalu dan aku kemudian diasuh olehnya.Dan satu orang lagi yang memberikan arti dalam hidupku,adalah gadis pucat itu,namanya Nadya Glitchsko,dari namanya saja kau tahu kalau ia berasal dari suatu tempat di Eropa Timur.
Nadya adalah sahabatku nomor satu dan hanya dia yang kupunya setelah kematian ibu kandungku,usianya sama denganku---tepatnya sama dengan usiaku ketika aku masih hidup dan kematian memisahkanku darinya---yaitu sembilan belas tahun.Aku hanya memandangnya,ia memakai blus hitam dengan celana panjang jins-nya yang sudah robek,tanpa air mata yang bercucuran dipipinya atau di bagian lain dari wajahnya,aku sudah tahu kalau gadis ini tak akan menangisi aku,aku lebih suka seperti itu,mungkin kalau kau kuberitahu alasannya,cerita ini akan jadi cerita anak perempuan cengeng yang menangis pada satu periode,kemudian pada periode selanjutnya ia bersenang-senang dengan hidupnya dan melupakan apa yang sebenarnya terjadi,tapi Nad tidak begitu.
Cerita ini akan kumulai ketika semua orang sudah meninggalkan pemakamanku,temasuk ibuku,Nadya,dan pria yang tak kukenal itu,dan aku tak yakin apakah aku salah jika menceritakan semua hal ini.
Nadya maninggalkan pemakaman yang masih ramai itu dengan pria yang tak kukenal yang datang bersamanya ke pemakamanku,ia menggenggam erat tangan pria jangkung yang berambut hitam itu dengan tangan mungilnya.Mereka melangkah menjauh dari kerumunan dan menaiki sebuah mobil Ford tua yang warna birunya sudah agak pucat.Ia duduk di sisi pria itu dan mengecup lembut bibir tipisnya.
“aku tahu perasaanmu,dear”katanya lembut pada Nad,aku tak percaya Nad punya pacar,kukira dia gadis yang nggak mudah percaya dengan cowok,tapi lupakan pendapatku.Inikan cerita tentang dia,bukan aku!
“yea,aku berpikir,aku tak sempat memberitahu Nadine tentang rencana kita,ini salahku..”gumamnya ringan,namun pria itu diam ,kemudian memeluknya dan mengecup bibir tipisnya.
“Nick,aku…tak bisa menangis,tapi hatiku terlau pedih,aku ingin teriak,tapi suaraku tak bisa,air mataku tak mau keluar,aku juga ingin mati…”kata Nadya yang masih berada dalam pelukan pria bernama Nick itu.
“sudahlah…”katanya,kemudian melanjutkan”kau harus istirahat”katanya lagi seraya melepaskan Nadya dari pelukannya dan menyetir Ford tua itu.
Mobil itu melaju meninggalkan segala simfoni kematian di hari kematianku,dan melaju seperti angina dan menyibakkan dedaunan yang berserakan di musim gugur ini,musim yang cukup untuk membuatmu terserang fliu ringan sebelum musim dingin tiba dan mengantarkan keramaian natal bersamamu.
Satu orang lagi di pemakamanku,ibu tiriku.Dia berdiri seolah-olah kesedihan yang terburuk baru saja menimpanya,dengan berlinang air mata ia meninggalkan tempat itu,kini pekuburan itu menjadi sepi.Aku menatap ibu tiriku,ia begitu muda dan segar,usianya saja baru dua puluh enam tahun dan mungkin saja ia menikahi ayahku karena alasan tertentu,harta misalnya.Dan kalau memang itu alasannya,dia memang top,selain mendapat warisan dari ayahku,ia juga mendapat seluruh harta yang kumiliki,dan kau tahu?kupikir kenapa ia mengatakan kalau aku bukan bunuh diri karena ia juga ingin mendapatkan ganti rugi dari perusahaan asuransi,tapi dia terlalu bodoh seperti yang kukira,karena perusahaan asuransi menolak kasus pembunuhan.
