Judul : Let me stay by your side
Penulis :
ritchuukiPairing : Alan x Eric
Rating : PG (for start)
Genre : Romance, BL, Angst
Language : Indonesian
Summary :
Ijinkan aku disimu saat kau membutuhkanku... Bukankah kita bersama?
Disclaimer : Semua karakter adalah milik Yana Toboso sensei (tentunya)
- Alan's Apartement 09.31 pm-Tok-tok-tok! William mengetuk pintu depan flat Alan. Tapi tidak ada suara, dari dalam sama sekali sunyi. Dan ia pun hendak pulang sebelum ternyata sang pemilik rumah akhirnya lalu membukakan pintu.
"Mr. Spears, anda datang?" tanya Alan menengok ke luar. Kaget dengan tamunya yang datang bukan lain adalah atasannya sendiri.
William pun berbalik, mendatangi pintu Alan. "Ya, aku datang. Bagaimana keadaanmu, Mr. Humphries? Apakah sudah sehat kembali? Aku hanya akan mengatakan kalau kau masih merasa kurang baik, kurasa besok aku masih bisa menggeret Mr. Sutcliff untuk membantu rekanmu."
"Oh, well Mr. Spears, saya rasa saya sudah bisa datang lagi besok, seperti biasa. Semuanya baik-baik saja bukan?" tanyanya. Alan tak akan membiarkan Eric bekerja sendirian besok, ataupun bekerja sama dengan Grell. Keduanya akan sama-sama merepotkannya bagi Eric, pikirnya. "Oh, maaf Mr. Spears, saya lupa mempersilahkan anda masuk… Silahkan."
"Terima kasih," ujarnya. "Aku hanya akan mampir sebentar saja, hanya untuk memastikan kau baik-baik saja dan bisa bekerja besok." Will memperhatikan jam tangannya. Sekarang memang sudah larut. Dia datang setelah jam kerja hari ini berakhir.
"Oh ya, Mr. Spears. Saya menerima surat anda tadi pagi. Maafkan saya karena tidak memberi-tahukan terlebih dahulu tentang kondisi saya tadi pagi. Seharusnya saya menyiapkan surat izin untuk saat-saat seperti itu… Kalau begitu, saya akan bekerja untuk lemburnya juga. Sebagai ganti saya tak datang tadi. Maafkan saya." Alan terpaksa mengakui bahwa tadi pagi surat yang datang dari William itu telah menyelamatkannya. Ia tak perlu datang ke Shinigami Dispacth Association dengan kondisi seperti tadi pagi saat Shi no Toge yang tiba-tiba muncul menyerangnya dam membuatnya lemas. Ia beruntung tak membuat dirinya sendiri terlihat menyedihkan di mata para rekannya.
"Sudahlah. Aku berharap lain kali kau bisa menjaga dirimu sendiri, Alan Humphries. Jika pun kau tidak bisa datang aku yakin sebabnya merupakan sesuatu yang memang sulit kau hindari. Tapi aku yakin besok kau sudah mampu bekerja seperti biasa Mr. Humphries. Baiklah, kalau begitu sampai disini saja," ujar Will sebelum akhirnya pamit pergi.
“Baik.”
"Pastikan kau datang tepat waktu Mr. Humphries, aku tak mentolelir orang yang tak datang tepat waktu apalagi jika tidak datang tanpa kabar. Aku tak mau kinerjamu menjadi buruk seperti itu." Will sepertinya kali ini tegas sekali memberi peringatan pada dirinya.
"Baik, Mr. Spears. Tentu saya tak akan mengulanginya lagi! Sungguh!" teriak Alan berusaha meyakinkan sebelum Will tak kelihatan lagi di ujung lorong depan pintu flatnya.
Alan lalu kembali menutup pintunya. Masih tak menyangka bahwa atasannya Mr. Spears akan datang untuk menengoknya. Dia sampai malu sekali, mengapa bisa Mr. Spears sampai harus datang sendiri untuk melihat keadaannya. Apakah mungkin Mr. Spears Diutus oleh Dewan Administrasi Kepegawaian untuk datang sendiri untuk memastikan apakah Alan masih pantas menjadi seorang Shinigami? Alan tak mengerti. Apapun hal yang muncul dikepalanya sekarang hanya sesuatu yang membuatnya makin bingung saja.
Benarkah itu? Tapi.. Aku yakin itu yang sebenarnya… Mungkin saja sebentar lagi aku akan kehilangan pekerjaan menjadi Shinigami. Benar, aku yakin itu yang sebenarnya… Pekerjaan yang selama ini aku impikan. Shi no Toge akan merenggutnya dariku... Lalu tak akan ada lagi yang tertinggal.
Alan termenung, sampai setelah itu pun Alan terus termenung di kamarnya. Flatnya hanya satu ruangan dengan perapian berada di sisi sebagai pusatnya. Warna tembok yang coklat bernuansakan kelam tanpa wallpaper apapun, hanya di sebagian tempat terdapat tambahan ornament dari bata merah di tembok yang member kesan rapi. Kayu perapian di kamarnya habis tanpa ia menyadarinya. Alan duduk di kursi kayu di samping perapian itu, hanya pasrah dan diam walaupun ruangan makin lama makin gelap. Nyala api kemudian padam membuat seluruh ruangan kian membeku. Udara malam itu terasa dingin karena ini bulan Desember, tapi Alan seakan tidak perduli karena ia hanya duduk termenung dengan baju tipisnya.
