GAZERANGER -THE BEGINNING- (multichap?)

Jul 01, 2011 21:03

Tanya sesosok pemuda berjubah hitam sambil memandangi lima buah foto yang terpampang di mejanya. Dengan rambut hitam (agak) panjang yang menutupi separuh wajahnya menambah kesan misterius dari dirinya. Matanya kemudian bergerak menuju pemuda lain yang juga berambut hitam dan berjubah putih di hadapannya.

“Ya.. sudah pasti..”

“Baiklah…. Panggil mereka sekarang juga….” pria berjubah hitam yang tampaknya adalah pemimpin tertinggi menyandarkan tubuhnya di kursi hitam besar yang menyangga tubuh tingginya. Sekilas, ia menyunggingkan senyum tipis.

Pemuda berjubah putih itu membungkuk. “Segera…. Sujk-sama..”

Ia berbalik dan segera meninggalkan ruangan besar berdesain ornament unik itu. Ia berjalan menyusuri lorong panjang berdinding kaca untuk mencapai sebuah ruangan dimana orang lain menunggunya.

Perjalanan terasa lama mengingat gedung yang ia jajaki terbilang cukup besar dengan penghuni yang tidak terlalu banyak. Dari luar gedung tersebut dilapisi kaca tebal dan keramik berwarna abu-abu dan bentuk bentuk bangunan yang tampak asimetris namun artistik memberi kesan megah gedung besar tersebut.

Di hadapan pemuda berjubah putih itu tertempang pintu besar yang tampak kokoh. Setelah menekan beberapa digit angka dari alat yang berada di sampingnya, pintu tersebut terbuka dan menampilkan seseorang yang tengah membawa sebuah papan dengan beberapa helai kertas diatasnya. Ia tersenyum.

“Bagaimana, Tora-shi?” kata pemuda berambut coklat itu.

“Sujk-sama telah menyetujui untuk memanggil mereka.. sekarang kuserahkan pekerjaan itu padamu, Nao..”

“eh? Sekarang, Tora-shi?” tanya pemuda itu polos.

“tentu saja!! cepat panggil mereka kesini!!” suara pria bernama Tora itu meninggi, membuat pemuda chubby di depannya ini sedikit bergidik takut.

“ah.. ahahaha.. tidak usah marah-marah begitu Tora-shi.. baik, aku panggil mereka”

“lebih cepat kau lakukan lebih baik, ini data dan fotonya.. kirim mereka ke ruangan Sujk-sama..”

“siap kapten! Hehehehe~” pemuda itu menunjukkan senyum lucunya, kemudian memandang ke arah Tora yang berjalan kembali menuju ruangan atasannya.

“yosh! Mari bekerjaaaaa~”

~*~*~*~*~

Sementara itu di tempat lain, terlihat seorang pria tengah duduk sambil memainkan jarinya diatas sebuah Tablet PC dengan tampilan gambar buah pisang yang terkupas (?) di penampang belakangnya, raut kebosanan terlihat jelas di wajahnya.. dan ia sedari tadi hanya berkicau di jejaring sosial untuk melepas rasa bosannya.

‘hari yang membosankan..’ tulisnya. Sesaat ia menghela nafas, melihat ke sekeliling mencari sebuah pemandangan atau benda yang dapat Ia jadikan pelepas kebosanan. Namun tidak ada hal menarik di sekelilingnya, akhirnya ia pun menulis kembali.

‘tidak ada yang  menarik disini, aaaah aku bosaaaaaan!!’ rutuknya di akun jejaring sosial miliknya. Sesudah mengklik ‘tweet’ tiba-tiba…

POF!

Dia menghilang…

~*~*~*~*~

“nah.. begini cara memainkannya, kau paham?” terdengar suara seorang pemuda dan suara dentuman bass hasil petikan pemuda itu.

“sekarang coba kau lakukan.. aku yang akan menekan kunci senarnya..” lanjutnya, kemudian suara bass itu terdengar lagi, pemuda berambut pirang itu mengangguk-anggukkan kepalanya, namun tiba-tiba air mukanya berubah. Ada yang salah sepertinya.

