“IS THIS WHAT YOU CALL A FAMILY ?” (Part 1)

Aug 17, 2018 21:51


Keluarga dengan hidup berkecukupan atau bisa dibilang mewah menjalani kehidupan harmonis mereka di rumah besar dengan model minimalis itu. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri dan dua anaknya yang bernama Dimas Danendra dan Mutia Fenansyah Danendra. Di setiap paginya mereka mengawali hari seperti biasa.

“Dimas… Mutia… ayo sarapan makanannya sudah siap.” Panggil mama mereka dari ruang makan.

“Iya bentar ma..” jawab Dimas.

“Iyaa Mutia habis ini turun kok ma, hampir selesai nih” sahut Mutia dari kamarnya yang berada di lantai dua.

Beberapa menit kemudian mereka turun dengan berpakaian seragam. Lalu mereka menghampiri kedua orang tuanya yang sudah menunggu di meja makan untuk sarapan bersama.

“Masak apa hari ini ma ?” Tanya Mutia

“Mama masak semur daging kesukaan kalian.” Jawab mama

“Wah… enak nih.” Kata Dimas.

Mereka mulai menyantap sarapan mereka bersama.

“Ma Mutia dan Dimas pamit berangkat sekolah dulu ya.” Kata mereka

“Iya hati - hati ya, jangan pulang terlalu sore lho.” Jawab mama



Lalu Dimas dan Mutia berangkat ke sekolah menaiki mobil bersama papa mereka. Di dalam perjalan menuju sekolah mereka, Mutia dan Dimas mengobrol bersama papa mereka tentang kegiatan mereka di sekolah. Sesampainya di sekolah mereka langsung dihampiri oleh teman - temannya. Di sekolah ini lah mereka bersekolah - SMA Trandana. Mereka terkenal sebagai putra putri berbakat di SMA Trandana. Selain terkenal karena kecantikan dan ketampanan mereka, mereka juga memiliki keahlian di masing-masing bidang. Dimas yang menjadi jagoan di tim basket serta sikapnya yang bertanggung jawab sebagai ketua basket menjadikannya sosok idaman untuk para kaum hawa di SMA Trandana. Mutia juga memiliki keahlian yang jarang ditemukan di kalangan umum yaitu keahlian memanah. Ketelitian dan keanggunan Mutia saat menarik anak panah membuat para cowok di sekolahnya selalu memujanya. Namun Mutia memiliki sikap sedingin es dan ucapannya yang setajam pisau, ia jarang berkomunikasi dengan orang lain terkecuali sahabat-sahabat dekatnya dan kakaknya, Dimas. Bagaikan minyak dan air, kepribadian Dimas bertolak belakang dengan adik semata wayangnya. Ia memiliki kepribadian yang hangat, sering menolong teman-temannya saat membutuhkan pertolongan. Karena itulah ia dikagumi oleh murid-murid Trandana

Dimas dan Mutia berpisah saat mereka sampai di depan kelas Mutia. Dimas berada di kelas XI 4, sedangkan Mutia berada di kelas XI 1. Mereka berdua selalu menjadi juara kelas di kelas mereka masing-masing. Hari ini Dimas dan Mutia sedang menjalani ujian kenaikan kelas. Dimas tidak pernah belajar saat menjelang ujian kenaikan kelas. Dia hanya akan bermain bola basket di rumahnya. Dimas anak yang bisa dibilang sangat cerdas, meskipun dia jarang sekali belajar di rumah tetapi nilainya tidak pernah mendapatkan dibawah rata-rata bahkan bisa mendapatkan nilai terbaik di kelasnya. Berbeda dengan Mutia, ia selalu belajar walaupun banyak kegiatan di sekolah. Mutia sangat perfeksionis, ia akan mendapatkan hal yang ia inginkan dengan cara apapun. Ia juga memiliki kelebihan yaitu memiliki daya ingat fotografis. Ia bisa mengingat segala hal yang ia telah lihat dengan baik.

Bel istirahat telah berbunyi. Saat Mutia melangkah keluar kelas untuk pergi ke foodcourt, ia dihadang oleh seorang cewek berambut panjang dengan wajah yang terkesan innocent dan cute. Ia adalah Sashihara Rino bisa dipanggil Sashi. Ia juga murid populer seperti Mutia. Ia adalah ketua ekstrakurikuler modeling. Sashi juga mendapat peringkat kedua dibawah Mutia.

“Mut.. ke foodcourt yuk, laper nih..” Pinta Sashi kepada Mutia

“Iya aku juga mau ke foodcourt nih. Udah laper.” Jawab Mutia

Mereka pun pergi ke foodcourt bersama. Sesampainya di foodcourt mereka langsung memesan makanan, sembari menunggu pesanannya datang mereka duduk dan mengobrol tentang ujian hari ini.

