[FANFIC] SCORE

Aug 09, 2016 00:04


SCORE
Presented by rei781
Staring : Yabu Kota, Inoo Kei, Mizuno Rei (OC), Ueda Miku (OC)
Oneshot
Friendship
PG-13
Recommended Song : Score by Hey Say Best
Euro 2016 had already done. I wrote this fiction for recalling that euphoria. This fiction is based on my own imagination. The JE casts belongs to JE only. Critics and comments will mean to me. Happy reading! Enjoy!
Mizuno Rei menyapukan lip gloss favoritnya. Ia melihat penampilannya sebelum keluar dari kamar. Sempurna. Ia segera menyambar jaketnya dan keluar dari apartemen. Tiba-tiba, Rei mendengar A Sky Full of Stars dari dalam tasnya.
“Moshi-moshi?”sapa Rei.
“Kau sudah berangkat kerja?”
“Baru saja aku mengunci apartemen.”
“Ayo sarapan denganku! Aku sedang tak ingin makan sendiri.”
“Baiklah. Kita bertemu di stasiun.”
Dan seperti yang dijanjikan, Rei melihat Yabu Kota sedang menunggunya tidak jauh dari platform kereta JR Yamanote Line.
“Kau mau makan apa hari ini?”tanya Rei.
“Tamago kake gohan.”sahut Kota semangat.
“No way! Kau kan tahu sendiri aku tak bisa makan telur mentah.
Kota tertawa geli melihat ekspresi Rei, “Lalu kita makan apa?”
Rei menyarankan Shokudo favoritnya tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kota menyetujui saran Rei.
“Tidak biasanya kau mau sarapan denganku. Miku tidak memasak?”
“Miku tidak sempat memasak. Dia ada meeting pagi-pagi sekali di kantornya.”
Kota mengangguk paham. Ia sudah lama mengenal Ueda Miku, teman satu apartemen Rei. Rei dan Miku sudah tinggal bersama sejak tahun kedua mereka di Universitas Keio. Dan biasanya Miku yang memasak untuk Rei dan dirinya sendiri.
Rei berterima kasih pada pelayan yang menyajikan pesanannya.
Kota memegang sumpitnya sambil berujar, “Itadakimasu.”
Rei mencicipi kuah sup misonya. Rasa hangat segera menjalar tenggorokannya. Rei menoleh pada Kota yang sudah sibuk dengan ebi furai-nya.
“Kau benar-benar kelaparan, Kou-chan?”
“Begitulah. Mau bagaimana lagi? Aku tak sempat berbelanja untuk mengisi refrigerator-ku. Aku hanya punya bir. Itu pun sudah habis tadi pagi saat menonton Italia menumbangkan Spanyol.”
Rei tersenyum senang, “Pertandingannya menarik sekali. Maksudku Spanyol tidak mengeluarkan permainan terbaik mereka seperti saat mengalahkan Italia empat tahun lalu. ”
“Kau benar, Rei. Sepanjang pertandingan sepertinya hanya kiper Spanyol, De Gea, yang berusaha keras melakukan banyak penyelamatan.”
“Ya. Kejayaan Spanyol sepertinya sudah berakhir.”
“Kemenangan Italia tentu saja karena taktik dari Antonio Conte-san yang cerdas. Taktiknya sangat bagus. Kau menonton saat mereka mengalahkan Belgia?”
“Ya. Tim yang penuh dengan bintang lapangan seperti Belgia mampu mereka kalahkan. Italia bermain lebih menyerang.”
“Pertandingan semakin menarik di perempat final nanti. Apalagi Italia akan bertemu Jerman. Pasti seru. Bagaimana jika kita menonton bersama lagi seperti waktu itu?”
“Italia melawan Jerman? Bukankah itu hari minggu depan? Tanggal berapa?”
“Tanggal tiga. Kau harus pergi kerja hari itu?”
Rei mengecek ponselnya untuk melihat jadwal kerjanya. Berbeda dengan Kota, kantor Rei tidak pernah libur pada akhir pekan. Rei mendapatkan libur bergantian dengan pegawai lain di kantornya.
