Dec 30, 2013 00:35
"Tapi oka-san... Aku tidak bisa jika selama itu.." Masuda memasang tampang kusut dan kesal saat berbicara di teleponnya.
"Ya sudah.. Baiklah.." klik. Masuda melempar teleponnya ke sofa yang ia senderi dan menghela nafas panjang.
"Ada apa?" Tanya Hosoya yang sedang duduk di sofa sambil mengusap kepala Masuda, hal yang biasa ia lakukan ketika Masuda sedang kesal atau sedih. Masuda menggelengkan kepalanya. "Kau tidak akan melempar ponselmu jika memang tidak ada apa-apa."
Masuda mendongak memandang wajah Hosoya kemudian dia memeluk pergelangan kaki Hosoya yang ada di dekatnya dan meletakkan kepalanya di lutut Hosoya. "Tidak ada apa-apa nii-san.. Aku hanya sedikit kesal.."
"Kenapa?" Tanya Hosoya masih mengusap rambut Masuda, karena Hosoya tahu yang dia lakukan bisa membantu Masuda untuk merasa lebih baik.
"Tadinya aku mau pulang ke Hiroshima natal nanti. Tapi mereka malah mau pergi karena adikku libur."
"Lalu apa masalahnya? Kau kan bisa ikut mereka."
"Mereka pergi hampir satu minggu, aku tidak bisa jika selama itu. Jadi pilihannya aku ikut pergi dengan mereka atau aku tidak jadi pulang."
"Apa tidak bisa diundur setelah kau kesana?" Tanya Hosoya lagi.
"Kata oka-san tidak bisa. Jadi aku tidak jadi pulang. Menyebalkan!" Masuda menghela nafas. "Tampaknya aku akan sendirian natal ini." Ucap Masuda pelan sambil merengut.
"Ya sudah kau ke sini saja."
"Eh?!" Masuda mendongakkan kepalanya dengan cepat. "Kesini? Maksud nii-san?"
"Iya Toshi.. Kau menginap di sini saja."
"Tu-tunggu.. Nii-san di sini? Kupikir nii-san akan pulang! Bukannya waktu itu nii-san bilang nii-san mau pulang?" tanya Masuda seraya duduk di sofa.
"Tadinya.. Aku mau pulang sekitar 3 sampai 4 hari mulai tanggal 23, tapi kau bilang kau akan sendirian saat Natal. Jadi aku akan menemanimu disini." Saut Hosoya sambil tersenyum.
"Nii-san..."
"Atau kau mau ikut ke Hiroshima denganku?"
"Eh?! Ah... ke rumah nii-san...?" Masuda sedikit terbata karena malu. "Itu..." Mukanya memerah. Hosoya tertawa melihatnya dan menepuk2 kepala Masuda.
"Kenapa kau ini? Kalau kau mau ikut juga boleh, nanti aku akan kembali ke Tokyo bersamamu."
"A-aku akan ikut denganmu ke Hiroshima.." Pasti akan terasa canggung. Tapi bagaimanapun Masuda tidak ingin mengganggu acara pulang Hosoya, dan memaksa Hosoya tinggal di Tokyo hanya untuk menemani dirinya. "Tapi aku tidak bisa berangkat tanggal 23 nii-san... bagaimana?" Sauaranya makin pelan. "Maafkan aku, aku benar-benar merepotkanmu nii-san.."
"TIdak apa-apa koq, jangan sedih begitu Toshi. Kau tidak merepotkanku. Kau bisa berangkat kapan? Aku akan ikut denganmu."
"Nii-san..." Masuda ingin menangis saat itu juga, kenapa Hosoya selalu menuruti semua kemauannya semudah itu. Meskipun kadang mereka bertengkar, tapi tetap saja akhirnya Hosoya akan mengiyakan semua yang Masuda mau. "Tanggal 23 sore saja bisa nii-san?"
"Kau yakin? Apa kau tidak lelah?" Masuda mengangguk cepat.
"Ya sudah kalau begitu tanggal 23 sore aku akan menjemputmu, dan kita kembali ke Tokyo tanggal 26 yah? 27 kau ada pekerjaan kan?"
"Pulang tanggal 27 pagi atau siang juga tidak apa-apa koq nii-san. Masih sempat."
"Jangan, tanggal 26 saja, jadi kau sempat istirahat."
"Nii-san kenapa kau baik sekali."
