Nov 20, 2013 06:59
Hosoya Yoshimasa, Masuda Toshiki
"Moshi-moshi.."
"Damassu?"
Masuda tersenyum mendengar suara nii-san nya dari seberang sana. Dia sedang duduk menunggu seseorang ketika hpnya berdering dan memunculkan nama nii-san di layar hpnya. Seandainya saja IV tidak mati, pasti sekarang Hosoya masih ada di sini bersamanya, karena dia sedang istirahat dari proses rekaman Zexal. "Ya nii-san.. Nande?"
"Apa kau sedang istirahat? Kebetulan aku sedang berada di dekatmu rekaman. Mau keluar makan bersama?"
"Ah ano.. nii-san.. Iya aku memang sedang istirahat tapi..." Suaranya makin pelan dan tidak terdengar oleh lawan bicaranya sekarang ini.
"Tapi apa? Aku tidak begitu jelas mendengarmu."
"Aku tidak bisa nii-san. Aku janji aku akan menemani Komatsu sebetar lagi."
"Oh~ Ya sudah tidak apa-apa kalau begitu." Masuda seolah bisa membayangkan wajah Hosoya yang mengucapkan itu sambil tersenyum padanya, dan bayangan di kepalanya itu membuat dia semakin merasa bersalah.
"Maafkan aku nii-san.." Sautnya pelan.
"Iya tidak apa-apa, kapan-kapan saja. Aku hanya ingat hari ini jadwal rekaman Zexal dan kebetulan aku ada di sekitar sini, jadi aku mengajakmu, tapi kalau kau memang tidak bisa ya tidak apa-apa. Ya sudah, hati-hati ya, jangan lupa makan. Sampaikan salamku untuk yang lain."
"Baik nii-san, maafkan aku.."
"Ahaha.. Iya tidak apa-apa. Ya sudah, kututup ya."
"Iya nii-san.. See ya~" Masuda menutup teleponnya dan menghela nafas. Dia tidak tahu jika nii-sannya akan berada di sekitar sini, tau begitu dia tidak akan mengiyakan ajakan Komatsu tadi sebelum rekaman.
"Hey!" Seseoranng menepuk pundak Masuda. Dan ternyata Komatsu. "Kenapa bengong begitu siang-siang begini. Ayo kita makan~" Masuda hanya terdiam memandangi Komatsu. "Eh kenapa?"
"Lama! Aku sudah hampir meninggalkanmu."
"Eh ya maaf, hoho~ Ayuk ah, aku sudah lapar!!" Saut Komatsu sambil menyeret pengisi suara Nasch itu.
-----
Hosoya menutup teleponnya dan menghela nafas. Ternyata Damassu sudah ada rencana dengan orang lain.
"Are? Hosoya?" Dia menoleh mendengar ada suara seseorang yang memanggilnya. "Hosoya!!"
"Eh?" Dia sedikit memicingkan matanya berusaha menangkap sosok yang sedang berjalan setengah berlari kecil ke arahnya. "Hikasa-san?" Hikasa Yoko, seorang seiyuu yang lumayan sering bekerja sama dengannya dalam mengisi suara.
"Yaaaa~~" Hikasa menjawab dengan nada riangnya.
"Hikasa-san?" Hosoya tersenyum padanya. "Sedang apa disini?"
"Aku? Belanja, hahaha~"
"Ah.. okeee..."
"Kau sendiri?"
"Aku tadinya mau mengajak adikku makan, tapi ternyata dia sudah ada rencana dengan orang lain."
"Adikmu? Sejak kapan kau punya adik?"
"Maksudku Damassu.." Hosoya menjawab sambil tertawa, mengapa orang lain selalu merasa heran jika dia mengatakan bahwa dirinya punya adik. Memang Toshi adikku kan.
"Oh! Masuda-kun? Yah sayang sekali~ Ya sudah makan saja denganku!"
"Eh?"
"Aku juga belum makan, ayo?"