“Bukan begitu Keiji!! Harusnya kau bunyikan ini di senar ke dua, bukan ke tiga!” ucap pemuda yang memakai kain aneh yang menutupi hidungnya itu sedikit kesal. Sedangkan yang dipanggil Keiji itu hanya menggoyangkan kepala dan sayapnya.. ya, dia seekor burung kakaktua putih berjambul kuning dan berpipi orange yang dipelihara oleh pemuda ini.

“haaah~ kenapa Papa susah sekali mengajarimu? Kau kan anak pintar Keiji.. masa yang begini saja tidak bisa?” ujarnya sedikit frustasi, wajar saja.. mengajari seekor burung tidak semudah mengajari manusia kan?

“baiklah, akan aku contohkan lagi.. perhatikan Papa baik-baik ya Keiji..” pemuda itu kembali membunyikan nada demi nada dari bassnya, namun..

POF!

Dan bass bercat merah itu pun jatuh ke lantai karena tak ada lagi yang memegangnya, mengagetkan burung bernama Keiji itu dan membuat burung kecil itu terbang karena panik..

~*~*~*~*~

“duckie~ kwaky~ ponpon~ ayo makan duluuuu~ :3” seorang gadis(?) menari-nari sambil menyebarkan potongan roti dengan riang, dan disambut riang pula oleh ketiga nama tadi.

‘kwek kwek~ kwek kwek~’ ketiga bebek kecil itu pun menghampiri induknya(?) dengan senang, dan segera menghabiskan makanan yang disebar kedalam kolam.

“ahahaha~ buru-buru sekali makannya, tenang saja.. masih ada banyak kok..” gadis.. ehem, maksudnya pemuda yang terlihat cantik ini menunjuk sekantung potongan roti di tangannya kemudian membaginya kembali pada bebek-bebek kecil berwarna kuning itu.

“kalian lucu sekali.. duckie~ kwaky~ ponpon~ X3” pemuda itu berjongkok di depan kolam sambil memperhatikan ketiga bebek kecilnya, kemudian salah satu bebek menghampirinya dan ia langsung mengusap-usap hewan itu sambil tersenyum.

“hai duckie~” dan..

POF!

Pemuda itu hilang begitu saja…

~*~*~*~*~

SREEENG~ tercium aroma harum dari arah sebuah dapur, disana tampak seseorang memakai apron dan tengah memasak sesuatu, dari aromanya sudah menunjukkan bahwa masakan yang sedang dibuat akan jadi makanan yang lezat.

“hmm.. sekarang masukkan ayam dan bumbu lalu diamkan sampai mendidih..” ia membaca resep yang ada di tangan kirinya sementara tangan kanannya memasukkan ayam dan bumbu kedalam panci. Kemudian ia mengambil sendok lalu menyendok sedikit kuah dari panci untuk dicicipi.

“ukh! Masih hambar!” dahinya berkerut namun ekspresinya  jadi terlihat lucu karena ada lesung pipi yang muncul di masing-masing pipinya.

“sepertinya tadi aku kurang memasukkan garam…” gumamnya sambil mencari botol garam.

“aduuuh~ dimana sih garamnya? Tadi sepertinya kuletakkan disini…” ia sampai berkeliling dapur dan mengecek kantong di apronnya kalau-kalau ia lupa menaruh botol garam tersebut.

“ini dia! Ternyata ada di dekat spatula! Hehehe~” pemuda itu mengambil garam dan spatula itu lalu..

POF!

Hilang…

~*~*~*~*~

Sebuah pusat perbelanjaan yang penuh lalu-lalang orang-orang yang ingin berbelanja atau sekedar cuci mata melihat produk-produk yang baru saja dipasarkan, seperti yang dilakukan oleh pemuda kecil berambut pirang ini, dengan tampilannya yang modis sudah tentu ia datang untuk melihat fashion item terbaru dari merk favoritnya.

Berjalan santai lalu memasuki sebuah toko dan disambut ramah oleh sang pramuniaga, pemuda itu hanya mengangguk sedikit kemudian segera melihat-lihat ke sekeliling toko.