“Sas gimana bisa gak ngerjain soal matematika tadi ?” Tanya Mutia

“Lumayan sih Mut mungkin hanya beberapa saja yang tidak aku bisa, kalau kamu Mut ?” Jawab Sashi

“Itu sih soal gampang aku hanya butuh sekitar satu jam untuk menyelesaikan soal itu.” Jawab Mutia dengan pede.

Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Mereka mulai menyantapnya. Lalu mereka kembali ke kelas. Tak terasa bel berbunyi tanda berakhirnya ujian untuk hari ini. Mutia berpamitan dengan Sashi. Namun ia pergi ke lapangan untuk berlatih memanah bersama teman-temannya. Sesampainya di lapangan Mutia berganti baju dan memulai latihan memanah. Ada hal yang tidak biasa di situ, hari ini Mutia berlatih seorang diri. Ia memutuskan untuk pulang lebih cepat dari biasanya. Sedangkan Dimas masih bermain basket bersama teman satu timnya. Dia melihat adiknya melintasi lapangan basket, ia langsung memanggil adiknya.

“Kok tumben udah pulang?” Tanya Dimas bingung

“Lagi males, soalnya gak ada yang dateng. Mungkin gara-gara ujian.” Jawabnya

“Udah mau pulang?” Tanya Dimas

“Iya, udah di tunggu sama sopir di depan.” Jawab Mutia

Lalu Dimas memutuskan untuk pulang bersama adiknya. Dimas berpamitan dengan temannya. Ia langsung berlari menuju adiknya yang sudah keluar gerbang. Untung saja Dimas tiba tepat waktu. Walaupun Mutia bersikap agak sinis tetapi sebenarnya dia baik dan Dimas tetap sayang kepada Mutia. Sepanjang perjalanan mereka berdua bercerita tentang kejadian di sekolah. Sesampainya di rumah, mama mereka sudah menunggu kedatangan mereka. Hari-hari seperti ini papa mereka hanya ada di rumah saat hari sudah gelap atau liburan panjang. Saat Mutia dan Dimas hendak pergi ke kamar mereka, tiba-tiba mama mereka memanggil mereka. Mama mereka memberi tahu bahwa mereka akan liburan ke luar negeri setelah sekolah mereka berakhir. Mutia dan Dimas sangat senang.

“Ma emangnya mau liburan ke mana?” Tanya Mutia

“Emang kamu maunya ke mana?” Tanya mama balik

“Aku maunya liburan ke Paris, London, ke mana gitu ma.” Pinta Mutia

“Aku maunya liburan ke daerah Asia aja ma kan seru.” Jawab Dimas

“Em…. Kita akan liburan ke Jepang.” Kata mama

“Wow Jepang bakal jadi liburan seru nih.” Kata Dimas sumringah

”Oke. Aku juga ingin ke Jepang.” Kata Mutia

Setelah pembicaraan selesai mereka berdua kembali menuju kamarnya. Mutia merebahkan badannya di kasur. Ia mulai berangan-angan perjalanan mereka nantinya. Lalu Mutia mulai mengambil beberapa buku untuk belajar agar nilai Mutia di ujian kali ini tidak jatuh dan mendapatkan skor terbaik. Mutia hanya memerlukan beberapa jam untuk menghafalkan semua pelajaran yang diujikan besok. Di sisi lain Dimas hanya bersantai di kamarnya dan mendengarkan musik, Dimas akan belajar hanya beberapa menit saja karena dia sudah mengingat semua pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Tiba-tiba mamanya memanggil mereka berdua untuk segera turun. Mutia dan Dimas langsung turun. Mama menyuruh mereka membantunya untuk menyiapkan makan malam, karena papa mereka akan segera pulang. Mutia dan Dimas sangat bersemangat membantu mamanya memasak makan kesukaan papa mereka di dapur. Setelah selesai memasak mereka pun mulai menata meja makan sedemikian rupa agar menarik hati papanya. Selang beberapa menit akhirnya orang yang telah ditunggu sudah berada di depan pintu. Mereka bertiga siap memberi kejutan kepada papa mereka. Saat papa mereka membuka pintu mereka bertiga langsung berteriak “Selamat Datang Papa.” Lalu Mutia membawa papanya ke depan meja makan. Alangkah terkejutnya papanya melihat apa yang ada di atas meja makan. Papa Mutia berkata “Terimakasih sudah menyiapkan semua ini untuk Papa.” Mutia terharu mendengar pujian papanya. Lalu mereka berempat makan malam bersama di atas meja makan yang sudah dihias dengan indah. Seusai menyantap makan malam mereka membereskan meja makan dan berbincang-bincang di ruang keluarga. Mereka terlihat bahagia atas kepulangan papa mereka. Hari sudah larut mereka memeutuskan untuk kembali ke kamar dan tidur.

