Feb 27, 2011 17:29
Title:gomenasai
Chapter:Oneshot
Author:Airi Akira Niimura
Genre:Angst
Fandom:the GazettE,DELUHI(Leda)
Pairing:AoixRuki,, AoixUruha
Disclaimer:I don't own gazeboys *sob*
_
"Niichan,lapar..."
Sesosok mungil menggulung tubuhnya di atas tempat tidurnya.
"Iya,sayang.Sebentar ya.Niichan mau cari makan dulu untuk kita berdua."
Ya,untuk mereka berdua.Karena di saat yang sama Aoi juga merasa sangat kelaparan.Aoi memandang Ruki dengan tatapan bersalah.Kalau bukan karna dia,adiknya tak akan sangat menderita.
Semua berawal saat suatu malam Aoi bertengkar hebat dengan ayahnya.Pertengkaran itu berbuntut dengan pengusiran Aoi oleh ayahnya.Sedangkan ibunya tak bisa berbuat apa-apa untuk membela Aoi.Wanita itu terlalu takut pada suaminya.Yang dilakukannya hanya menangis histeris dan meratapi kepergian putra sulungnya.
Aoi pun benar-benar pergi hingga di tengah jalan terdengar suara memanggilnya.Saat itu dilihatnya sosok kecil Ruki yang berlari-lari ke arahnya sambil menggendong tas yang tampak menggelembung.
Rupanya dia tahu jika Aoi diusir oleh sang ayah.Dan dia lebih memilih mengikuti kakak laki-laki kesayangannya itu.Aoi pun mengijinkan Ruki ikut dengannya.Itulah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Setelah itu hidup Aoi dan Ruki benar-benar terlunta-lunta.Untuk memenuhi kebutuhan mereka,Aoi yang belum sempat menyelesaikan SMA-nya hanya menjadi pengantar koran dan tukang cuci piring di restoran.Sedangkan Ruki tak bisa ikut bekerja karena umurnya yang terlalu muda.Selain itu Aoi juga melarangnya.
"Jangan lama-lama,niichan.Ru sangat lapar,"suara Ruki membuyarkan lamunan Aoi.
"Iya.Niichan pergi dulu."
Aoi membelai rambut coklat Ruki dan mengecup keluarga satu-satunya yang sangat ia sayangi itu.Air matanya hampir tumpah saat menyadari Rukinya telah berubah.Pipi chubby-nya telah menirus,bibir penuh merah merekah miliknya kini pucat dan pecah-pecah.Bahkan tubuhnya yang dulu gemuk sehat dan menggemaskan kini benar-benar susut.Dalam kurun waktu empat bulan hidup bersamanya.Lagi-lagi Aoi menyalahkan dirinya.
"Sabar,ya.."
_
"Ayolah,Rei.Hanya dua ribu yen,"mohon Aoi.
"Maaf Aoi.Aku benar-benar tak ada uang.Lagipula hutangmu yang dulu juga belum lunas."
"Nanti kalau udah gajian semuanya kulunasi."
"Gila kau!Apa kau dan Ruki mau tak makan dua bulan?!"
"......."
"Sekali lagi maaf,Aoi.Aku juga sedang pailit.Bukannya aku tak mau membantumu,"ucap Reita sedih.
"Uh,baiklah.Tak apa,Rei.Aku bisa mengerti.
"Gomen."
Aoi hanya tersenyum kecut.Dia tahu jika Reita tak berbohong.Sama seperti dirinya,pemuda yatim piatu itu juga harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya.
"Ya sudah.Aku pergi dulu,"pamit Aoi.
"Aoi,"panggil Reita.
Aoi yang sudah beranjak kembali menoleh.
"Kau coba minta tolong pada Kai san.Dia pasti bisa membantumu,"saran Reita.
"Ah,kau benar!Sankyuu.."
Dengan tertatih-tatih Aoi membawa tubuhnya yang lemas ke arah restoran tempatnya bekerja.Berharap bosnya mau memberinya pekerjaan.Hingga dilihatnya sang bos yang berwajah tampan itu sedang berbincang dengan salah satu pegawainya.
"Kai san!"
"Aoi?"Kai terkejut melihat Aoi"Bukannya hari ini kau tidak ada shift?"
"Aku ingin minta bantuanmu."
"Ada apa?"
"Bisakah hari ini kau memberiku pekerjaan-apa saja-lalu kau membayarku sekarang?"
"Kau kenapa?"
"Aku sedang sangat membutuhkannya,Kai san."
"Kalau begitu kebetulan.Hari ini Leda harus pulang lebih awal.Padahal hari ini dia harus memindahkan sake dari gudang,"jelas Kai.
