Aug 27, 2013 15:22
Chara : Hosoya Yoshimasa, Masuda Toshiki
-Masuda-
"Ano... Gomen nii-san.." Aku membungkuk pada nii-san -Hosoya Yoshimasa- sesaat setelah dia membukakan pintu apartemennya untukku. Aku janji akan pergi bermain dengannya ke Disneyland karena kebetulan kami mempunyai hari yang kosong bersamaan. Sudah lama aku tidak pergi dengan nii-san dan aku sangat merindukannya. Tapi tadi malam adikku muncul di depan apartemenku, mengganggu kakaknya tanpa memberi kabar. Setelah kutanya ternyata dia sedang bertengkar dengan otou-san. Aduh anak ini menyebalkan sekali. Kusuruh dia pulang tapi dia tidak mau. Kedua orang tuaku pun tidak membantu, saat mereka tahu adikku ini kabur ke apartemenku, mereka tenang-tenang saja. Jadi disinilah aku sekarang, di apartemen nii-san dengan adikku yang membuntuti karena mau ikut saat aku bilang aku mau pergi bermain ke Disneyland.
Nii-san mengerjapkan mata bingung dan kaget karena aku langsung meminta maaf saat dia membuka pintu.
"Ohayou Toshi.." sapanya sambil tersenyum. "Masuda-kun? Ohayou.." Nii-san mengenal adikku, aku pernah mengenalkannya saat nii-san berkunjung ke rumah. Kulihat adikku mengangguk sambil menampakkan deretan giginya.
"Halo Hosoya-san~"
Aku hanya bisa tersenyum terpaksa saat melihat wajah nii-san. "Ohayou nii-san.." Aku menghela nafas dan membungkuk lagi padanya..
"Aku tak tahu kalau adikmu akan ikut Toshi, masuklah dulu."
Sesaat setelah kami masuk adikku langsung duduk di sofa. "Kau tidak sopan sekali sih?" Komentarku dengan nada jengkel.
"Haha tidak apa-apa Toshi." Dan mendapat pembelaan dari nii-san, adikku menjulurkan lidahnya padaku. Memang dasar tidak sopan. "Kalian mau minum apa? Soda? Kuambilkan dulu ya.."
Nii-san berjalan menuju dapurnya, dan aku mengikutinya. "Maafkan aku nii-san, semalam dia datang, kabur dari rumah karena bertengkar dengan otou-san. Kusuruh pulang tak mau, dan hari ini memaksa untuk ikut." jelasku sambil merengut kesal.
"Oh.. Iya tidak apa-apa." Dia mengusap kepalaku karena melihatku merengut. "Jangan cemberut Toshi, aku tidak keberatan koq, tak apa-apa jika adikmu ingin ikut. Kita akan bersenang-senang hari ini, aku tidak ingin melihatmu cemberut seharian lho.." Dia menusuk-nusuk pipiku dengan telunjuknya.
Aku menghela nafas dan tersenyum. "Baiklah.. Dan sebelum adikku berulah, tolong maafkan dia."
"Iya... Sudah-sudah..." nii-san tertawa sambil menepuk-nepuk kepalaku.
"Ayo nii-san, Hosoya-san~ kapan kita pergi?" tanya adikku saat kami keluar dari dapur.
"Iya sebentar lagi, aku ambil tasku dulu. Ini minumlah jika kau mau." nii-san menyodorkan kaleng soda ke arah adikku.
"Kita naik apa nii-san? bis atau kereta?" Nii-san menggeleng. "Lalu?" Dan nii-san mengeluarkan kunci mobil dari sakunya.
"Kita naik mobil, aku sudah pinjam kemarin."
"Yay!" Adikku berteriak gembira, dan aku hanya tersenyum.
--
Sepanjang perjalanan adikku benar-benar berisik. Dari mulai menyanyi tak jelas sampai bicara tanpa berhenti. Aku benar-benar pusing melihat tingkahnya. Aku juga tidak enak pada nii-san, walaupun nii-san bilang tak apa-apa, tapi tetap saja.
"Nee~ Hosoya-san.."
"Hmm..?" jawab nii-san sambil melirik melalui kaca spion.
"Kenapa kau mau sih menganggap aniki, sebagai adikmu. Dia itu kan merepotkan. Tidak ada manis-manisnya."
Kau bisa bayangkan bagaimana rasanya aku mendengar hal itu, ingin sekali aku memukul kepalanya yang sedang anguk-anguk di antara kursi depan. Aku sempat memandang sinis padanya, tapi dia pura-pura tidak melihatku. Kupalingkan wajahku menghadap jendela. Kudengar nii-san tertawa mendengar pernyataan itu.
"Haha.. Jangan begitu.. Aniki-mu ini baik lho, dia manis koq. Ne? Damassu?" Aku hanya mengendikkan bahu masih tidak mau memalingkan pandangan dari jendela. Lama-lama aku benar-benar kesal pada anak ini.