“wah baju ini bagus!” gumamnya, namun sepertinya ia belum tertarik untuk membeli baju itu dan memutuskan untuk kembali melihat-lihat produk lain, tapi tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah setelan baju yang terpajang pada mannequin dengan label bertuliskan ‘Limited Editionr’.

“hah? Limited edition?? Aku harus punya!” ucapnya bersemangat, ia membaca kembali label lain yang juga mengarah pada baju merek mahal itu. “Aaah!!! Hanya tinggal satu!!!” baru saja ia akan melangkahkan kakinya dan bersiap untuk lari menuju setelan yang diincarnya itu..

POF!

Pemuda itu hilang bersamaan dengan senyum seorang pramuniaga yang akan menghampirinya…

~~~

Tora kembali berjalan menuju ruang atasannya sambil menghela napas. “Semoga saja Nao tidak salah mengirim orang lagi kali ini…”

Setelah pimpinannya itu mengijinkannya masuk, pintu pun terbuka.

“Aku menunggu, Tora.. ” Sujk bersandar di kursi hitamnya dan memandang tajam pada Tora.

“Mohon bersabar, Sujk-sama.. saya sudah meminta Nao untuk mengirim mereka kesini..” Tora mengangguk sopan.

Sujk menghela napas. “Kuharap dia mengirim orang yang tepat..”

Pemuda berjubah putih hanya mengangguk. Tak lama…

POF!!

Muncul pemuda berambut hitam dengan Tablet PC di tangannya, sibuk menggerakkan jarinya di layar sentuh gadget canggih itu. Mm, tampaknya ia belum menyadari dimana ia berada karena pandangan matanya masih terfokus pada ‘pisang’ hitam ditangannya itu.

POF!!

Kemudian muncul pemuda lain berambut pirang. Tatapannya memandang kearah tangannya yang masih seperti seseorang memegang gitar, namun yang ada di tangannya hanya udara, tidak ada apapun.

“Eh? Keiji?”

POF!!

Orang ketiga yang muncul adalah seorang pemuda yang tampak seperti seorang gadis karena wajahnya yang cantik dengan rambut pirang madu yang melewati bahunya. Ia muncul dengan posisi tubuhnya yang masih berjongkok seperti sedang memberi makan sesuatu. Ia membulatkan matanya. “Duckie?” ia mengendarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu dengan bingung.

POF!!

“Eh?”

Kembali muncul seorang pemuda berambut coklat pendek dengan menggunakan apron dan memegang spatula. Ia berkedip kaget.

“Dapurku?”

POF!!

“AKU HARUS BELI!!!!! AAAAH!!!” pemuda mini (?) yang muncul terakhir menabrak seseorang di depannya. Membuat kedua orang itu jatuh dengan pemuda kecil itu diatas orang yang ia tabrak.

“Aaaaaah kepalakuu….” Ringis pemuda ber-penutup-hidung yang terjatuh dibawahnya.

Pemuda kecil itu melihat siapa yang jatuh dibawahnya. “Eh? Reita??” ia melihat sekelilingnya. “Eh? Kai??” ia menunjuk pemuda yang memegang spatula. “Uruha???” ia menunjuk pemuda yang masih berjongkok sambil menggumamkan ‘mana bebek-bebekku?’. “Aoi???” ia menoleh pada pemuda rambut hitam yang masih ‘sibuk’ mengutak-atik Tablet PC ‘kesayangannya’. Lalu pandangannya beralih pada orang lain berjubah putih yang berdiri tak jauh dari hadapannya dan seseorang berjubah hitam yang duduk dibelakang meja kayu yang tampak mahal.

“Menyingkir dariku, Ruki…” pemuda bernama Reita terbaring pasrah karena tubuhnya masih tertimpa pemuda kecil (tapi cukup gen- ehem, maksudnya berisi) yang ternyata bernama Ruki. “Kau berat, tau..”