“Kebetulan. Aku mendapat libur hari itu. Ayo kita menonton lagi.”kata Rei.
“Baiklah. Sudah diputuskan bahwa kita akan menonton Piala Eropa di apartemenmu. Aku akan datang membawa camilan.”
“Dan kau dilarang membawa bir banyak-banyak.”
Kota tertawa mendengar perkataan Rei. Ia tahu betul bahwa Rei tidak bisa meminum minuman keras. Rei selalu melarang Kota untuk mabuk di apartemennya.
oOo“Jadi kau akan menonton pertandingan sepakbola dengan Kota-kun di sini?”tanya Ueda Miku sambil menggoreng korokke untuk makan malam mereka berdua.
Rei mengangguk, “Kau keberatan?”
“Tidak. Memang sudah lama kalian tidak menonton pertandingan bersama di sini bukan? Hanya Kota-kun saja yang datang, tidak masalah bagiku.”
“Ah, aku lupa. Ada satu orang yang akan bergabung dengan kami. Dia bersemangat sekali dengan rencana ini.”
“Siapa?”
Rei tidak sempat menjawab pertanyaan Miku karena A Sky Full of Stars milik Coldplay mengalun dari ponselnya. Ia meraih ponselnya. Ia tersenyum melihat caller ID di layar ponselnya.
“Moshi-moshi?”
“Aku berada di depan apartemenmu sekarang.”
“Baiklah. Aku akan membukakan pintu untukmu.”
Rei berjalan menuju pintu. Ia membuka pintu apartemen dan mendapati sosok Inoo Kei sedang tersenyum lebar padanya. Rei hanya bisa tercengang melihat penampilan pekerja di konsultan arsitek itu, mengenakan jersey Juventus, salah satu klub top Italia.
“Kau terkejut?”tanya Kei sambil melangkah masuk.
Rei mengerjapkan matanya, “Kau mendukung Italia?”
“Tidak. Aku mendukung Jerman. Mereka akan menggunakan jersey putih hitam bukan? Warna jersey-ku sudah sesuai kalau begitu.”
Tawa Rei meledak seketika. Ia tak pernah habis fikir dengan perilaku random Kei.
“Terserah kau saja.”ucap Rei pasrah.
“Untukmu.”kata Kei sambil mengulurkan sebuah kantung plastik besar.
Rei membuka kantung dan melihat isinya. Ia mendapatkan sekotak besar Big Katsu, snack dagashi favorit Rei. Kei memang berbeda, pikir Rei. Ya. Hanya orang berpikiran random seperti Kei-lah yang sempat-sempatnya berfikir membawa snack dagashi untuk menonton sepakbola.
Kei memasuki apartemen. Miku sedikit terkejut melihat pemuda yang belajar di juku yang sama dengannya tersenyum menyapanya.
“Kei-chan? Jadi kau yang datang untuk menonton sepakbola bersama?”
Kei mengangguk, “Begitulah. Kalian akan makan malam aku lihat.”
“Dan kau sengaja datang sekaligus untuk makan malam dengan kami bukan?”tebak Miku yang sudah hafal betul tingkah Kei.
Kei hanya terkekeh.
“Ayo kita makan bersama.”ajak Rei.
Miku dan Kei duduk di ruang tengah. Di hadapan mereka sudah terhidang masakan Miku. Rei pergi ke dapur untuk mengambil nasi lagi. Mereka memulai makan malam.
Kei mengambil korokke di piring, “Kau tak ada kencan malam ini, Miku?”
“Tidak. Aku sedang tidak berkencan dengan siapa pun saat ini.”jawab Miku.
“Wow. Mengejutkan. Tidak biasanya kau tidak bersama seseorang.”
“Urusai!”omel Miku.
Kei tertawa. Ia paling suka menjahili gadis yang sering meminta traktir es krim padanya sepulang dari juku mereka di Saitama dulu.
Makan malam berlangsung lebih meriah dari biasanya. Kei dan Miku tidak henti-hentinya saling mengejek satu sama lain. Rei sudah terbiasa melihat pemandangan itu. Terkadang Rei ikut menanggapi ejekan yang dilontarkan kedua sahabatnya.