Hosoya mengendikkan bahu, tapi kemudian dia menangguk. "Oke~ Kenapa tidak.."
----
"Ramai ya.."
"Iya, memang disini ramai jika jam makan seperti ini." Saut Masuda sambil memakan semangkok ramen yang ada di hadapannya.
"Oh, tampaknya kau sering kemari?"
"Tidak terlalu sering juga, tapi kadang aku dan nii--"
"Hosoya-san?"
"Eh?" Masuda mendongakkan kepalanya dan melihat Komatsu yang sedang memandang ke arah pintu masuk. "Apa?"
"Hosoya-san! Itu Hosoya-san kan?" Komatsu memanggil dengan melambaikan tangannya. Masuda menoleh ke arah pintu dan memang dia melihat nii-sannya disitu, diapun tersenyum.
"Ah! Iya.. Nii-san!! Nii--" panggilannya terhenti dan senyumnya pun menghilang dari wajahnya.
"Eh? Siapa itu?" potong Komatsu saat ia melihat Hosoya ternyata tidak sendirian.
"Hikasa-san..." jawab Masuda pelan sambil membalikkan badannya memunggungi pintu masuk. Kenapa nii-san bisa bersama Hikasa-san ya. Bukankah tadinya dia mau makan denganku.
"Hikasa-san?" tanya Komatsu membuyarkan pikiran Masuda. "Siapa itu?"
"Dia juga seorang seiyuu koq, kau tidak tahu?" Komatsu menggeleng.
"Mereka dekat ya?"
"Yah... Iya, mereka sering satu anime, sudah sejak lama."
"Oh... Romantisnya...."
"Romantis?!" Masuda hampir tersedak waktu mendengar Komatsu mengatakan itu.
"Iya kan, itu romantis tau! Apa mereka berdua pacaran?"
"Mana kutahu.."
"Ah! Payah kau! Hosoya-san itu kan nii-sanmu, masa kau tidak tahu."
Masuda memandang Komatsu dengan kesal. "Setauku sih tidak." Jawabnya ketus.
"Yah~~ Kenapa tidak..." Komentarnya sambil memandangi Hosoya dan Hikasa yang duduk di bagian lain restoran itu. "Mereka terlihat akrab dan nyaman satu sama lain koq, kau yakin dia bukan pacarnya?"
"Tidak tau, sudah cepat habiskan ramenmu, aku mau kembali ke studio." Jawabnya sambil berdiri hendak menuju kasir.
"Eh?! Tu-tunggu!! Kenapa kau jadi marah seperti itu sih?" Komatsu buru-buru bangkit dan mengikuti Masuda menuju kasir. "Kau tidak mau menyapa Hosoya-san dulu?" Tanyanya lagi saat mereka hendak keluar. Masuda tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya sambil keluar dari restoran.
-------
"Komatsu, kau apakan Massu? Sejak kembali dari istirahat denganmu dia jadi uring-uringan seperti itu." Tanya Ookawa pada Komatsu yang sedang berberes hendak pulang.
"Mana kutahu, tidak ku apa-apakan koq. Ah tadi dia melihat Hosoya-san lalu dia jadi seperti itu."
"Hosoya-san? Koq aneh, bukannya biasa dia senang melihat Hosoya-san?"
"Entahlah.." Komatsu mengendikkan bahunya. "Aku pulang dulu ya Genki-san."
"Ok. Sampai jumpa." Ookawa mengambil tasnya dan menghampiri Masuda yang masih duduk sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Ookawa menepuk bahu Masuda. "Hei, Massu. Kau tidak pulang? Yang lain sudah pada pulang lho.."
Masuda menoleh dan menghadapkan kepalanya ke arah Ookawa. "Iya Genki-san, sebentar lagi." Dia kembali meletakkan kepalanya di atas meja.
"Lhoh Massu kau masih disini?" Hatanaka yang baru masuk ke ruangan dimana Ookawa dan Masuda berada. "Kukira kau sudah pulang bersama Hosoya-san."