"Biar kugantikan,"jawab Aoi mantap.
"Kau yakin?"Kai memandang tubuh lemas Aoi"Kau harus memindahkan lima kotak."
"Aku yakin.Bisa kukerjakan sekarang juga?"
_
Aoi mengusap peluh yang berkumpul di dahinya.Dia sudah memindahkan tiga kotak sake ke dalam restoran.Setidaknya masih ada dua kotak lagi.
Saat kedua tangannya hampir berhasil mengangkat kotak keempat,tiba-tiba tubuhnya terhuyung.Aoi merasa kotak itu menarik tubuhnya hingga terjatuh di atas lantai gudang yang dingin.
"Urrggh.."
Rasa asin menyapa lidah Aoi.Rupanya saat terjatuh,bibir bawahnya sempat terbentur sudut kotak sake.Sambil mencoba bangkit,di usapnya darah di bibir bawahnya dengan lidahnya.
"Ayo Aoi!Ruki menunggumu,"gumamnya menyemangati dirinya sendiri.
Entah mendapat kekuatan dari mana Aoi berhasil kembali bangkit dan meneruskan pekerjaannya.
Akhirnya pekerjaan memindahkan lima kotak sake telah selesai.Kai terlihat cukup puas dengan hasil kerja Aoi.
"Ini gajimu,Aoi.Terimakasih banyak,"Kai memperlihatkan sepasang lesung pipitnya.
"Seharusnya aku yang berterimakasih,Kai san.Maaf aku sedang terburu-buru."
"Baiklah,hati-hati."
Setengah berlari Aoi segera beranjak dari restoran milik Kai.Dia tak berniat membeli makanan di restoran majikannya yang dikonsep untuk kalangan atas.
Setidaknya uang yang didapatnya masih bisa untuk membeli seporsi makanan.
Aoi akan membagi dua makanannya.Separuh untuk Ruki dan separuh untuknya.
'Akhirnya Ruki bisa makan hari ini,"pikir Aoi.
Senyum lega tergambar di bibirnya yang masih terluka.Namun,saat Aoi yang masih tenggelam dalam pikirannya dengan tergesa menyeberang jalan,sebuah mobil hitam mengkilat melaju cepat ke arahnya.
TIIINNN!
BRUAAAAKK
_
"Akhh!"rintih Aoi kesakitan.
"Hey,kau sudah sadar?"tanya sebuah suara.
Aoi membuka kedua kelopak matanya perlahan.Rasa pening yang langsung menyergapnya secara reflek menaikkan kedua tangannya menyentuh atas kepalanya.
"Per-perban?"
"Kau tenang saja dulu.Biar kupanggilkan dokter,"kata suara itu lagi.
"Kau siapa ?"
"Panggil saja aku Uruha."
Pemuda bernama Uruha itu langsung keluar kamar rawat Aoi.Tak seberapa lama kemudian dia kembali bersama seorang dokter.
"Siapa namamu?"tanya dokter itu setelah memeriksa Aoi.
"A...Aoi."
"Aoi san,lukamu tak parah.Kau hanya mengalami sedikit benturan di kepalamu dan beberapa luka gores,"jelas sang dokter"Selain shock yang kau alami,selebihnya tak ada masalah.Kau hanya butuh istirahat."
"Terimakasih,Sensei,"kata Uruha.
"Baik,saya permisi dulu."
Dokter itu pergi.Aoi mengamati Uruha yang berdiri di samping tempat tidurnya.Berparas cantik dengan tubuh tinggi semampai.Dari pakaian yang dikenakannya tampaknya ia adalah orang kaya.
"Siapa kau?"suara Aoi memecah keheningan.
"Aku Uruha.Maaf,sore tadi aku tak sengaja menabrakmu.Lalu kau tak sadarkan diri selama lima jam."
"Kau yang membawaku kemari?"Uruha mengangguk.
"Aku 'kan harus bertanggung jawab.Tenang saja,biaya pengobatan kutanggung semua,Aoi kun."
"Terimakasih,Uruha san."
"Tokorode,kenapa tadi kau begitu lengah saat menyebrang jalan?Itu 'kan berbahaya."
"Gomen,aku sedang terburu-buru.Aku harus segera membeli makanan saat itu un-ASTAGA!RUKI!!"Aoi berjengit panik.
"Ada apa?Hei!apa yang kau lakukan?!"bentak Uruha.
"Aku harus pulang,Uruha san.Ruki menunggu di rumah."