"Lihat saja Hosoya-san, seperti itu.. Baik darimananya Hosoya-san? Kau tukar posisi saja jadi nii-san ku? Aku mau punya nii-san sepertimu.."
"Eh? Haha... ya boleh~ kau kan adik Toshi, kau adikku juga.."
"Horeeee!! Hosoya nii?" tanyanya pada nii-san sambil melirik ke arahku. Sabar Toshi, sabar... kau tau seperti apa tingkah adikmu ini kalau dia sudah mulai berulah.
--
Dia makin berulah saat kami sampai di DisneyLand. Mulai dari mengantri sampai memilih permainan, dia memaksakan semua keinginannya padaku. Ketika aku suruh berpisah dan main sendiri dia tak mau. Dia bilang dia takut aku menghasut nii-san untuk meninggalkannya di situ. Apa?! Pikiran gila darimana itu? Sekesal-kesalnya aku pada dia, dia masih adikku. Tidak mungkin aku meninggalkan dia disini, walaupun sebenarnya ditinggal pun tidak masalah, toh dia bisa pulang sendiri. Kabur dari Hiroshima ke Tokyo saja dia bisa.
Dan akhirnya saat hari mulai sore, kemarahanku meledak. Aku membentaknya dan pergi memisahkan diri. Kenapa jadi seperti ini sih. Harusnya aku bersenang-senang dengan nii-san hari ini. Tapi yang ada malah aku bertengkar dengan adikku sendiri. Nii-san tidak mengikutiku, mungkin dia marah aku besikap seperti ini.
Buktinya dia memilih untuk tinggal dengan adikku, tapi begitu lebih baik, adikku masih butuh seseorang untuk menjaganya, jika bukan nii-san sekarang ini siapa lagi. Bahkan mungkin anak itu lebih senang sekarang aku tidak disana. Aku berjalan hingga menemukan barisan orang-orang yang duduk menunggu lewatnya parade, melihat semua orang begitu antusias dan senang membuatku sedikit iri. Aku juga ingin bersenang-senang seperti mereka. Ya sudahlah, aku ikut menonton parade saja.
-Hosoya-
Aku kurang begitu mengerti kenapa mereka bertengkar. Terahkir kutinggalkan mereka berdua di meja sedangkan aku pergi mengantri makanan. ketika aku kembali, kulihat tiba-tiba Toshi berdiri, mukanya sudah merah karena kesal kemudian pergi begitu saja.
"Toshi?" aku sempat memanggilnya. Dan saat dia menoleh ke arahku, kulihat dia sudah hampir menangis. Ah dia pasti sudah sangat marah. Seandainya aku tidak membawa nampan ini aku pasti sudah meraihnya.
"Maaf nii-san, aku ingin menenangkan diri.." dan dia pergi.
"Are? Tunggu Toshi! Toshi!"
Tapi dia tidak mau berhenti dan terus pergi begitu saja. Aku menghela nafas dan menghampiri Masuda-kun. Kenapa mereka berdua ini, tidak akur sama sekali. Apa memang begitukah hubungan saudara? Aku anak tunggal, aku tak pernah tahu rasanya punya saudara. Teman-temanku pun sering memprotes caraku memperlakukan Toshi, mereka bilang aku terlalu memanjakan dia. Dan biasanya aku hanya tertawa dan menjawab itu caraku menyayangi dia.
"Kenapa aniki-mu, Masuda-kun?" tanyaku sambil menyodorkan pizza berbentuk kepala mickey padanya. Dia hanya menggeleng tidak mau menjawabku. Sigh. "Ya sudah, makanlah dulu, kau sudah lapar kan? Ini sudah sore."
"Err... Kau tidak menyusul aniki, Hosoya-san?" Tanyanya beberapa saat kemudian.
"Hmm? Tidak, jika dia sudah kesal seperti itu, kususul pun percuma, biarkan saja dia menjernihkan pikirannya terlebih dahulu." aku tersenyum padanya.
"Kau.. begitu mengerti aniki.."
"Haha.. Yah aku sering bersama dengannya belakangan ini, dan aku sudah menanggap dia seperti adikku sendiri."
"Aku juga mau punya kakak sepertimu.. Beda sekali dengan aniki, aku tidak su-"
"Hei.." Aku memotong ucapannya. "Jangan bicara seperti itu, Toshi itu kakakmu, saudara kandungmu. Kau harus mensyukuri itu, Masuda-kun. Dan aku yakin koq dia sebenarnya sangat menyayangimu. Hanya caranya saja yang berbeda. Memang dia begitu sifatnya." Dia menangguk. "Aku juga tahu sebenarnya kau bersikap seperti itu karena kau ingin dia memperhatikanmu kan?" Dan dia mendongakkan kepalanya. Aku tertawa.