"Eh? Nii-san?" Masuda menegakkan kepalanya terkejut.
"Iya.." Hatanaka menangguk. "Tadi aku sempat bertemu Hosoya-san saat hendak keluar gedung, dia bilang menunggumu. Tapi waktu aku kembali dia sudah tidak ada, jadi kupikir kau sudah pulang bersamanya."
"Nii-san disini? Ka-kapan? Apa sudah lama?!" Masuda bertanya panik sambil membereskan barang bawaannya.
"Seharusnya belum terlalu lama, mungkin sekitar 10 menit yang lalu..."
Kemudian Masuda langsung berlari bergegas keluar ruangan tanpa mengucapkan salam pada Ookawa dan Hatanaka.
"Kenapa dia?" Hatanaka bertanya sambil bengong masih terkejut.
Ookawa tersenyum. "Haha.. Kau seperti tidak mengenal Massu saja, dia memang begitu kan jika sudah menyangkut nii-san kesayangannya."
"Ah dia memang aneh.."
---
Mana nii-san? Nii-san... Masuda berlari keluar gedung seraya merogoh ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan dari Hosoya yang menanyakan apakah dia sudah selesai dan sudah pulang. Ah kenapa aku tidak mengecek ponselku dari tadi, bodohnya aku. Batin Masuda sambil menepuk-nepuk kepalanya. Tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang menggenggam pergelangan tangan yang ia gunakan untuk memukul kepalanya.
"Jangan dipukuli seperti itu, nanti kepalamu sakit." Masuda menoleh dan saat itu juga dia terdiam memandang orang di hadapannya. "Kenapa Damassu? Koq bengong begitu?" Lanjut orang tadi sambil mengusap kepala yang tadi ia pukuli sendiri.
"Nii-san?!" Masuda setengah berteriak dan membuat Hosoya terkejut. Tapi kemudian Hosoya tertawa kecil melihat tingkah adiknya itu.
"Iya.. Ini aku, kenapa sih? Koq seperti melihat hantu begitu? Kenapa pesanku tidak kau jawab?"
"Aku.. aku baru membacanya, aku.. Tu-tunggu! Nii-san masih disini?! Tadi Hatanaka bilang nii-san sudah pulang!!"
"Eh? Tidak koq, aku masih di dalam menunggumu, mungkin Hatanaka-kun tidak melihatku. Aku justru melihatmu berlari keluar dengan terburu-buru. Kupanggil tidak dengar ya?"
"Tidak.. aku tidak dengar.. Aku buru-buru, karena kupikir nii-san sudah pergi.." Masuda menghela nafas lega melihat ternyata Hosoya masih belum pergi meninggalkannya.
"Haha.. tidak aku masih di dalam koq tadi." Jawab Hosoya. "Ya sudah ayo pergi, aku memang menunggumu daritadi." Masuda mengangguk dan berjalan di samping Hosoya. "Kau masih ada urusan lagi? Kuantar~"
"Ah.. tidak nii-san.. Aku sudah bebas."
"Aku juga, kalau begitu kuantar pulang ya?"
"Boleh~" saut Masuda sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian Masuda meraih tangan Hosoya dan menggandengnya. "Ano.. nii-san.."
"Hmm?"
"Kenapa masih menungguku hingga selesai rekaman?"
"Kan sudah kubilang kebetulan aku ada di sekitar sini, dan aku hanya ingin bertemu denganmu. Tidak bolehkah?"
"Tentu boleh nii-san!!" Jawab Masuda cepat. "Hanya saja kupikir tadi nii-san sudah pergi setelah makan siang mengantar Hikasa-san.."
"Hikasa-san?" Tanya Hosoya. Hosoya berhenti berjalan yang secara tidak langsung membuat Masuda berhenti juga karena tangannya masih digandeng oleh Hosoya. Masuda menundukkan kepalanya, dia merasa seperti seorang anak kecil yang ketahuan melakukan kesalahan oleh orang tuanya. Hosoya menarik Masuda ke bagian tepi jalanan agar tidak mengganggu pejalan kaki yang lain. "Itu sebabnya juga kau uring-uringan sejak tadi?"