Romance---itulah nama ibu tiriku,ia tak mengizinkanku memnggilnya ibu,toh aku takkan mau memanggilnya begitu---bergegas menaiki mobilnya yang mewah seraya mencantolkan sunglass ke hidung lancipnya,aku tak percaya dia masih sempat ke salon saat kematianku,dia begitu jauh dari kesan wanita yang hancur karena kehilangan anggota keluarganya.
Sopir tuanya membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkannya masuk ke dalam.Kini aku dapat melihat wajahnya tak lagi kusut karena air mata buaya yang ia produksi dari apa yang ia sebut sebagai kelenjar air mata,atau lebih tepatnya keran air mata.
“thank’s John”katanya pada sopir tua itu,aku tahu kalu ia lebih sering menggunakan bahasa inggris ketimbang bahasanya sendiri,bahkan aku tak yakin ia dapat nilai yang baik untuk bahasanya sendiri di sekolahnya dulu.Ia dengan tenang Duduk di kursi belakang yang nyaman sementara John tua kembali melaksanakan pekerjaannya sebagai sopir Madame Romance Van Artseem .
Romance membuka tas tangannya seraya mobil itu melaju,ia meraih sebuah ponsel dari tas mungilnya yang terus saja berdering hingga ia berkata “Hallo”
Ia diam sejenak,dan percakapan pun dimulai,
“ya,pemakamannya sudah selesai,dan pada akhirnya idiot itu mati,syukurlah karena kita tak perlu menghabisinya,sayangnya caranya bunuh diri salah total”katanya dingin,sementara dari ponsel itu terdengar suara yang agak samara dari seorang pria,agak serak terdengar.
“yup,seandainya saja dia bunuh diri dengan terjun dari lantai tiga atau apalah yang berbau ataupun mengesankan hal itu jauh lebih mirip kecelakaan ,setidaknya kita akan dapat ganti rugi atas kecelakaan”kata pria ponsel itu.Romance terdiam dan berkata lagi,”persetan dengan semua itu,yang terpenting si idiot itu meninggalkan hartanya untukku,dan setidaknya kita bisa keliling dunia dengan harta itu,ya kan?”
“ya sayang”kata pria itu,kemudian John melirik Romance dari spionnya,wanita konyol itu menatapnya galak,”lihat apa kau bodoh!”bentaknya kejam,lau John kembali pada fokusnya dalam menyetir.
“okay Honey,there’s some lil’ disturbance here,see ya!”kata Romance melanjutkan perkataannya di ponsel,lalu menutup benda kecil itu dan memasukkannya ke dalam tas tangan kecilnya.
“dengar John,lebih baik kau jaga mulutmu kalau tak ingin berakhir tragis seperti nona mudamu tersayang”ancamnya,John hanya diam,dan aku tahu kalau dia sedikit takut akan hal itu,aku tahu kalau ia pria tua yang baik,namun ia bukan pria tua yang cukup kuat untuk menghadapi ular seperti Romance.
Nadya memandang jenuh flat tua tempat ia dan ayahnya yang pemabuk tinggal,dan ia hanya melihat setumpuk pakaian kotor milik pria tua itu,dan bergerak menuju kamarnya yang kecil dan pengap.Ia bergegas mengambil barang-barang yang sudah di kemas kedalam koper-koper besar,seolah ia akan meninggalkan mimpi buruk yang menimpanya selama sembilan belas tahun.
“selamat tinggal”katanya penuh kesedihan,namun tak setetes pun air mata yang menggenangi pipinya.
Nadya berlalu meninggalkan flat kumuh itu dan turun ke bawah dengan membawa baran-barangnya.di depan bangunan kotor itu hanya berdiri seorang pria dengan ford tuanya,pria yang mungkin saja dapat merubah mimpi buruknya menjadi lebih baik.
“kau siap?”Tanya pria itu ragu.
“yeah,setidaknya aku akan menghabiskan sisa hidupku bersamamu”ungkapnya,aku masih sedikit bingung,apa yang dilakukan Nadya dengan pria bernama Nick itu.