"Bagaimana kau tahu?"
"Karena Toshi pun begitu. Kalian berdua itu sebenarnya mirip. Hanya saja kau lebih iseng darinya, dan dia tidak sabar menghadapinya."
"Aku tidak seiseng itu koq.."
"Haha.. Iya baiklah.. Tapi aku mau tanya Masuda-kun, kau sayang kakakmu kan?"
"Tentu saja..."
"Itu bagus, jadi nanti jika bertemu dengannya minta maaflah ya, bicara baik-baik dengannya."
"Bagaimana jika aniki tidak mau memaafkanku?"
"Dia pasti mau, aku kenal kakakmu itu. Sebentar juga dia akan baik lagi. Tapi kalau kau memang masih ragu, biar nanti aku juga bicara padanya. Bagaimana?"
Dia mengangguk sambil tersenyum. "Tolong ya Hosoya-san..."
Anak ini sebenarnya sama manisnya dengan Toshi, selama dia tenang dan tidak membuat ulah. "Iya, sudah makan dulu sana. Kucari dulu dimana aniki-mu."
Aku mengambil ponselku dan pergi menjauh dari meja meninggalkan Masuda-kun untuk menelpon Toshi. Saat kubuka ponselku aku melihat ada pesan dari Toshi.
Nii-san, maaf aku pergi begitu saja.
Sekarang aku sedang menunggu parade lewat, :)
Aku titip adikku ya. Arigatou nii-san~
-Toshi-
Setelah membaca pesan itu kuhubungi ponsel Toshi.
"Ya nii-san?"
-Masuda-
Nii-san calling.
"Ya nii-san?" Aku menjawab telepon dari nii-san.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Aku sudah tidak apa-apa koq, hehe.. Ini aku sedang menonton parade. Nii-san kemarilah, ajak anak itu, waktu kecil dia suka nonton parade. Entah sekarang."
"Haha.. Iya, iya.. Kau ada dimana?"
"Eto... dekat taman besar di tengah. Dekat istana, nii-san."
"Ya sudah nanti aku susul kesana ya, adikmu sedang makan."
"Oh oke..."
"Sekalian kubawakan pizzamu. Sudah sore dan kau belum makan, malah pergi."
"Haha, iya terimakasih nii-san. Maaf aku pergi begitu saja. Tapi ini aku sedang makan popcorn koq."
"Dasar kau ini, tapi baguslah kalau kau sudah mengisi perutmu. Tunggu disana ya jangan kemana-mana lagi."
"Hai!"
Beberapa saat kemudian aku melihat nii-san dan adikku di tengah kerumunan, aku melambaikan tanganku pada mereka. Wajah adikku masih murung dan seperti takut memandangku. Nii-san menyikut lengan adikku.
"Eto.. Ano... Aniki, gomenasai..." katanya lirih. Aku tersenyum dan menepuk-nepuk kepalanya.
"Iya, tidak apa-apa. Aku juga minta maaf ya, seharusnya aku lebih sabar dan lebih memperhatikanmu." Dia memandangku tidak percaya. "Kita baikan?"
"Un! Gomen aniki." Lalu dia menangis.
"Iya~ tidak apa-apa... Cup cup.." Aku memeluknya dan mengusap punggungnya.
"Aku janji aku tidak akan berulah lagi."
Setelah itu keadaan jauh lebih baik, adikku sudah tidak berulah lagi. Kami bisa tertawa dan menikmati permainan dan pertunjukan yang ada. Dan itu pertama kalinya aku merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang kakak sekaligus seorang adik dengan dua orang yang sangat aku sayangi di sampingku.
--
"Gomen nii-san... Kau jadi harus menggendongnya.." Aku menoleh pada nii-san yang sedang menggendong adikku di punggungnya. Dasar anak itu malah tertidur dengan lelap sepanjang perjalanan pulang.
"Ckck.. Kalian berdua ini memang mirip.."
"Aku mirip dengannya? Yang benar saja.."
"Iya koq memang kalian ini mirip.." Aku merengut pada nii-san. "Haha.. sudah jangan mulai merengut, tanganku penuh."
"Nii-sann~~~" Aku merengek padanya, tapi kemudian kami berdua tertawa. Kubuka pintu apartemenku dan nii-san menuju kamar tidurku untuk membaringkan adikku disana. "Arigatou nii-san." Ucapku pada nii-san sesaat setelah dia keluar dari kamar.
"Iya tidak masalah koq." Dia menghampiri dan duduk di sebelahku. Dia menyenderkan kepalanya dan menutup mata beberapa saat. Sepertinya nii-san lelah.
"Nii-san, kau tak mau menginap disini saja?"