Setelah makan malam selesai, Rei kembali ke dapur untuk mencuci peralatan. Tidak lama kemudian Rei kembali ke ruang tengah dengan membawa sekeranjang kecil berisi buah jeruk yang baru diambil dari refrigerator.
“Satsuma mandarin?”tanya Kei sambil meraih satu buah.
“Ya. Ren, yang mengirimkan ini dari Ehime.”jawab Miku sambil mengupas jeruknya.
Ren. Mizuno Ren adalah adik laki-laki Rei yang belum pernah Kei temui. Ia hanya sering mendengar cerita Ren dari Rei. Dari cerita itulah, Kei tahu bahwa Ren kuliah di Universitas Ehime mengambil jurusan pertanian. Ren juga tinggal dan membantu keluarga pamannya yang memiliki perkebunan Satsuma mandarin.
“Bagaimana kabar adikmu?”tanya Kei.
“Ren baik-baik saja. Sejujurnya aku merasa terkejut karena dia banyak berubah sejak tinggal bersama paman. Dia bukan anak manja yang suka merepotkan ibu lagi.”
“Baguslah jika begitu.”
“Memang. Tapi dia masih tetap kurang ajar padaku. Berani-beraninya dia memintaku untuk segera mencarikan kakak ipar untuknya. Apa-apaan dia?”
Miku dan Kei tertawa melihat wajah Rei yang kesal.
Ketiga sahabat itu mengobrol sampai cukup lama. Mereka saling bertukar cerita menarik tentang teman-teman mereka maupun pekerjaan masing-masing.
Setelah mengobrol hingga dua jam lebih, Rei memutuskan untuk tidur terlebih dulu. Tidak lupa ia membawakan selimut dan bantal untuk Kei. Sudah menjadi kebiasaan bagi Kei untuk mendapat jatah tidur di ruang tengah apartemen kedua gadis itu.
oOoA Sky Full of Stars membangunkan Rei. Ia membuka matanya dengan berat. Ia hanya perlu melihat sekilas layar ponselnya sebelum mematikan panggilan itu. Ia menyambar jersey Jerman yang digantung di lemarinya. Ia mengenakan jersey itu kemudian keluar membuka pintu apartemennya.
“Masih ada satu jam sebelum kick off. Masuklah.”kata Rei.
Rei harus mengakui Yabu Kota terlihat tampan malam itu dengan mengenakan jersey AC Milan bertuliskan Inzaghi di belakangnya. Kota mengangsurkan kantung bawaannya pada Rei.
Kota memasuki ruang tengah dan mendapati Kei yang masih terlelap di dekat meja.
“Rei, apa yang Kei-chan pakai itu?”tanya Kota kaget melihat penampilan Kei.
“Jersey La Signora. Dan sebaiknya kau tak usah bertanya padanya tentang tim yang didukungnya.”sahut Rei.
Rei mulai menyalakan televisi dan mencari saluran televisi yang menayangkan pertandingan Piala Eropa. Ia menemukan channel favoritnya dan kali ini ia juga melihat Thierry Henry menjadi komentator.
“Kau tidak keberatan jika menonton channel ini dulu bukan?”tanya Rei.
Kota menggeleng. Ia sudah paham betul bahwa sahabatnya itu selalu menonton pertandingan Piala Eropa di channel TV luar negeri yang berbahasa Inggris. Rei yang memang fasih berbahasa Inggris tidak akan mengalami kesulitan menyimak komentar-komentar dari para komentator.
Pintu kamar Miku terbuka. Miku muncul lengkap dengan piyama dan bantal boneka Doraemon-nya. Ia menyapa Kota dengan sedikit menguap.
“Apa kau lapar, Kota-kun?”tanya Miku.
“Sedikit.”jawab Kota.
Miku mengangguk, “Baiklah. Aku akan memasak.”
“Kau akan memasak apa?”tanya Rei.
“Carbonara. Yang satu itu, akan bangun karena aroma masakanku.”kata Miku sambil mengarahkan pandangan pada Kei yang masih tidur.