Ruki menundukkan kepalanya untuk melihat bahwa ia masih duduk di perut Reita. “Go-gomen!” buru-buru ia bangun, disusul oleh si ‘penutup hidung’. Seklias, tampak semburat merah di pipi keduanya.

Kai hanya melambaikan spatulanya pada orang-orang di sekitarnya dengan memamerkan lesung pipinya yang manis, sementara Uruha melihat sekelilingnya masih dengan bingung tapi tidak mengatakan apa-apa, dan Aoi hingga saat ini masih acuh dengan sekelilingnya.

‘tweeps, sepertinya aku berada di sebuah gedung besar tanpa aku sadari.. ada yang tahu ini dimana?’ setelah selesai  menekan tombol ‘tweet’ barulah Aoi melihat sekelilingnya. Matanya menatap lima orang yang berdiri di sebelahnya, tangannya hanya menunjuk ke arah lima orang itu dan ekspresi kaget tampak di wajahnya. Pandanganya kemudian beralih pada dua  orang asing selain mereka.

Sujk yang sejak tadi hanya tersenyum dan duduk di kursi besarnya yang nyaman kemudian berdiri.

“Selamat datang, Rangers….”

Pemuda berambut hitam panjang itu hanya tersenyum melihat reaksi terkejut lima calon anak buahnya. Sedangkan Tora hanya mengangkat tangannya, meminta lima orang di depannya untuk hening sejenak.

“Saya Sujk, pemimpin tertinggi dan ini Tora..” ia menunjuk pemuda berjubah putih yang mengangguk perlahan. “Dia adalah orang yang akan memberi instruksi pada kalian.. Kalian adalah orang-orang terpilih yang akan melaksanakan tugas yang luar biasa..”

Reita melipat tangannya di dada, tampaknya ia mulai tertarik dengan apa yang akan ditawarkan pemuda bernama Sujk ini. “Seperti apa?”

Sujk kembali tersenyum. “Kalian akan nyapu, ngepel, nyuci, masak, beres-beres, potong rumput,  siram kembang, ngelap kaca, dan lain-lain untuk membuat gedung ini bersih…” senyumannya sedikit berubah menjadi seringai.

“Apanya yang luar biasa?! Aku tidak mau!” protes Aoi sambil kembali menulis di akun jejaring sosialnya . ‘enak saja superstar seperti aku dijadikan tukang bersih-bersih! (`ヘ´#)’ dan meng-klik ‘tweet’

Reita mendengus dan melihat ke arah lain dengan alis berkerut. “Cih!”

“Iiiiih nanti kulitku kasar dong kalo harus nyuci tiap hari~ =3=” protes Uru sambil memamerkan mulut bebeknya.

“Nggak mau!!! Aku baru meni-pedi!!! Kau mau mengganti kukuku kalo rusak??!” kali ini Ruki yang berkicau.

“Kalo masak serahkan pada Kai!! X3” kata Kai ceria sambil menunjukkan lesung pipinya. Namun teman-temannya hanya menatapnya tajam. Ia meringis saat Ruki mencubit keras lengannya.

Sujk hanya tertawa kecil melihat protes-protes kejam itu. Sementara itu Tora berdeham, meminta perhatian para calon rangers.

“Rangers, maksud Sujk-sama sebenarnya adalah menugaskan kalian untuk membersihkan dunia ini dari kejahatan..” katanya serius. “banyak yang harus kalian lakukan untuk menjaga kedamaian dunia.. dan kalian adalah orang-orang terpilih yang mampu untuk melaksanakannya… GazeRanger..”

Lima orang itu terdiam, tercengang. Mereka merinding mendengar saat ini mereka telah bergabung dalam pasukan penyelamat dunia.

BGM: *ost. Superman*

Sampai….

“AAAAAAAAAAAH!!!!! AKU LUPA MEMATIKAN KOMPORKU!!!!!” teriak Kai panik tiba-tiba.  Dia berlari keliling ruangan Sujk yang besar. Sampai tiba-tiba….

GUBRAAAAK!

Kai yang masih berlari seperti kesetanan(?) tiba-tiba menabrak sesuatu. Ia jatuh terduduk begitu juga orang yang ia tabrak.