"He? Tidak usah Toshi, aku pulang saja. Lagipula aku mau tidur dimana kalau kau suruh menginap?" Aku merengut, memang sudah tidak ada tempat lagi karena adikku ada disini. "Tapi ini sudah malam nii-san..."
Lalu aku merasakan dua lengan memelukku dan aku merasakan perasaan hangat dalam dekapan nii-san yang membuatku tersenyum. "Tidak apa-apa, kan aku bawa mobil, jadi tidak perlu takut ketinggalan kereta." Dia memandangku dengan lembut dan mengusap pipiku. "Kapan-kapan aku menginap disini ya.."
"Baiklah.. Hati-hati nii-san, jangan mengantuk. Telpon aku kalau sudah sampai apartemen ya?"
"Memangnya kau tidak lelah? Lebih baik kau tidur daripada menunggu telpon dariku."
"Pokoknya telpon aku...." Aku merengek setengah memaksa.
"Haha, baik, baik... astaga kau ini... Baik-baik dengan adikmu ya, jangan bertengkar lagi." Aku mengangguk dalam pelukannya. "Ya sudah aku pulang dulu. Oyasumi Toshi.."
"Oyasumi nii-san~ Hati-hati yaaa..."
Baru beberapa saat aku menutup pintu, tiba-tiba aku seperti mendengar suara nii-san dan tidak berapa lama aku mendengar ketukan di pintu. Dan saat kubuka aku melihat nii-san ada di depan pintu.
"Lhoh nii-san? Ada yang ketinggalan?" Tanyaku bingung.
"Iya ada yang kulupakan."
"Apa? Dimana?" Tanyaku lagi seraya masuk ke dalam hendak mencari barang nii-san yang ketinggalan. Tapi kemudian nii-san menarikku ke hadapannya.
"Disini.." dia menatapku dengan pandangan penuh kasih sayang yang selalu berhasil membuatku meleleh tiap kali.
"He? Disini?" Tiba-tiba dia mengecup keningku dengan lembut. "Ni -- nii-san?"
"Aku lupa menciummu selamat malam."
"Nii-sannn~~~" Aku merasakan mukaku panas, pasti sudah merah sekarang. Sementara nii-san masih bisa tersenyum manis dan tenang seperti itu. Menyebalkan!
Dan dia mengecup bibirku dengan pelan dan lembut. Lama-kelamaan aku pun larut dalam ciumannya. "Aishiteru Toshi.." Aku bisa merasakannya nii-san, aku tau kau sangat mencintaiku.
"Aishiteru yo, Yoshimasa-san." Aku pun sangat mencintaimu. Kau segalanya bagiku.
Dia masih memelukku beberapa saat. Lalu dia merenggangkan pelukannya dan menatapku. "Ya sudah, aku sudah mengambil yang ketinggalan." Kupukul lengannya, dasar nii-san. "Aku pulang ya, kau tidurlah."
"Kau masih harus menelponku kalau sudah sampai."
"Haha.. Aku sms saja ya nanti? Jadi kau juga bisa tidur lebih dulu, aku tak mau mengganggumu atau adikmu dengan teleponku."
"Baiklah~" Aku menyerah.
"Ja~ Oyasumi Toshi..." Dia mengecup kepalaku dan pergi.
"Oyasumi nii-san... Hati-hati.."
Omake :
Ah ternyata~ hubungan mereka memang seperti itu. Aku sudah menduganya! Pantas saja aniki begitu kesal saat aku dekat-dekat dengan Hosoya-san. Jangan salah sangka, aku hanya iseng tadi, aku tidak tertarik seperti itu dengan Hosoya-san. Aku juga tidak keberatan jika aniki jatuh cinta dengan Hosoya-san. Hosoya-san orang baik dan selama dia bisa membuat aniki bahagia, aku tidak akan keberatan. Ah gawat! Aniki mau kesini.
Aku cepat-cepat naik ke tempat tidur dan memejamkan mataku, berpura-pura sudah tidur dengan lelap. Aku bisa mendengar aniki bergerak di dalam kamar dan akhirnya dia duduk di sebelahku.
"Oyasumi, otouto.." aku bisa mendengar suara aniki meskipun pelan. Mau tak mau aku tersenyum, tapi aku tidak membuka mataku, entahlah apa aniki sadar sebenarnya aku belum tidur. Tapi dia diam saja, mungkin dia mengira aku hanya tersenyum dalam tidurku. Aku bersyukur menjadi adikmu. Arigatou aniki. Oyasumi.
Note :
Don't ask me what is in my mind, why I wrote something like this.
I don't know what is for the title, no idea at all~
And I don't know Massu's younger brother name, and I don't feel like made one, so it's just "adikku" atau "adikmu" dan "Masuda-kun", haha~ gomen... XD~
This idea is come from my post before about 2 boys baby sitting their little sister in the church. :3
scar-v :*
hosoya yoshimasa,
masuda toshiki,
fanfiction