Rupanya Aoi langsung mencabut begitu saja jarum infus yang tertanam di pergelangan tangannya.Lalu berlari keluar yang langsung dicegah Uruha.
"Mau kemana kau,Aoi kun?Kau harus istirahat!"
Aoi berbalik.
"Uruha san,tolong bantu aku.Tolong antar aku membeli makanan lalu ke rumahku.Onegai..."
Aoi mengguncang bahu Uruha dengan kencang.
"Ba-baiklah.Tapi kau harus menceritakannya di perjalanan.Semua yang terjadi."
"Haik.Arigatou,Uruha san,"Aoi membungkuk.
_
BRUAKK!
"Tadaima.Ruki,niichan pulang.Lihat ini niichan bawa sesuatu untukmu!"
Aoi hampir membabi buta saat membuka pintu rumahnya.Dia bahkan memanggil nama adiknya dengan berteriak tak sabar.Tak lagi memperdulikan Uruha yang berjalan di belakangnya.
"Sayang,niichan bawa makanan.Kau lapar 'kan?"
Aoi segera membuka pintu kamar tempat ia melihat Ruki sebelum pergi tadi.
"Ru chan,ini..."
'PRUK'
Kantung plastik yang sejak tadi digenggam Aoi erat tiba-tiba jatuh.Dan isinya tumpah ruah berceceran di lantai.Uruha segera menghentikan mengedarkan pandangannya pada rumah Aoi.Beralih pada tubuh Aoi yang berdiri membelakanginya.
"Aoi kun?"
"RUKI!"
Tiba-tiba Aoi menjerit dengan sangat keras dan berlari memasuki kamar.Uruha langsung mengikuti Aoi dan menyaksikan apa yang terjadi dengan kedua tangan menutupi mulutnya yang terbuka.
"Ya Tuhan!"
Aoi meloncat ke atas tempat tidur.Merengkuh tubuh kecil yang Uruha yakin adalah Ruki.Air mata membanjiri wajah Aoi.Terus berteriak memanggil nama Ruki.Tubuhnya bergetar hebat.
Sedangkan tubuh Ruki kaku di pelukan sang kakak.Kedua matanya terpejam dan kulit pucatnya telah membiru.Tak seberapa lama,Aoi kembali meletakkan Ruki lalu beranjak menuju makanan yang berserakan.Meraupnya dan berlari ke arah jasad Ruki.
"Ruki bangun!Lihat ini makanan kesukaanmu.Hasil jerih payahku!"
"Aoi kun,hentikan,"cegah Uruha.
"Tidak,Uruha san.Adikku pasti sedang bercanda.Mungkin dia marah padaku sampai tak mau bicara padaku."
"Aoi kun!"
"Oh!Atau dia lelah menungguku.Sehingga tertidur.Bangun sayang.Ini niichan."
"Aoi kun!"bentak Uruha.
"Bangun Ruki.Arrrggghhh....!!!"
_
"Makan ya,sayang."
"....."
"Hahahaha,pelan-pelan.Lihat!Jadi belepotan,Ruki."
"...."
"Bagaimana?Pasti enak.Uruha san yang membelikannya."
"Aoi kun."
"Uruha san,adikku lucu ya.Dia berterimakasih padamu,"Aoi memandang Uruha.
Uruha hanya tersenyum.
"Kau harus makan yang banyak.Supaya kau tak sakit.Dan tidak mati,"tiba-tiba Aoi terdiam"Mati?!TIDAK!Uruha san,Ruki masih hidup 'kan?"
Uruha menatap nanar ke arah Aoi yang sejak tadi tampak mendekap dan menyuapi sebuah guling.
"Aoi kun..."bisik Uruha sedih.
"Ruki masih hidup!Akhh...dia tidak mungkin mati!!"
"Dokter!"Uruha berteriak memanggil dokter.
Segerombolan oran berbaju putih berlari menerjang masuk ke kamar.Empat orang perawat tampak memegangi tangan dan kaki Aoi yang mulai memberontak.
"Dokter,pasien kumat!"ucap salah satt perawat.
"Lepas!Aku harus menyuapi Ruki,"ronta Aoi"Dia sudah kelaparan sejak tadi.Ruki tak mau makan kalau bukan aku yang menyuapinya.Aakkhh!!!!"
Jarum suntik sudah terlanjur menancap di tubuh Aoi.Tak berapa lama langsung menghentikan rontaan Aoi.Membuatnya kehilangan kesadaran perlahan.
"Gomenasai,Ruki chan~"
Pemuda itu bergumam lalu benar-benar tenang.Terpenjara dalam ketenangan yang sementara.
=>OWARI<=
the gazette,
aoixruki,
fanfic