“aiiissh~” desis pemuda berlesung pipi itu, sedangkan keempat orang lain yang berada di dalam ruangan itu hanya bisa menggelengkan kepala mereka dengan heran bercampur maklum melihat perilaku Kai. Sedangkan Sujk hanya melirik ke arah Tora sambil menaikkan satu alisnya.

“kau tak apa?” pemuda yang tadi ditabraknya mengulurkan tangan.

“err.. gomen~ aku tadi panik karena… KOMPORKU!! AKU HARUS MATIKAN KOMPORKUUUU!!” Kai menjambak rambutnya sendiri, padahal ia sudah terdengar tenang tapi kembali panik karena mengingat kompor tercinta(?) nya yang masih menyala.

“Nao, cepat kau antar dia kembali…” ujar Tora.

“eh? Kan dia baru saja datang Tora-shi? Masa sudah mau diantar pulang??” sepertinya Nao belum menangkap maksud Tora.

“bukan itu maksudku! Dia itu belum mematikan kompor, cepaaaat!!!” bentak Tora lagi, sudah cukup ia dibuat kesal oleh sikap Nao yang kadang lamban.

“WAAAAAH! GAWAT!! Kalau begitu ayo berangkat!” serunya sambil menarik tangan Kai, lalu ia menjentikkan jarinya dan…

POF!

Mereka berdua menghilang secara cepat dan membuat Aoi, Reita, Uruha, dan Ruki melongo karena terkejut, sedangkan Sujk dan Tora hanya tersenyum.

“ itu adalah kemampuan khusus milik Nao dan hanya dia yang punya..” ujar Sujk.

“Teleportasi?” Tanya Aoi yang lebih seperti memastikan, masih dengan gadget kesayangannya. Sepertinya ia langsung ‘googling’ begitu melihat kemampuan Nao tersebut.

“HEEEEE??? Yang seperti itu benar-benar ada ya?” tukas Uruha dengan nada tak percaya.

“tentu saja, kalian tadi juga ‘dipanggil’ oleh Nao dengan kemampuannya…” jawab Tora.

“hoo.. sugeee~’ keempat orang itu mengangguk paham.

POF!

Sebentuk asap berwarna hitam mengepul secara tiba-tiba, dan mengejutkan semua orang di ruangan itu.

“asap apa ini?!!?” tanya Sujk sambil menutup mulut dan hidungnya agar tidak menghirup asap hitam tersebut.

“saya tidak tahu Sujk-sama! Lebih baik kita segera lari menyelamatkan diri!!” jawab Tora yang tengah berusaha mengalihkan asap itu dari pandangannya, namun perlahan-lahan asap itu mulai hilang dan membentuk sebuah bayangan manusia…

“MASAKANKU HANGUUUUUS~ Huaaaa~” terdengar suara cempreng Kai yang agak terisak lalu menunjukkan panci yang menjadi sumber asap hitam itu.

“oh ternyata hanya masakan hangus? Kupikir ada kebakaran..” ucap Ruki sinis alias sok tenang, padahal ialah yang paling panik saat asap itu masuk.

“kok Ruki jahat gitu sih ngomongnyaaa~ ini kan tadinya mau aku kasih ke kalian jugaaa~ hiks hiks” Kai masih terisak, meratapi hasil karyanya yang kini telah menjadi arang.

“sudah~ jangan nangis begitu Kai-kun..” bujuk Nao sambil mengelus puncak kepala Kai.

“uuuuh~ iya..”

“ehem! Ini bukan saatnya pedekate,Nao..” Tora terbatuk dengan sengaja demi melihat pemandangan di hadapannya, sedangkan yang lainnya hanya tersenyum penuh arti.

Begitu menyadari bahwa semua orang tengah memperhatikan tingkah laku mereka, dan menyadari pula bahwa tangan mereka masih bertaut satu sama lain, Nao cepat-cepat melepas gandengan tangan mereka dengan wajah merona.

Segera setelah kepulan hitam asap (ga jelas) itu hilang Sujk kembali berbicara.

“baiklah, kita lanjutkan.. sekarang kalian semua telah terpilih sebagai GazeRanger, dengan Tora sebagai instruktur yang juga akan melatih kemampuan bertarung kalian.. ” Sujk mulai menjelaskan kembali diikuti dengan anggukan dari Tora.

