Title: the Sinking Dawn
Author: hidoihito //
seriousheadacheCharacter: Arashi
Pairings: Broken Yama, Ohmiya, Sakumoto
Summary: Rasa itu masih tetap ada disana, Ohno berusaha untuk menyimpannya di dalam hati sebagai sebuah kenangan manis
a/n: today's discovery -> orang dengan banyak masalah ternyata masih bisa bikin fic -_- lanjutan dari
Someone's Voice... tapi bisa juga sih dibaca tanpa mengaitkan yang sebelumnya hmm
terinspirasi dari lagu solo-nya Ohchan (two) T___T
~*~*~
Ohno sedikit merasa kaget melihat Sho yang menghampirinya di area parkir studio tempat mereka baru saja selesai melakukan shooting VSA. Beragam pertanyaan melingkupi pikiran Ohno, menebak-nebak ada apa dengan Sho, kenapa setelah hampir dua bulan mereka tidak saling berbicara --kecuali di depan kamera- Sho memutuskan untuk melakukannya sekarang. Dilihatnya Sho menenteng tas dengan resleting yang masih sedikit terbuka dan sunglass yang biasa ia pakai ketika keluar studio masih ia pegang di tangan kirinya. Menjelaskan bahwa Sho tergesa-gesa untuk mengejarnya kesini.
Beberapa saat keduanya hanya saling memandang dengan canggung sampai Sho melihat ke arah lain sambil membenahi rambutnya yang masih tertata rapi oleh stylish-nya. “Ano ne… Apakah kau punya sedikit waktu, Satoshi-kun?”
Ohno ingin menjawab ‘Ya, tentu saja.. Asalkan aku bisa bersamamu lebih lama.’ Namun yang ia katakan hanya sebuah gumaman dan anggukan kecil membuat Sho terlihat sedikit kecewa dengan responnya itu.
Tanpa berkata apapun lagi, Ohno masuk ke dalam kursi pengemudi mobil SUV hitam miliknya. Sho, merasa dirinya mulai terlihat seperti orang bodoh yang hanya berdiri mematung akhirnya membuka pintu kursi penumpang dan mendudukkan dirinya di sebelah Ohno. Tak berapa lama sebelum keduanya menyusuri jalanan kota Tokyo malam itu.
Tak tahu harus berkata apa, Sho hanya duduk terdiam sambil memandang keluar jendela di sebelahnya. Sebenarnya untuk apa ia menghampiri Ohno tadi? Apakah karena ia ingin memperbaiki hubungan pertemanan mereka yang sempat terputus gara-gara kejadian itu? Apakah ia hanya ingin sekedar berbicara dengan Leader yang selama beberapa minggu ini jarang berkomunikasi dengannya? Ataukah ia hanya ingin berada di dekat Satoshi-kun? Sesederhana itu..
“Hari ini tidak jadi menemani Matsujun pergi?”, keheningan diantara keduanya pecah dengan pertanyaan Ohno barusan. Mendengar nama kekasihnya disebut dari mulut Ohno, Sho merasa sedikit tidak enak dan membenahi posisi duduknya sembari menjawab dengan singkat, “Tidak.” Sho masih saja terkejut dengan perhatian yang Ohno berikan pada para member-nya walaupun ia sering terlihat melamun dan tidak bersemangat kerja.
Beberapa jam yang lalu kelimanya duduk di ruang tunggu sambil menanti set permainan di VSA selesai ditata. Matsujun yang masih gembira setelah berhasil mendapatkan skor tinggi di Kicking Sniper tiba-tiba mengajak Sho yang tengah membaca majalah untuk ikut bersamanya setelah shooting selesai. “… Kami berencana makan malam bersama setelah dorama ini selesai. Sho-kun, kau bisa ikut kan?” Entah kenapa ketika itu pandangan Sho beralih kepada sosok Ohno yang tengah merebahkan dirinya di sofa yang ada di depannya. Apa yang dia harapkan? Sebuah gedikan bahu mungkin? Tapi Ohno tidak bergerak se-inci-pun dari posisi tidurannya. “Mm.. Akan ku pikirkan lagi nanti.”, jawab Sho pada akhirnya.