Alan masih memikirkan kemungkinan dirinya diberhentikan sebagai Shinigami. Alan beranya-tanya apakah yang akan terjadi jika ia tidak menjadi seorang Shinigami lagi? Kemanakah dirinya akan pergi?
Dia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, bagaimana Tuhan nantinya akan membimbingnya menjadi ‘sesuatu yang lain’ atau menjadi ‘sesuatu yang baru’… Sama sekali ia tak mengerti tentang itu. Tapi yang pasti jika boleh memilih, Alan ingin-walaupun dia kini tidaklah abadi seperti rekannya yang lain-ia diijinkan untuk tetap diijinkan menjadi seorang Shinigami. Bukan karena Alan menyukai mencabut nyawa manusia, bukan… Sama sekali bukan. Hanya saja, ia tak tahu harus seperti apa jika ia tidak menjadi Shinigami lagi.
Pikiran Alan saat ini bukannya kosong, tapi terlalu banyak hal yang ada di kepalanya. Hal-hal yang kemudian hanya menjadi dedukasi-dedukasinya semata. Dia memikirkan bagaimana nantinya semua ini. Apakah setelah ini dia akan mati seperti para manusia itu… Para manusia yang jiwanya ia ambil. Mati dan habislah waktu mereka. Mati seperti berhentinya waktu. Lalu Bagaimana dengan jiwanya? Akankah ia masih memiliki jiwa seperti manusia-manusia itu?
Atau kalau atasannya menyuruhnya berhenti menjadi Shinigami nasibnya akan lain? Dia akan pensiun, dan hidup sebagai seorang mantan Shinigami bernama Alan Humphries yang tinggal di sebuah flat kecil sampai mati? Kemudian jiwanya hanya akan menjadi satu titik debu yang terbang di langit dan berkelana sepanjang waktu sampai akhir dirinya lenyap?
Bebas… Lepas… Ia bisa mati tanpa merasakan rasa sakit.
Alan tersenyum kecil. Itu akan sangat baik untuknya jika ia tidak perlu menahan Duri sialan itu dalam tubuhnya, dia hanya lenyap. Itu akan lebih baik. Atau, entah setelah mati nanti jiwanya akankah jiwannya menjadi jiwa gelap, seperti jiwa-jiwa yang tersesat yang kemudian akan dimakan oleh iblis? Iblis sangat menyukai jiwa-jiwa yang tak memiliki tujuan... Jiwa-jiwa pengembara...
Atau Tuhan akan membiarkan jiwanya lahir kembali setelah ia diberhentikan dan ia menjadi manusia sehingga ia tak perlu mati sebagai Shinigami? Alangkah baiknya jika ia bisa menjadi manusia, dulu ia pernah sekali menjadi seorang manusia. Walaupun setelah menjadi seorang Grim Reaper tak akan ada sedikitpun ingatan selama menjadi manusia yang tersisa, tetapi setiap Shinigami seperti dirinya tahu dan mengenal diri mereka sendiri. Hal-hal seperti dulunya mereka manusia yang memiliki watak yang seperti apa dan bagaimana kepribadiannya, mereka bisa merasakannya sendiri. Termasuk Alan, ia dapat merasakan bagaimana masa lalunya sebagai manusia. Sifat mereka saat hidup menjadi manusia lah yang membuat mereka menjadi Shinigami yang seperti sekarang. Buktinya, setiap Shinigami memiliki kharakter yang berbeda sama seperti manusia yang berbeda-beda. Dan Alan tahu betul. Ia pasti juga bukan termasuk manusia yang bahagia dengan hidupnya, ia rasa. Setidaknya jika ia diizinkan untuk mengulang kembali menjadi manusia ia merasa bisa memperbaiki hidupnya yang sepertinya kelam di masa lalu. Ia tidak akan menjadi orang yang begini pessimistic dan pemurung seperti apa dirinya sekarang. Ia tak akan menjadi orang yang gemar bersedih, ia akan lebih ceria dan banyak tersenyum seperti saat ia tersenyum jika bersama partnernya Eric. Ya, setidaknya itu yang Alan pikirkan.
Diantara semua itu, mungkin Tuhan hanya ingin agar tak ada Shinigami-nya yang mati saat ia telah menjanjikan kehidupan abadi kepada para Dewa Kematian. Tentunya, adanya seorang Dewa Kematian yang sekarat dan kemudian mati akan sangat terdengar lucu.