Nick memeluk gadis itu dan mengecup dahinya,”aku mencintaimu,sampai kapanpun,aku m,enyayangimu,aku akan melindungimu dari ayahmu”kata Nick.Nadya sedikit tersenyum,dan berkata “setidaknya aku masih tahu untuk siapa aku hidup,setelah kepergian Nadine yang terlalu mengejutkan buatku”seraya melepaskan diri dari pelukan Nick,kemudian menaiki Ford tua milik Nick.dan Nick-pun menyusulnya.
“aku akan mengembalikan air matamu sesampainya kita di Berlin,aku akan membawamu ke dokter,agar kau dapat menangis dan tak perlu lagi membeli obat-obatan untuk membasahi matamu yang kering”kata Nick pada Nadya.Aku tahu penderitaan Nadya yang tak mungkin lagi dapat mengeluarkan air matanya karena sebuah kecelakaan waktu usianya lima tahun,kecuali jika ia melakukan operasi taupun terapi yang aku tahu ia tak mampu untuk membayar semua biaya pengobatan,dan aku cukup menyesal tidak menjadi sahabat terbaiknya dengan menyumbangkan sedikit uangku untuk pengobatannya.
“kau mau?”Tanya Nick sambil menyodorkan sebungkus rokok camel pada Nadya,gadis itu langsung mengambilnya dan menyalakan pemantik yang dipinjamkan Nick padanya.Nadya mengepulkan asap rokok begitu pula pria disampingnya,kini mereka terlihat menjadi lebih rileks dari sebelumnya,mumngkin asap-asap rokok yang memenuhi mobil tua itu menerbangkan sedikit kesedihannya.
Nick menghidupkan starter mobilnya dan mulai mengendarai onggokan besi tua yang membawa mereka melaju seperti meninggalkan tempat yang tak ingin di kunjungi lagi
Tahun dan momen demi momen berlalu meninggalkan segalanya,dan mungkin itu hanya sejumput kisah singkat yang dapat kuceritakan setelah kematianku,dan bahkan kini aku agak sulit membedakan pergantian tahun,dan kini semakin banyak saja yang terjadi,kematian,kelahiran,pernikahan,kesedihan ,serta sedikit kebahagiaan berganti silih berganti dalam kehidupan,dan bahkan kau takkan pernah tahu apa yang kurasakan kini,sebuah kesepian,sebuah pengharapan,dan kedamaian yang sangat sulit kudapatkan.
Dan kehidupan orang-orang berlau begitu saja tanpa ada yang berarti,kecuali mereka menganggap itu cukup berarti,dan setelah sekian lama aku berdiri memandangi rerumputan yang menghijau karena musim semi yang telah tiba di Frisian,serta batu nisan yang setiap harinya bertambah banyak,serta simfoni kematian yang terus mengalun dalam setiap detiknya,ataupun saat aku mengenang segalanya tentang nikmatnya kehidupan,menghirup oksigen,bertahan saat sakit atau mencintai seseorang,mencintai sahabatmu,dan keluargamu.
Terkadang kita tak dapat merasakan kenikmatan itu sebagai sebuah nikmat yang luar biasa,sebagai sebuah anugerah,ataupun setiap detik yang kita lalui sebagai pelajaran yang berharga yang terlewat begitu saja,dan setelah itu kita hanya dapat menerka apakah definisi kebahagiaan dan cinta itu dalam setiap detik yang kita lalui.Dan terkadang kita juga menyadari ada yang menang maupun yang tidak menang dalam kehidupan,mungkin saja aku tidak menang,tapi aku cukup dapat merasakan dan mengerti bahwa aku tidak berarti apa-apa tanpa semua orang disekelilingku---termasuk Romance---dan kau pun sebaiknya berpikir bahwa hidup adalah sebuah waktu dimana kau dapat merasakan setiap detik yang datang dan pergi dan menyisakan sesuatu yang berharga bagimu,entah apa itu.
By Sarah Sofia,2 februari ‘06
Enjoy...^__^