‘Jadi saat itu sebenarnya dia mendengar perkataan Jun? Tapi kenapa dia diam saja? Apakah aku sudah tidak berarti lagi baginya?’, sekali lagi Sho diam termangu mendengarkan suara di dalam kepalanya yang terus membisikkan kata-kata yang tidak ingin ia dengar.
Ohno melirik ke sebelah kanannya. Dilihatnya bayangan Sho yang terpantul di jendela kaca sebelah dengan ekspresi wajah murung. Betapa ia ingin sekali membuat wajah itu ceria kembali, tersenyum dan tertawa bersamanya. Seperti waktu itu. Seperti waktu mereka masih bersama dulu. Genggaman tangan Ohno pada setir mobilnya semakin erat. Teringat sekali lagi bahwa ia telah kehilangan Sho.
Lantunan musik yang baru saja ia sadari telah mengalun dari stereo didalam mobilnya seakan mengejek perasaannya saat ini. Sebuah lagu tentang cinta yang tetap bertahan walaupun diterpa berbagai masalah. Sungguh lagu yang kontras dengan kondisi Ohno sekarang.
“Maaf membuatmu menghabiskan waktu seperti ini, Satoshi-kun. Kau bisa menurunkanku di persimpangan selanjutnya.”
“Tidak.”, gumam Ohno yang hampir saja luput dari pendengaran Sho. “Tetaplah disini sebentar lagi.”, lanjutnya membuat wajah Sho memerah. Seperti itulah Ohno Satoshi yang ia kenal. Sulit menyampaikan keinginannya dan ketika ia memiliki keberanian untuk mengatakannya, sebuah kalimat pendek dirasa cukup untuk menjelaskan semuanya. Sho tidak berkata apapun dan mengikuti keinginan Ohno.
Entah sudah berapa lama keduanya berkendara tanpa tujuan di jalanan yang mereka lalui. Satu jam, dua jam, tiga jam atau malah hanya beberapa menit yang lalu sejak mereka meninggalkan studio. Ohno tidak mau ambil pusing. Karena dengan Sho ia ingin waktu berjalan lebih lambat. Ingin waktu di malam ini berhenti berdetak, meninggalkannya dengan Sho selamanya.
Akan tetapi keinginan Ohno tidaklah mungkin terwujud. Sampai sebuah panggilan telepon milik Sho memotong momen menenangkan keduanya. Didengarnya Sho yang menjawab orang di seberang sambungan dengan lirih. Nama ‘Jun’ yang disebut Sho sukses membuat Ohno kecewa. Ia memutar kemudi yang ada di depannya. Sudah jelas kan kemana seharusnya ia mengantarkan Sho?
Beberapa saat kemudian didengarnya Sho menutup pembicaraan di teleponnya. Ia melihat ke arah Ohno ingin mengatakan sesuatu namun mengurungkan niat itu ketika melihat arah yang dituju Ohno. Jalan menuju apartemen Jun. Dan seperti itulah semuanya berakhir. Sampai sebelum pergi, Sho sempat mengucapkan sebuah kata “Maaf” pada Ohno. Ohno mengerti maksud Sho, perkataan maaf yang berarti begitu banyak. Ya, Ohno memaafkan Sho --telah- memaafkan Sho. Dan untuk pertama kalinya sejak perpisahan mereka, Ohno tersenyum ke arah Sho yang berusaha menahan air matanya.
~*~
Di dalam mobil --kali ini sendirian- Ohno menerima sebuah e-mail dari Nino berisi umpatan kepada Leader-nya itu. Yang di sela-sela umpatan itu terselip pertanyaan sedang berada dimana dirinya sekarang, teganya ia meninggalkan Nino dengan makan malam yang hampir dingin dan beberapa umpatan lagi mengikuti isi pesan itu. Ninomiya Kazunari, dialah sosok yang dibutuhkan Ohno. Satu-satunya yang mengerti dirinya, yang tidak akan pernah meninggalkannya, selamanya…
~*END*~