Ya, sangat lucu jika bahkan Tuhan pun tak dapat menyelamatkanku, pikir Alan. Aku akan membenci Tuhan karena itu. Tapi sejujurnya aku sendiri tahu. Tuhan tak akan menyelamatkanku karena ia tengah menghukumku. Atas suatu dosa yang aku lakukan… Tuhan membuatku mengalaminya, mengalami kutukan Shi no Toge. Aku tahu benar ini bukanlah suatu cobaan atau ujian. Tapi ini adalah hasil dari apa yang aku lakukan. Aku tahu apa kesalahanku.
Aku memiliki perasaan kasihan terhadap manusia saat aku mengumpulkan jiwa. Aku tak bisa menjadi Shinigami yang baik. Serlalu terbesit perasaan kasihan pada para manusia itu. Setiap jiwa yang kuambil, mereka lalu menjadi sedih. Karena aku selalu melihat chinematic record para manusia itu dan tak kuasa menahan emosiku. Kegalauan jadi melanda mereka saat mereka tahu ajal mereka semakin dekat.
Sebagai Dewa Kematian, mengasihi manusia yang jiwanya akan diambil adalah tindakan terlarang. Grim Reaper memiliki kekuatan untuk menarik jiwa manusia mengikutinya. Agar para manusia yang hendak mati dapat dengan mudah memasrahkan diri meninggalkan dunia mereka, ketenangan menuju ajal. Tapi apabila emosi mulai tergerak dan seorang Grim Reaper bersimpatik… Maka jiwa-jiwa yang akan mereka ambil tak bisa tenang, malah sebaliknya, hasrat hidup manusia itu semakin menguat dan membuat mereka tak rela mati. Mereka tak rela mati… Dan itu mengotori jiwa mereka.
Tapi aku tetap mengambilnya. Ya, jiwa-jiwa yang kuambil menjadi ternoda karena emosiku. Tak bisa aku menyembunyikan perasaanku setiap kali melihat kehidupan manusia-manusia malang atau manusia-manusia bodoh. Mungkin, cerita kehidupanku dulu waktu masih menjadi manusia tak jauh dari mereka.
Alan tak dapat merasakan tubuhnya yang mulai membeku karena dingin. Flatnya begitu sunyi, dan entah kenapa dirinya begitu kesepian. Saat ini.
Ya benar. Tapi lebih dari itu semua Alan ingin tetap berada di sini… Jiwanya boleh hangus tak bersisa seperti stardust di langit asal ia bisa berada di sini lebih lama. Ia ingin bisa selalu datang ke Shinigami Dispach Association, bertemu dengan orang-orang yang menjadi rekan kerjanya. Ia ingin terus menjadi Shinigami sampai ia bisa mengatasi masalah yang ia hadapi setiap kali mengambil jiwa. Ia ingin bisa membuat perasaannya datar tiap kali mencabut nyawa, tak akan ada rasa kasihan atau simpatik lagi. Bahkan sebenarnya akhir-akhir ini dia benar-benar bisa menguasai diri dan emosinya. Akhir-akhir ini pekerjaanya begitu sempurna karena ia belajar untuk bisa menjadi Shinigami yang baik seperti Eric-senpai.
Tetapi Shi no Toge ini telah terlanjur menggerogoti dirinya... Tak ada kesempatan kedua. Bahkan ketika kini ia cukup menjadi seorang Shinigami teladan di mata atasannya dan kohai-nya. Padahal kesalahan saat ia masih menjadi seorang junior yang terlalu polos untuk menyembunyikan emosinya harusnya bisa dimaklumi siapa saja, tetapi ia harus menanggung akibat kesalahan itu sampai kini. Karena Duri itu telah memilihnya sekarang. Padahal hidupnya kini benar-benar lengkap. Menjadi Shinigami di Divisi Pengumpulan bersama partner kebanggaannya Eric. Berkat bantuan Eric ia sudah bisa menerima pekerjaannya sebagai pencabut nyawa sekarang, tapi semua itu akan jadi percuma karena Duri itu.
Benar, penyakit yang membuat Alan tak berani bercerita kepada siapapun. Apalagi tentang penyebab Shi no Toge ini pada siapapun… Terlebih, kepada senpai-nya. Sosok itu sungguh ia kagumi sebagai tempatnya bergantung selama ini. Jika ia mengatakan ini semua karena ‘kebencian’ ia akan merasa malu. Jiwa-jiwa yang ia kumpulkan membencinya... Itu menunjukan dirinya pernah gagal. Ia hanya akan mengacaukan segalanyanya dan itu akan menunjukan seberapa tak becus dirinya menjadi seorang Shinigami. Karena semua ajaran dari senpai-nya saat itu seakan menjadi tak berguna. Dirinya bukanlah tanggung-jawab dari tutor semasa ia junior. Semua ini tanggung jawabnya sendiri.
Eric-senpai sungguh seorang senior yang hebat yang membumbing junior bawahannya dengan sangat baik. Hanya aku saja yang salah, ya karena aku begini, pikir Alan. Semua ini salahku sendiri.
Salahku juga perasaan yang tak seharusnya itu tumbuh.
~*~
AN : Gimanaaaaa? Aduh aku benar-benar author bodoh yang nggak pinter nulis. Maklum baru belajar… Review please, itu akan sangat membantu-KU.Arigatou telah membaca !