"Eh? Karena kau adik kesayanganku~" Saut Hosoya setengah bernyanyi sambil mencubit hidung Masuda.
"Nii-san..." gumam Masuda sambil memeluk Hosoya. "Aku juga... sangat menyayangimu."
"Aku tahu.."
----
"Toshi, pelan-pelan..." Masuda berlari kesana kemari, bingung memutuskan antara membereskan barang bawaannya atau sedikit membereskan apartemen yang akan dia tinggalkan beberapa hari.
"Nii-san bantu aku~" Masuda merengek. "Jangan hanya duduk disitu."
"Bantu apa? Aku kan tidak tahu apa yang hendak kau bawa." Hosoya memalingkan pandangan dari buku yang sedang ia baca ke arah Masuda. Hal yang seharusnya tidak ia lakukan, karena sudah pasti Masuda sedang memasang wajah anak anjing yang dibuang oleh pemiliknya. Hosoya menghela napas. "Sudah kau bereskan barang bawaanmu sana, biar aku yang membereskan ruangan ini."
"Yay! Arigatou nii-san!!" Masuda melompat senang.
"Sudah sana.." Hosoya memandang ruang tamu Masuda. Manga dan video games tergeletak dimana-mana. Dia menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Anak itu berantakan sekali.."
-------
Ruang tunggu bandara sore hari itu lumayan penuh. Mengingat dua hari lagi adalah hari libur, banyak orang yang memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya atau pergi berlibur. Hosoya memilih untuk naik pesawat menuju Hiroshima, karena waktu perjalanan yang diperlukan hanya sekitar satu jam, dibandingkan dengan kereta yang memakan waktu empat jam. Dia memikirkan kesehatan adiknya, dia tahu Masuda sibuk beberapa hari menjelang natal tahun ini. Hosoya tak tega jika harus membiarkan Masuda duduk lama di dalam kereta, itu melelahkan.
"Nii-san~" Masuda memanggil Hosoya.
"Hm?" tanya Hosoya sambil melepas salah satu earphone yang sedang dipakainya.
"Apa yang sedang kau dengarkan? Aku bosan, aku meninggalkan earphone ku di dalam tas."
"Heartbreaker~"
"Eh? Aku juga mau dengar!" Masuda mengambil earphone dari tangan Hosoya dan memasangkan ke telinganya sendiri. Masuda maupun Hosoya sangat menyukai lagi itu. "Ah putar lagi dari awal.."
"Kau ini merepotkan saja!"
"Ayolah nii-san..." Masuda merengek sambil menggoyang-goyang lengan kakaknya.
"Ini.. ini..." Hosoya menyerahkan ponselnya ke Masuda, Masuda menerimanya dengan gembira dan mulai memutar lagu itu dari awal. Beberapa saat berlalu, Masuda masih mengutak atik ponsel Hosoya, memilih lagu yang ingin ia dengarkan dengan wajah gembira.
"Ne, Toshi.."
"Yah?"
"Kapan keluargamu pergi berlibur?"
"Besok, ada apa nii-san?"
"Kau tidak ingin menemui mereka?" Masuda menoleh dan merengut. "Maksudku kalau mereka pergi besok, hari ini kau masih bisa kesana kan?"
"Ingin sih..." jawab Masuda pelan.
"Mau ke rumahmu setelah kita sampai nanti?"
"Nii-san mau ikut denganku?"
"Yah~ boleh-boleh saja. Aku akan mengantarmu."
"Benar nii-san mau ikut?" Masuda bertanya dengan antusias mendengar Hosoya mau ikut dengannya. Hosoya mengangguk. "Oh kalau begitu ke rumahku dulu ya nii-san?"
"Tentu~ Telepon orang tuamu dulu sana." Masuda mengembalikan ponsel Hosoya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi rumahnya.
"Mereka bilang akan menunggu kita nii-san."
----
"Dinginnya!!!" teriak Masuda sesaat setelah keluar dari bandara sambil memeluk dirinya sendiri. Tapi pemandangan di hadapannya membuat dia senang. Jalanan dan pohon-pohon tertutup oleh salju. "Nii-san , salju!! Sedang turun salju~" Masuda berlari berusaha menangkap salju yang turun dengan kedua tangannya. Hosoya hanya tersenyum melihat tingkah laku Masuda yang kadang seperti anak kecil. Hal yang tak akan bisa ia lihat jika Masuda sedang bersama dengan orang lain. "Ah!" Masuda berlari kembali menghampiri Hosoya. "Berarti ini salju pertama tahun ini."
