Judul : Let me stay by your side
Penulis :
RITCHUUKIPairing : Alan x Eric
Rating : PG (for start)
Genre : Romance, BL, Angst
Language : Indonesian
Summary :
Ijinkan aku disimu saat kau membutuhkanku... Bukankah kita bersama?
Disclaimer : Semua karakter adalah milik Yana Toboso sensei (tentunya)
-the Headquater 09.51 pm-
Ckk. Hari ini lagi-lagi aku mendapati diriku diam-diam aku memperhatikan Eric-sempai yang sedang menulis laporannya, batin Alan. Apa yang aku lakukan sih… Kenapa aku tanpa sengaja sering melihat seniorku itu? Ada yang aneh… Alan terus berpikir. Alan ingin menyangkal kalau ternyata dirinya memang memperhatikan Eric Sibling, tapi dia tidak menemukan bukti bahwa itu tidak terjadi. Alan malah semakin sadar… Ada sesuatu pada diri Eric yang begitu menarik baginya.
Wajah Eric begitu serius, sampai-sampai tidak menyadari partner di seberang meja kerjanya kerap mencuri pandang dengan wajah memerah. Eric dengan sigap mengetik laporan yang harus di serahkan pada Will sebelum tengah malam. Karena setumpuk kertas itu tidak akan selesai pada waktunya kalau sampai dia meleng. Sebelumnya dia sudak merebut setengah laporan yang seharusnya dikerjakan oleh pria bermata coklat di seberang mejanya. Malam ini ia harus segera menyelesaikan pekejaan dan pergi dari kantor.
Di sisi lain, Alan masih terus berpikir dan mencari-cari alasan mengapa dia terus memperhatikan Eric. Pekerjaan yang dia lakukan sudah hampir selesai. Sebenarnya dia sudah boleh pulang kalau laporan bagiannya itu sudah diselesaikan. Tapi dia ingin lebih lama melihat sosok didepannya… Ia seperti mengidolakan Eric saja. Ya, benar… sebagai idola. Senpai yang dikaguminya…
“Sou da…”
“Ee…?” Eric kaget tiba-tiba Alan berbicara sendiri. “Nani ga sou da? Apanya yang demikian?” Tanya Eric mengalihkan pandangannya dari tumpukan kertas ke laki-laki di hadapannya.
Wajah Alan tiba-tiba memerah. “Aa..” sama kagetnya, ia ingin segera menjawab tapi suaranya kering dan tak dapat menimpali.
“Nani ga? Doushite kyuu ni tereten no? Kenapa tiba-tiba wajagmu memerah begitu? Ada yang lucu di wajahku?”
“I-ie, sempai. Nande mo… Aku hanya sedang me-memikirkan suatu hal saja, dan berbicara sendiri. Tidak ada apa-apa sungguh!” nada panik di suara Alan terdengar begitu lucu.
“Hahaha, sonna ni kinchou suru na. Tak usah gugup begitu… Kamu terkadang tidak bisa ditebak ya Alan. Hmm… Omoshiroi yatsu da ne?”
“Yang mengatakan aku ini orang yang menarik hanya Eric-sempai saja. Kebanyakan orang akan mengatakan aku orang yang ‘plain’ sekali.”
“Aku yakin mereka salah,” timpal Eric. “Sudahlah. Sassa to, ayo kerjakan laporan ini agar kita bisa segera pulang!”
“Ya!”
Alan menyelesaian tugasnya lebih dulu dari Eric, jadi akhirnya dia pamit pulang duluan saja. Lagi pula tidak ada lagi yang dapat dia lakukan malam ini. Dia memakai mantelnya, bulan januari begitu dingin. Udara di luar kantor Shinigami hampir seluruhnya diselimuti kabut membuat jarak pandang makin sempit. Di pintu luar sebelum menginjakan kaki ke jalan, bahu Alan ditepuk seseorang.
“Sempai! Sudah pulang juga rupanya? Haaa~ Hari ini dingin sekali sampai-sampai aku ingin memeluk seseorang!!!” utar si cowok muda berambut pirang yang jalan mengejar di sebelahnya, wajahnya masih saja berseri-seri di udara sedingin ini.
“Ron! Hentikan!”
“Nan de? Bukannya jadi hangat kan sempai? Kita bisa tetap seperti ini sampai flatmu lho!” gurau Ronald Knox yang merangkul Alan karena kedinginan.
“Ikagen ni… Huft. Kau tidak pergi goukon malam ini Ron? Tidak biasanya… Kenapa?” Tanya Alan perhatian.
“Ano nee, Will membuat hampir semua orang di kantor jadi lembur. Kami jadi kekurangan orang jadi cewek-ceweknya minta dibatalin saja” cibir Ronald.
“Sonna ni uchikomanai de! Jangan begitu sedih… Hahaha!”
“Padahal aku sudah secepat mungkin mengerjakan laporanku… Lihat? Hanya kita berdua saja yang pulang cepat… Arggh! Will itu selalu saja menghancurkan rencanaku~ Aku nggak terima!!!”
“Sudahlah… Besok pasti ada kesempatan lagi. Tenang saja Ron, kau masih punya banyak waktu.”
“…”
“Nani..? Sonna kao shite? Kenapa kau makin muram saja?”
“Alan-sempai tte, jyouzu ni heki na kao shit e ne…”
“Aku..?”
“Iya, Alan-sempai begitu pintar berpura-pura baik-baik saja.”
“Haha… Apa sih yang kau bicarakan… Aku sama sekali tidak mengerti.”
“Ore… Sonna ni shindai dikinai no kana? Sempai sudah baik sekali terhadapku tapi aku tak bisa melakukan apa-apa untuk sempai…”
Dasar kohainya ini, Alan tersenyum. “Ko-shite mo ureshii n da yo!” Alan menunjuk rangkulan erat Ron di bahunya.
~*~
Well~ Karena sepertinya tidak ada yang membaca fanfic ini aku memutuskan untuk meng-drop-nya. I lost interest of it~ haha.
But if somebody willing to read, maybe I think of make it complete. It is my work back 2011. Repost from FF.Net
thank you