[TRANS] SHADOW

Aug 14, 2010 10:17


Title: Bayangan
Length: 1459 kata
Author: Nophee-chan a.k.a lovu-lovu-aiba@lj
Translator: SakuMo
Genre: Angst; AU
Type : Yaoi
Status : One Shot
Rating: PG
Pairing : Sakuraiba
Casts: Arashi
Theme Song : Truth by Arashi
Bahasa: Indonesia

*-*-*

Setiap hari akan terasa sangat indah bagi Aiba selama Sho-chan tersenyum di sisinya. Aiba mengingat dengan baik, bagaimana dia *selalu* mengobrol serta bercengkerama bersama Sho sebelum mereka tertidur. Terkadang Sho pun sering membaca buku sebelum tidur, sementara itu, Aiba terus memandanginya tak jemu-jemu.

“Hei… Sho-chan... kamu tahu nggak...?"

"Apa?"

"Aku nggak bisa hidup tanpamu lho..."

"Aku juga… Aku juga mencintaimu, Masaki...," ujarnya pelan sembari melirik Aiba. Sho tersenyum saat melihat wajah cemberut Aiba yang imut. Dia mencoba tetap berfokus pada bukunya, meski sebuah bibir manyun menyerang konsentrasinya saat itu.

"Aku kan bilangnya, aku nggak bisa hidup tanpamu..."

"Kau masih bisa hidup tanpa kehadiranku, Masaki... ehm… tentu saja aku takkan meninggalkanmu sendirian… kecuali kalau aku mati..."

"Kalau kau mati... aku akan menyusulmu ke surga..."

"Nggak boleh! Kamu harus terus melanjutkan hidupmu… Kamu nggak mau melihat Nino, Oh-chan, dan Jun menangis… ya kan? Ewww… menjijikan…”

Aiba pun menatap kekasihnya dengan wajah mengantuk.

"Tapi… kau tak ingin melihatku menangis, ya kan, Sho-chan?"

"Itu sudah pasti..."

"Kalau begitu... jangan mati ya? Jangan tinggalkan aku sendirian..."

"Terserah kamu deh, sayang... tapi… aku yakin kau takkan sendirian... meskipun aku mati...," Sho pun mencium pipi Aiba, "Met bobo ya..."

**********

Aiba bekerja di sebuah toko hewan peliharaan milik Ohno. Menurut Aiba, bekerja bersama Ohno dan Nino di toko itu, sangatlah menyenangkan. Di sana… Aiba merasa nyaman. Dia pun merasakan betapa sempurnanya hidup ini. Dia bisa bekerja sesuai cita-citanya, bersama para sahabatnya. Dia punya apartemen yang hangat dan nyaman, serta seorang kekasih yang hebat bernama Sakurai Sho.

Sepanjang hidupnya, Aiba selalu terikat dengan orang-orang di sekitarnya. Hidupnya takkan terlepas dari sarkasme yang dilontarkan Nino, wajah mengantuk milik Ohno, sosok keren Jun, dan Sho… ehm… ya… semua tentang Sho. Senyumannya… tawanya… ciumannya… bercinta dengannya… dan juga… saat-saat Sho menjemputnya seusai bekerja.

Saat itu, hujan turun seharian dan Aiba membenci hal tersebut. Akan tetapi, dia akan merasa sangat senang apabila Sho datang menjemputnya dengan rambut dan kaos yang basah kuyup akibat hujan. Aiba menyukainya sebab dia bisa melihat wajah sebal yang ditunjukkan Sho ketika berusaha [i]mengeringkan[/i] dirinya. Setelah Sho menyadari bahwa Aiba sedang mengamatinya dengan seksama, Sho pun akan tersenyum hangat seperti biasanya.

"Baiklah...berhentilah ngiler, Aiba-chan... Ponselmu bunyi dari tadi tuh...,"  ucapan Nino mengembalikannya ke kehidupan nyata.

"Ack!!! Maaf..."

Dia membuka ponselnya dan melihat "Sho-chan" muncul di layar ponselnya.

--Sayang... kerjaanmu udah selesai belum? Nggak sabar pingin ketemu kamu nih...--

--Bentar lagi selesai kok… tapi lagi hujan lho… jemput aku setelah hujan berhenti saja ya, Sho-chan...--

--Arrggghhh, aku akan menjemputmu sekarang juga… nggak peduli mau ujan ato badai sekali pun--

--Aduuuh… Sho-chan… berhenti ngegombal deh… mendingan kamu nunggu hujannya reda dulu…--

--Gimana ya… kayaknya kamu nggak bisa menghentikanku deh… soalnya aku lagi ada di jalan--

--Sho-chan... kalau begitu… hati-hati ya?--

--Iya ya... aku cinta kamu, Masaki--

--Aku juga, Sho-chan...--

*********

*Sebulan kemudian*

Aiba telah menyelesaikan pekerjaannya, sementara Ohno dan Nino sedang mengobrol. Aiba memandangi ponselnya dan menunggu pesan dari Sho.