Kota dan Rei tertawa. Kota mulai membuka kaleng birnya.
“Pertandingan ini menarik. Jerman tidak pernah bisa mengalahkan Italia di turnamen besar.”kata Kota.
“Italia dikalahkan Jerman Maret lalu, Kou-chan.”
“Itu hanya pertandingan persahabatan. Tidak masuk hitungan.”
“Tapi itu juga berarti bahwa Jerman sudah menemukan cara untuk menyingkirkan Italia.”
“Conte-san memiliki banyak strategi. Dia pelatih hebat.”
“Begitu pun, Loew-san. Dia membawa Jerman menjadi juara dunia dua tahun lalu.”
Dan kali ini, Kei terbangun karena perdebatan kecil antara Kota dan Rei. Ia tersenyum melihat Kota. Ia segera menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Kei duduk di samping Kota. Ia menemukan bir dalam kantung yang di dekat Kota. Tanpa basa-basi lagi, Kei membuka kaleng bir. Rei hanya bisa menyaksikan saat dua laki-laki itu bersulang di hadapannya.
Rei memutuskan untuk membantu Miku di dapur. Kota menggunakan kesempatan itu untuk mengganti saluran televisi. Ia bisa menonton dengan tenang pertandingan di TV Jepang sekarang.
Miku meminta Rei untuk menumis bawang dan daging sementara ia menangani spaghetti yang direbus. Setelah meniriskan spaghetti, Miku mengambil alih wajan dari tangan Rei sembari meminta Rei untuk memasukkan bahan-bahan untuk saus spaghetti. Dengan beberapa kali sentuhan Miku, spaghetti carbonara siap disajikan.
Rei membereskan peralatan masak sementara Miku membawa dua porsi Carbonara untuk Kota dan Kei yang masih asyik menatap layar televisi.
“Miku-chan, kau tak punya nasi?”tanya Kei.
Miku memberi tatapan kesal pada Kei, “Tidak ada orang makan spaghetti dengan nasi. Baka!”
Rei membawa dua porsi Carbonara lagi, tertawa mendengar omelan Miku. Ya. Inoo Kei sedikit konyol memang. Kecintaannya pada nasi putih terkadang di luar batas kewajaran. Rei sudah memahami tingkah Kei itu sejak ia dan Miku tinggal bersama.
“Itadakimasu.”kata Kota diikuti oleh ketiga temannya.
Semua orang tampak lahap menikmati Carbonara karya Miku. Keempat sahabat itu tidak banyak berbicang saat makan. Hanya suara komentator televisi yang terdengar.
Kei membuka kaleng bir keduanya ketika Carbonara-nya tandas. Ia mengulurkan sekotak cokelat yang dibawa Kota pada Miku.
“Petandingan segera dimulai.”kata Kota.
Rei membuka sebungkus Big Katsu. Ia mulai mengunyah jajanan masa kecilnya itu.
Pertandingan dimulai dengan cara yang sedikit berbeda dari biasanya. Seluruh stadion memberikan tepuk tangan selama satu menit untuk mengenang korban ledakan di Dhaka termasuk beberapa orang warga negara Italia.
“Kita juga seharusnya melakukan hal yang sama. Warga negara Jepang pun jadi korban peristiwa itu.”kata Rei sedih.
Jerman menyerang dengan ritme baik di awal. Namun, Italia mendapatkan tendangan sudut pertama. Kiper Jerman, Manuel Neuer menendang bola jauh-jauh dari daerah kekuasaannya.
Pergerakan Jerman salah satunya dimotori oleh Joshua Kimmich. Kota tampak sedikit tegang melihat penampilan pemain muda itu. Tidak lama kemudian, giliran Rei yang merasa cemas karena gelandang terbaik Jerman, Sami Khedira harus keluar lapangan karena cedera. Khedira digantikan oleh Bastian Schweinsteiger, sekaligus mengubah status kapten Jerman dari Neuer kembali ke Schweinsteiger.
“Kerugian untuk Jerman karena Khedira keluar.”komentar Kota.