"Eh? Kau kan tidak tahu sudah berapa lama salju turun di sini."
"Tapi selama kita di Tokyo belum ada salju turun kan? Setidaknya ini salju pertamaku di tahun ini."
"Baiklah. Ayo?"
"Tunggu" Masuda memejamkan matanya sebentar dan mengatupkan kedua tangannya. "Aku akan membuat permintaan." Hosoya menggelengkan kepalanya. Aneh-aneh saja adiknya ini, tapi Hosoya tidak akan bilang apa-apa, selama Masuda senang dia juga akan senang.
"Sudah?" tanya Hosoya sesaat setelah Masuda membuka matanya. Masuda menangguk. "Ayo?" ajak Hosoya lagi. Semakin lama berada di luar seperti ini, rasa dingin yang dirasakan makin bertambah. Masuda berjalan lebih dekat dengan Hosoya berusaha mencuri kehangatan dari tubuh kakaknya.
"Nii-san, dingin~"
"Hm? Bukannya tadi kau bawa syal?"
"Kumasukkan ke dalam tas. Kupikir tidak akan sedingin ini." Hosoya menghela nafas. Dia melepas syal yang ia kenakan dan dikalungkan di leher Masuda. "Eh?" Masuda terkejut dan menoleh.
"Pakailah.." Hosoya menepuk-nepuk kepalanya.
"Lalu nii-san?"
"Aku tak apa-apa. Kau lebih tidak tahan dingin dibanding denganku. Jadi kau pakai saja."
"Nii-san!!!" Masuda melompat memeluk Hosoya. "Kau memang paling baik!!!"
Hosoya tertawa dan menepuk punggung Masuda. "Iya iya.. Ya sudah ayo, nanti keburu malam. Tidak enak pada keluargamu."
-----
"Tadaima~"
"Aniki!!" Adik Masuda berlari dan menyambut Masuda. "Eh?! Hosoya-san!!" Teriak adik Masuda saat melihat Hosoya berdiri di samping kakaknya.
"Konbanwa." Sapa Hosoya sambil tersenyum.
"Oh Toshiki kau sudah sampai?" Ibu Masuda keluar dan menyambut anaknya yang sulung.
"Konbawa, Masuda-san." Hosoya menyapa ibu Masuda sambil membungkukkan badannya.
"Ah Hosoya-kun. Masuklah. Aku sedang memasak makan malam. Kalian sudah makan?"
"Belum, oka-san."
"Kalau begitu kebetulan. Aku hanya sempat membereskan kamarmu Toshi. Hosoya-kun akan menginap di sini? TIdur denganmu saja tidak masalah kan?"
"Aku pulang juga tidak apa-apa Masuda-san."
"Mou.. nii-san.." Masuda memandang dengan tatapan memohon pada Hosoya. "Menginaplah disini.."
"Menginap saja disini. Kamar Toshi cukup besar koq. Lagipula ini sudah malam."
"Iya Hosoya-san, menginap disini saja. Kita bisa bermain bersama!!"
"Baiklah kalau memang tidak merepotkan."
"Yay!!" teriak dua orang Masuda disaat yang bersamaan. Kakak dan adik sama saja. Batin Hosoya sambil tersenyum.
"Letakkan barangmu di kamar, lalu turunlah, kita makan bersama."
"Baik, oka-san. Oh iya di mana otou-san?"
"Dia masih belum pulang, katanya akan pulang larut."
Setelah makan malam adik Masuda segera menyeret Hosoya dan mengajaknya bermain video game. Hingga akhirnya anak itu tertidur di pangkuan Hosoya.
"Dia mengambil tempatku." gumam Masuda pelan sambil merengut. Hosoya menoleh pada Masuda dan menyenderkan kepala Masuda di bahunya.
"Kau masih adik kesayanganku." ucap Hosoya sambil mengecup kening Masuda. "Dimana kamar adikmu, biar kutidurkan dia disana."
"Oh ada di depan kamarku, tolong ya nii-san."
-------
Hosoya bangun cukup pagi keesokan harinya, di sebelahnya Masuda masih tertidur pulas dalam benaman selimut. Dia keluar kamar dan melihat ibu Masuda ada di dapur.