“apa kita akan bertarung seperti di film animasi?” bisik Uruha pada Reita di sampingnya, sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahu.

“kalian juga berhak mengenakan kostum khusus..” lanjut Sujk kemudian ia menekan suatu tombol dan dari salah satu dinding muncullah satu set kostum dan perlengkapan untuk para rangers, dengan lima warna. “nah, inilah seragam yang akan kalian kenakan saat bertugas..”

“hmm.. punyaku pasti yang biru..” Aoi bergumam kecil ketika melihat deretan kostum itu.

“AKU MAU YANG MERAH!” teriak Ruki dan Reita secara bersamaan, lalu kedua orang itu saling berpandangan.

“hei! Kau itu tidak cocok dengan warna merah Ruki!” Reita mencibir.

“kenapa? Aku punya banyak baju merah dan aku cocok memakainya!” sungut Ruki, tampaknya sifat egoisnya muncul kali ini.

“tapi untuk yang ini tidak! Kau itu bagusnya pakai yang  PINK!!”

“enak sajaaaa~  memang aku ini perempuan?” gerutu Ruki sambil menggembungkan pipinya.

Mereka berdua saling melempar argumen sementara yang lain sudah mengambil baju milik masing-masing.

“benar kan, punyaku yang biru..” ujar Aoi saat menemukan label namanya di atas seragam biru.

“waaaah~ Kai dapat yang hitam!! Kai pasti terlihat gagah! X3”

“hmm.. kenapa tidak ada yang ungu?” Uruha melihat ke deretan seragam tersebut dan membolak balik kostum dengan malas. Ia tidak sadar sudah ada label nama pemilik kostum disitu.

“Pokoknya aku mau yang merah!” Ruki masih beradu argumen dengan Reita, memperebutkan seragam warna merah itu.

“lihat saja.. nama siapa yang ada di atas seragam itu..” dan Reita pun berjalan ke arah tempat seragam dan begitu melihat namanya tertera di seragam merah tersebut, bibirnya langsung menyunggingkan senyum kemenangan.

“kau bisa baca ini Ruki? RE  -  I - TA. REITA! Ini milikku! Hahahaha~” Reita tertawa puas dan melempar seragam pink pada Ruki. “Sisanya tinggal itu!! Jadi itu punyamu! XD”

Pemuda kecil berambut coklat itu pun menangkap seragam itu dengan cemberut, tidak rela karena Reita ‘memenangkan’ debat mereka kali ini, lalu ia mulai mengamati seragam warna merah jambu yang agak menyolok itu lamat-lamat, dan sekilas terlihat senyum samar di bibirnya.

‘warnanya lucu sekali, kyaaaa~ aku suka~’ dalam hati ia ber-panda dance ria, namun tetap berusaha cemberut dari luar meskipun gagal, rona merah tetap tampak dari kulit pucat pipinya.

“hei, kau kenapa Ruki?” sentuhan Uruha di lengannya membuyarkan lamunannya.

“ah.. tidak ada apa-apa..” segera ia menarik senyumnya dan menggantinya dengan ekspresi datar.

“kalian sudah ambil semua perlengkapan kalian?” tanya Tora.

“sudaaaaaaah~ tapi… sebenarnya aku mau yang ungu… =3=” Uruha masih protes.

“kuning juga bagus kok Uru-chan, cocok untukmu~ :3” sahut Kai.

“tapi aku lebih suka unguuuuuuuu~”

“ah berisik! Sini berikan padaku!” Ruki menyambar seragam milik Uruha kemudian membawanya ke pojok ruangan, semua bingung.. tak berapa lama, Ruki kembali.

“nih! Sudah kumodifikasi!” serunya dengan menunjukkan seragam kuning Uruha yang sekarang dihiasi ornamen bentuk bebek di bagian dada sebelah kiri, melihat itu mata Uruha langsung berbinar senang.

“waaaaah~ kawaii neee~ ini lebih bagus dari warna ungu!! Sankyuu Ruki-chan~ X3” Uruha menari-nari senang melihat kostum ‘imut’nya.