"Aiba-chan...," Nino memanggilnya.

"Ya…? Bisa tunggu sampai Sho-chan menjemputku nggak? Sampai sekarang dia belum kirim pesan nih..."

"Ahhhh... sebenarnya yang akan menjemputmu nanti itu Jun, bukan Sho-kun."

"Kenapa...?"

"Hmmm... dia lagi nggak bisa jemput kamu...," sebelum Aiba menanyakan hal lain, Jun membuka pintu toko tersebt dan memotong pembicaraan. Pria tersebut pun tersenyum lemah kepada Ohno dan Nino.

"Makasih ya, Jun... udah mau menjemputnya setiap hari...," ujar Ohno.

"Nggak masalah...," jawabnya lembut.

Aiba memakai jaketnya dan berjalan menuju Jun. Dia pun tersenyum lebar ke arah dua orang sahabatnya.

"Terima kasih untuk kerja samanya..." ujarnya kepada Ohno dan Nino.

"Sama-sama, Aiba-chan... Jaga dirimu baik-baik ya...?" Nino berkata dengan sangat pelan.

"Baik..." dia tersenyum lagi kepada mereka berdua.

"Sampai jumpa..."  Ohno pun membalas senyum Aiba.

"Sampai jumpa..."

Jun pun mengantar Aiba sampai di apartemennya. Dia selalu mendengarkan setiap cerita yang dilontarkan Aiba serta menertawakan semua banyolan yang dibuat Aiba.

"Jun-kun... Aku heran, kenapa Sho-chan nggak menjemputku ya...?"

Jun mengambil napas panjang sebelum menjawab, "Mungkin… barang kali dia masih ada pekerjaan lain, Aiba-chan..."

"Ah...yah... mendadag aku merasa egois banget nih..."

"Jangan gitu... Dia pasti mau mengerti kenapa kau menanyakan kepergiannya..."

"Iya...ya... Dia kan orang yang baik banget…, ya kan Jun-kun?" Aiba benar-benar suka memuji kekasihnya itu. Jun pun menganggukkan kepala pertanda setuju.

*********

Aiba tidak begitu paham, kenapa teman-temannya memperlakukan dirinya bagaikan sebuah kaca yang rapuh dan sewaktu-waktu bisa hancur berkeping-keping. Dia membuka pintu apartemennya sambil berteriak riang.

"Sho-chan, aku pulang!!!" Sho berlari dari arah dapur dan tersenyum kepada Aiba.

"Selamat datang, Masaki..."

"Kamu lagi ngapain, Sho-chan, di dapur?" Aiba bertanya pada kekasihnya tersebut dengan agak cemas, dia tak ingin melihat ada kebakaran di dapurnya.

"Nggak ngapa-ngapain kok..."

"Kenapa tadi kamu nggak menjemputku?"

"Aku masih punya beberapa tugas yang harus kukerjakan…. Apa kamu merindukanku?"

"Selalu...,"Aiba mulai memanyunkan bibirnya.

"Kamu nggak perlu rindu padaku... Aku kan selalu ada di sampingmu...," dia mencium Aiba dengan lembut. Ketika Aiba ingin lebih mencumbu Sho, ponsel Aiba berbunyi. Pemuda itu menghela napas kesal dan langsung cemberut setelah Sho menertawakannya.

"Aku buat makan malam dulu ya...," dia mengecup pipi Aiba dan mulai berjalan menuju dapur.

"Halo... Nino?"

"Aiba-chan... kamu lagi dimana?”

"Di apartemenku lah... Ada apa?"

"Nggak penting sih… Cuma mau ingetin aja, makan yang bener ya... Jun sudah membuatkanmu spaghetti kan?"

"Jun-kun? Tapi Sho-chan barusan memasak untukku..."

"Ah.... gitu ya... Ya udah deh... yang penting kamu makan sesuatu sebelum tidur… OK?"

"Yup..."

Aiba merasa sedikit kebingungan, tapi dia tak ingin merusak suasana penuh kebahagiaan, antar Sho dengan dirinya. Oleh karena itu, dia tidak ingin berkata apa pun. Sho membuatkannya spaghetti dan kemudian mereka pun beranjak ke tempat tidur mereka. Aiba menemukan wilayah teraman ketika hendak tertidur yaitu lengan Sho. Dia tidak bisa tidur tanpa Sho di sisinya… dia tidak bisa melakukan apa pun tanpa kehadiran Sho.

"Sho-chan..."

"Apa?"

"Aku cinta kamu..."

"Aku juga cinta kamu, Masaki... aku selalu mencintaimu..." Sho mengecup dahi Aiba dan mulai meninabobokan kekasihnya, hingga pria yang lebih muda tersebut mulai terlelap.