Keesokan harinya. Setelah pekan ujian berakhir, tibalah saat mereka akan pergi liburan ke Jepang. Saat-saat seperti inilah yang telah dinantikan oleh Mutia dan Dimas. Mereka berempat mulai menyiapkan barang-barang yang akan dibawa nantinya. Seusai menyiapkan segala keperluan. Mereka juga berbagi tugas untuk memasukan barang bawaan mereka ke dalam mobil dan mereka siap untuk menuju bandara. Saat tiba di bandara mereka langsung menuju pesawat sesuai tujuan. Mutia dan Dimas sangat bahagia. Setelah beberapa jam, akhirnya mereka sudah sampai di Negara tujuan mereka Jepang. Setelah keluar dari bandara mereka menuju hotel yang sudah dipesan sebelumnya. Mereka menginap di daerah Tokyo. Setelah masuk ke kamar,  Mutia dan Dimas merapikan barang bawannya untuk diletakkan di lemari. Seusai merapikan barang-barang, Mutia dan Dimas keluar dari kamar mereka masing-masing. Saat mereka menghampiri kamar orangtua mereka, Mutia mendengar suara orangtuanya seperti sedang membicarakan sesuatu yang penting.

“Kak mama sama papa kenapa?” Tanya Mutia kepada Dimas kawatir

“Loh emang ada apa di kamar mama sama papa?” Kata Dimas bingung

“Mama sama papa kayaknya bertengkar, emang ada masalah ya antara mama sama papa?” Tanya Mutia sambil berjalan menjauhi kamar orangtuanya

“Mungkin mereka lagi capek, jangan negative thingking dulu dong.” Jawab Dimas sambil menenangkan Mutia

“Mungkin juga, ya udah kita balik ke kamar lagi aja deh. Gue juga mau istirahat.” Kata Mutia

“Bener juga, kita istirahat aja dulu. Ntar kalo mama sama papa bakal ngajak jalan - jalan pasti mereka manggil kita kok.” Kata Dimas

“Oke, da… kak.” Kata Mutia

Mutia mulai bosan berada di kamarnya. Ia mulai berkeliling di kamar hotel yang bisa dibilang luas bila ditempati oleh satu orang yang dilakukan Mutia di kamarnya hanya memandangi pemandangan yang ada di luar jendela kamarnya. Lalu Mutia memutuskan untuk pergi ke kamar kakaknya. Saat tiba di depan pintu kamar kakaknya, Mutia memanggil kakaknya namun tidak ada jawaban. Mutia bingung harus melakukan apa lagi. Lalu ia terpikirkan untuk pergi ke kamar orangtuanya. Mutia memutuskan untuk pergi ke kamar orangtuanya. Saat tiba di sana ia membuka pintu kamar orangtuanya namun tidak bisa. Mutia memutuskan untuk menelfon mamanya. Mutia ingin keluar dan menikmati kota Tokyo di malam hari. Mama Mutia mengabulkan permintaan anak perempuannya. Mereka berempat akhirnya keluar dari hotel dan berjalan-jalan menikmati malam di kota Tokyo. Ada hal yang tidak biasa saat mereka berjalan bersama. Orangtua mereka terlihat tidak begitu akrab seperti sediakala. Mutia heran kenapa orangtuanya seperti ini. Apakah mereka benar-benar sedang bertengkar seperti yang Mutia pikirkan tadi?

Mutia mengajak keluarganya makan di restoran ramen Kururi di Shinjuku-ku, Tokyo. Mutia memang sangat suka makanan Jepang. Seusai makan di sana, Dimas menyarankan untuk makan kembali di restoran sushi Komuro. Seusai makan di beberapa restoran, mereka mengunjungi festival musim panas atau orang Jepang bilang Natsu Matsuri. Festival di Negara ini agak sedikit beda dari yang lain. Festival di Negara ini menghadirkan beberapa permainan tradisional Jepang dan biasanya orang yang menghadiri festival ini memakai pakaian tradisional Jepang yaitu Hakama. Seusai mereka bermain Mutia mengajak keluarganya ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat Hanabi atau kembang api saat festival musim panas. Mereka terlihat sangat bahagia. Setelah pertunjukan kembang api mereka kembali ke hotel, Mutia dan Dimas kembali ke kamarnya masing - masing untuk istirahat karena masih banyak tempat yang belum mereka kunjungi.

Next post
Up