~~~

Kelima rangers baru itu kemudian mencoba kostum barunya yang (ehem) cukup ketat untuk mendukung gerakan akrobatis(?) yang mungkin akan mereka lakukan ketika bertarung nanti. Semua sibuk membolak-balikkan sisi tubuhnya di depan cermin.

“Kenapa punya kita ada roknya begini sih? Memangnya kita perempuan?” protes Ruki begitu melihat kostum pink-nya memiliki sedikit kain panjang seperti rok.

“Tak masalah selama ada bebeknyaaaaa~ X3”

Ruki mendengus mendengar jawaban Uruha yang mendapat kostum kuning dengan model yang mirip seperti dirinya. Ia menoleh ketika suara Reita mencapai telinganya.

“Ugh, kenapa di bagian sini ketat sih? Kan tidak nyaman..” kata Reita sambil sedikit berusaha melonggarkan kostumnya di bagian pangkal paha.

Entah kenapa Ruki merasa pipinya memanas melihat tubuh bawah Reita yang dikarenakan oleh kostumnya yang ketat membuat ‘Reita junior’nya agak berbentuk.  Seperti inilah kira-kira wajah Ruki saat itu (/////o/////). Namun buru-buru ia menggelengkan kepalanya berusaha melenyapkan pikiran kotor melihat tubuh Reita.

“berhenti mengeluh.. harusnya kau bangga karena itu..” goda Aoi pada Reita, padahal nasib ‘miliknya’ juga hampir sama seperti si pemuda ber-noseband itu.

“ck!” akhirnya Reita pun pasrah dengan kostumnya.

“waaaaah Kai terlihat kereeeeeen~ X3” kata Kai di depan cermin. Ia meletakkan dua tangannya di pinggang dan berpose layaknya ranger sungguhan. (lho? Memang bukan, ya?)

“Kai.. ‘punya’ mu kecil sekali…” komentar Ruki datar. “benuknya juga aneh..”

“hah? Apanya? Punyaku yang mana, Ruki-chan?” Tanya Kai polos.

“’milik’mu….” Ruki memperjelas sambil mengarahkan jarinya ke arah selangkangan Kai.

Kai menunduk untuk melihat apa yang dimaksud pemuda yang lebih pendek darinya itu. Arah tangan Ruki mengarah tepat ke selangkangannya yang dengan kostum ketatnya itu tetap (maaf, Kai) hampir rata. Ia menggigit bibirnya dan memasang wajah seperti ingin menangis.

“Kau jahat sekali, Ruki…” kata Kai sedikit terisak. Uruha yang mendengarkan hanya mengelus punggung Kai.

Sedangkan Ruki hanya mengangkat bahu. Setidaknya ia bersyukur ada rok di kostumnya yang menutupinya di daerah itu.

Reita berjalan ke belakang Ruki. “Sudah kubilang, kan, kau cocok dengan warna pink itu… terlihat imut..” kata Reita pelan di telinga Ruki.

Ruki tersentak kaget dan mendongak untuk mendapatkan pemuda pirang pucat itu menyeringai ke arahnya. Lagi-lagi wajahnya memerah di luar kendalinya. ‘benarkah?’ dan ia senang Reita-lah yang mengatakan itu padanya.

Alarm panggilan berbunyi menandakan semua rangers harus berkumpul di aula untuk berkumpul di aula besar dalam gedung itu. Pelatihan bertarung akan dimulai untuk mempersiapkan mereka menghadapi musuh-musuh yang tak terduga.

Dengan gagah dan anggunnya (ingat, Ruki dan Uruha memiliki rok di kostumnya XD) mereka berjalan masuk ke aula luas itu, lengkap dengan peralatan dan senjata khusus milik mereka, GazeRanger.

~~~

To Be Continued
 

fanfic, in bahasa

Previous post Next post
Up