*******

Aiba bukanlah tipe orang yang bisa bersabar dan dia sudah tak kuat menanti kehadiran Sho. Dua jam telah berlalu sejak Sho menghubunginya untuk terakhir kalinya, lagipula hujan lebat di luar membuatnya semakin cemas. Meski Nino dan Ohno tidak keberatan untuk menunggu, tapi Aiba mengerti bahwa kedua sahabatnya juga membutuhkan istirahat setelah bekerja seharian. Aiba pun berulang kali mencoba menghubungi kekasihnya, akan tetapi yang menjawab panggilannya hanyalah operator mailbox. Kebingungan berubah menjadi kecemasan. “Kamu dimana, Sho-chan...?” ketika Aiba mencoba menghubungi pacarnya lagi, sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya.

"Halo?"

"Permisi… bisakah saya berbicara dengan Aiba Masaki-san?”

"Iya… dengan Aiba Masaki di sini… Ini siapa ya?"

"Saya dokter Yusuke dari Rumah Sakit Niji."

"Iya…...?" Aiba merasakan udara dingin mulai menyergap tengkuknya dan detak jantungnya pun semakin kencang. Dia tahu bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Ini tentang Sakurai Sho-san... Saya melihat nomor ponsel Anda dari tombol panggilan cepat di ponsel beliau..."

"Ada apa dengannya??" Aiba hampir menjerit saking cemasnya.

"Beliau mengalami kecelakaan… dan…"

Semua tampak mengabur, segala hal milik Aiba telah pergi bersama Sho. Cintanya, hidupnya, hasratnya, semuanya telah menghilang.

"TIDAAAAAK!!! SHO-CHAN!!! SHO-CHAN!!!"

Aiba terbangun dari tidurnya. Air mata telah membanjiri wajahnya. Dia memandangi kekosongan di sisinya. Dia pun berlari menuju kamar mandi dan seluruh sudut apartemennya, tapi dia tidak dapat menemukan sosok Sho. TIDAK!! Itu hanya mimpi!!! TIDAK!! SHO-CHAN!!! Dia pasti sedang berada di suatu tempat…. Mungkin saja di rumah Nino. Dia pun langsung menghubungi Nino dengan panik.

"Apa maumu?" Nino bertanya tanpa melihat layar ponselnya.

"Nino...Nino...," Aiba mulai kehilangan kata-kata.

"Aiba-chan...?" Nino langsung terbangun dan mulai membangunkan Ohno yang tidur di sampingnya.

"Aiba-chan... ada apa?"

"Sho-chan... Sho-chan... Sho-chan...," Dia hanya mampu memanggil nama Sho berulang kali.

"Tunggu sebentar…. Sepuluh menit lagi aku akan tiba di sana, Aiba-chan..."

Nino dan Ohno tiba di apartemen Aiba kurang dari sepuluh menit. Mereka menggunakan kunci cadangan untuk membuka pintu apartemen Aiba. Mereka pun menemukan seseorang tengah gemetaran di sudut dapur. Nino berlari untuk memeluk erat tubuh yang bergetar itu.

"Dimana Sho-chan...? Aku nggak menemukannya..." Aiba bertanya dengan tatapan hampa.

"Shhhh... Aiba-chan... kamu nggak usah cemas..."

"Dimana dia.... Dimana dia? Dimana Sho-chan??"

"Shhhh... Aiba-chan..."

Ohno menuntun Nino dan Aiba menuju kamar tidur. Aiba menangis tak henti-henti dan terus memanggil nama Sho. Nino mendekapnya erat dan mulai mengusap punggung Aiba dengan lembut.

"Aiba-chan... dengarkan aku baik-baik..."

Aiba tidak mengatakan apapun dan hanya terisak, tapi dia mulai berhenti menyebut nama Sho, oleh karena itu, Nino berpikir bahwa Aiba mendengarkan perkataannya.

"Sho-chan... dia mengalami kecelakaan… dan… dia pergi ke surga..."

"Nggak... dia ada bersamaku kok... sepanjang waktu terus bersamaku... bahkan dia memasak untukku... dia… Sho-chan..."

"Bukan... dia sekarang ada di surga, Aiba-chan…. Yang memasak untukmu setiap hari itu Jun… bukan Sho-chan… Selama ini kamu mencoba lari dari kenyataan..."

"Nggak kok... Sho-chan..."

"Sudahlah, Aiba-chan... Kamu nggak perlu khawatir... kamu masih punya kami kan..."

Bagi Aiba… semua tampak gelap… semua tampak kosong… Kini Aiba hanyalah seonggok tubuh… tanpa cinta… tanpa jiwa… Karena semuanya, selain tubuhnya, telah pergi bersama Sho.

*-*-*
END
*-*-*

@ Noph nee-chan : gomen berantakan >____<;
moga-moga cocok dah,,wahahaha

x-posted to Fairy_dreamland

fic

Previous post Next post
Up