"Ohayou Masuda-san" Sapa Hosoya.
"Oh Hosoya-kun, ohayou"
"Ada yang bisa kubantu?"
"Ah tidak usah repot-repot, duduk saja." Ibu Masuda kembali mengaduk adonan pancake yang ada di hadapannya. "Hosoya-kun, sudah berapa lama kau mengenal Toshiki?"
"Eh?" Hosoya sedikit terkejut tiba-tiba ditanyai seperti itu. "Ah.. kira-kira sekitar tiga tahun belakangan ini Masuda-san."
"Dia sering menceritakanmu." Hosoya merasa malu mendengarnya. Kenapa tiba-tiba ia merasa seperti sedang diinterogasi oleh calon mertua. "Aku sebenarnya agak khawatir membiarkan dia ke Tokyo sendirian, tapi jika memang dia bertemu dengan orang yang bisa dipanggilnya "nii-san", aku tenang. Tolong kau jaga dia ya." Ibu Masuda mulai mengatur meja makan. "Maafkan dia jika merepotkanmu Hosoya-kun."
"Ah.. Iya Masuda-san. Anda tidak perlu khawatir. Saya sudah menanggapnya seperti adik sendiri, jadi saya pasti akan menjaganya baik-baik." Ibu Masuda tersenyum puas mendengarnya.
"Terimakasih, Hosoya-kun. Nah, tolong kau bangunkan Toshiki dan adiknya ya." Hosoya bangkit berdiri dan dia melihat adik Masuda sedang senyum-senyum berdiri di dekat pintu kamar kakaknya.
"Ohayou~~~ Hosoya-san~" dia berlari dan menghambur memeluk Hosoya.
"Haha.. Aduh kau ini mirip sekali dengan anikimu." Hosoya menepuk-nepuk kepala adik Masuda. "Ohayou Masuda-kun. Bangunkan anikimu sana."
"Ah teriak saja. Aniki!!!! Bangunnnn!!!"
Hosoya agak kaget juga mendengar adik Masuda tiba-tiba berteriak seperti itu. Dia hendak masuk ke kamar bertepatan dengan Masuda yang membuka pintu masih dengan muka mengantuk dan belum bangun sepenuhnya.
"Ohayou nii-san.."
"Ne.. Hosoya-san, kau harus mencium aniki kan?"
"Eh?!" Hosoya maupun Masuda sama-sama bingung dengan apa yang dikatakan oleh anak itu. Adik Masuda terkekeh geli sambil menunjuk ke atas kepala Hosoya dan Masuda berdiri. Ternyata anak itu memasang mistletoe tepat di depan kamar kakaknya.
"Ayo~ Tidak boleh tidak dilakukan lho~" Hosoya hanya terdiam sementara Masuda sudah berdiri dengan muka merah padam, antara malu dan kesal pada adiknya yang usil ini. Hosoya mendekat dan menyentuh kedua pipi Masuda.
"Wa-wait nii-san!! Apa yang mau kau lakukan?" Hosoya hanya tersenyum manis dan mengecup lembut kening Masuda. "Ni-nii-sannnnnn!!!" Muka Masuda sudah benar-benar seperti kepiting rebus, dia bisa merasakan asap keluar dari kepalanya.
"Yah~ Kenapa hanya di kening?" protes adik Masuda.
"Kau tidak bilang dimana, aku sudah mencium anikimu. Sudah, ayo makan. Kau masih harus siap-siap untuk pergi nanti kan Masuda-kun?" Ajak Hosoya sambil berlalu meninggalkan Masuda dan adiknya. Sesaat kemudian Masuda mulai tersadar dari kekagetannya.
"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Masuda kesal. Dia benar-benar tidak menyangka Hosoya akan mencium dia di depan adiknya seperti itu.
"Aku kan hanya membantumu~"
"Membantu apa?!"
"Jangan pura-pura.. siapa ya yang tadi malam menggerutu "Dia mengambil tempatku"~~ " Masuda bengong mendengar ucapan adiknya.
"Kau!!"
Adiknya tertawa terbahak-bahak. "Ternyata aniki posessive sekali ya~ Tenang saja aku tak akan mengambil Hosoya-san darimu koq." Kemudian dia berlari.
"Kau!! Kembali kau kemari! Dasar iseng!!"
----------
hosoya yoshimasa,
masuda toshiki,
fanfiction