"Eh?! Aku.. tidak uring-uringan koq.."
"Benarkah?"
"....."
Hosoya menghela nafas. "Hatanaka-kun yang bilang padaku, katanya kau bad mood dengan aura menyeramkan di sekelilingmu setelah istirahat. Jadi tadi kau memang melihatku bersama dengan Hikasa-san?" Masuda mengangguk. "Di mana?"
"Di restoran.."
"Kenapa tidak menyapaku?"
"Aku... itu..." Masuda merasa mukanya memerah. Tidak mungkin dia bilang pada Hosoya jika dia cemburu tadi, apalagi setelah mendengar Komatsu mengatakan Hosoya dan Hikasa terlihat seperti sepasang kekasih.
"Kau marah padaku ya?" Tanya Hosoya sambil mengusap-usap kepala adiknya.
"Tidak nii-san... "
"Lalu kenapa?"
"Aku hanya..." Masuda menghela nafas. "Aku sebal."
"Eh?"
"Nii-san bilang mau makan denganku tapi waktu aku bilang tidak bisa nii-san justru makan dengan orang lain."
"Kan kamu tidak bisa Toshi.. Dan kebetulan aku bertemu dengan Hikasa-san sesaat setelah aku meneleponmu, dia bertanya sedang apa aku disini, dan ketika kubilang tadinya mau mengajakmu makan keluar tapi kau tidak bisa, dia menawarkan dirinya untuk menemaniku makan. Aku tidak ada rencana makan dengan Hikasa-san sama sekali."
"Oh.."
"Kau yakin hanya karena itu kau tidak mau menyapaku?"
"......"
"Pasti ada alasan lain.." Kenapa nii-sannya ini susah sekali dibohongi.
"Itu... karena Komatsu mengatakan sesuatu." Hosoya hanya diam menunggu Masuda melanjutkan ucapannya. "Komatsu bilang kalian cocok sekali dan terlihat nyaman satu sama lain.."
"Jadi kau cemburu?"
"Aku tidak cemburu!!! Aku hanya..."
"Jangan bohong~~~" Keinginan Hosoya untuk mengisengi adiknya pun muncul setelah melihat reaksi dan muka Masuda yang sudah merah padam.
"Baiklah!! aku cemburu!! Nii-san puas sekarang?" Masuda memalingkan wajahnya dan mulai merengut.
"Hahaha..." Hosoya tertawa tapi kemudian dia memeluk dan meletakkan dagunya di bahu Masuda. "Toshi... Aku hanya sayang padamu, jika tadi kau bisa makan bersamaku aku juga tidak mungkin makan dengan Hikasa-san. Aku tidak bermaksud menggantikanmu atau apa. Maaf ya.. Sudah jangan merengut lagi." Masuda mengangguk pelan dan balas memeluk Hosoya.
"Aku juga minta maaf nii-san..."
"Eh kenapa?"
"Aku menolak ajakanmu tadi siang... Aku pasti sudah menyakitimu. Setidaknya mengecewakan nii-san. Iya kan?" Karena aku kecewa saat melihat nii-san dengan Hikasa-san tadi. Lanjut Masuda dalam hati.
Hosoya tersenyum pada adiknya. "Tidak koq, kau tidak menyakitiku, sedikit kecewa iya. Tapi kau memang sudah janji pada Komatsu, jadi ya tidak apa-apa. Justru jika kau mengiyakan ajakanku dan membatalkan janjimu pada Komatsu, aku akan marah. Kau mengerti?" Saut Hosoya sambil mencubit hidung Masuda.
"Aku mengerti..."
"Ya sudah, ayo pulang.."
hosoya yoshimasa,
masuda toshiki,
fanfiction