Pertandingan dilanjutkan dengan banyak kejadian. Seorang pemain Italia mengalami mimisan sementara seorang yang lain menerima peringatan dari wasit karena melanggar seorang pemain Jerman. Kapten Jerman berusaha mencetak gol namun terjadi pelanggaran sebelumnya. Kapten Italia sekaligus kiper mereka melakukan beberapa penyelamatan begitu pun kiper Jerman. Skor belum berubah saat istirahat turun minum.
“Pertandingan ini sedikit membosankan.”komentar Miku.
“Kedua tim bermain hati-hati.”sahut Kota.
“Lebih tepatnya satu pihak menyerang yang lainnya bertahan.”sindir Rei.
Kei hanya menyimak perdebatan kecil Kota dan Rei sambil meneguk birnya.
Babak kedua dimulai. Jerman masih berusaha menyerang. Serangan Jerman membuat kubu Italia sedikit kewalahan. Akibatnya, pemain Italia bernama De Sciglio, yang diakui Miku cukup tampan, menerima kartu kuning.
Jerman terus saja menyerang. Kota dan Rei terlihat sama-sama tegang karena menunggu gol yang akan menggubah skor pertandingan. Kota lebih terlihat frustasi saat melihat pergerakan Mesut Ozil di depan gawang Italia.
“Goooooolll!!!”seru Rei.
Miku membalas high five dari Rei. Kei juga ikut bersorak sebelum meneguk birnya lagi. Kota lesu melihat sahabat-sahabatnya.
Pertandingan terus berjalan dengan Jerman memegang kendali permainan. Rei harus kecewa lagi karena penyerang Jerman, Mario Gomez, juga harus keluar dari lapangan karena cedera. Dan bencana sesungguhnya baru datang beberapa menit kemudian. Pelanggaran bek Jerman, Boateng, membuat Italia mendapat kesempatan untuk melakukan tendangan penalti.
“Goooooolll!!!”seru Kota lantang.
Kali ini Rei yang tertunduk lemas karena melihat eksekusi penalti dari Bonucci menyamakan keadaan kembali. Rei lebih merasa sedih lagi karena Italia membalik keadaan dengan keluar dari tekanan Jerman. Dan Rei harus menerima kenyataan bahwa bek tangguh Jerman, Matt Hummels, harus menerima kartu kuning.
“Skor imbang. Apakah mereka akan melakukan adu penalti?”tanya Miku.
“Tidak, Miku-chan. Adu penalti hanya akan dilakukan jika kedua tim tetap imbang setelah dua kali perpanjangan waktu.”jawab Kota.
“Semakin sulit memprediksi hasil pertandingan jika permainan seperti ini terus.”gumam Rei.
“Apa pun masih bisa terjadi, Rei.”hibur Kei.
Babak perpanjangan waktu dimainkan. Selama lima belas menit pertama kedua tim bermain untuk mengubah hasil pertandingan. Sayang, tidak ada gol yang tercipta pada perpanjangan waktu pertama.
Kedua tim mendapatkan waktu lima belas menit tambahan lagi untuk bertarung. Serangan-serangan Jerman yang dimotori oleh dua pemain tengah mereka, Ozil dan Schweinsteiger masih mentah oleh Buffon. Dan ketika peluit tanda babak perpanjangan usai, Rei dan Kota harus menerima kenyataan bahwa pertandingan diselesaikan dengan adu penalti.
Matahari sudah terbit di Tokyo saat kedua tim yang bertanding memutuskan siapa saja yang akan menjadi penendang di adu penalti kali ini.
“Yosh!”seru Kota saat Insigne memperdaya kiper Jerman
Rei baru tampak lega saat Toni Kroos juga berhasil menjebol gawang Italia.
“Apa yang dia lakukan? Aaargh….”seru Kota frustasi melihat tendangan Simone Zaza meleset.
Rei sedikit tersenyum. Namun senyuman itu juga ikut lenyap saat Thomas Muller juga gagal mengeksekusi penalti.
“Yosh!”seru Kota lagi setelah eksekusi Barzagli gagal dipatahkan Neuer sementara Ozil tidak berdaya menjebol gawang Buffon.
Kesempatan milik Italia tidak bertahan lama setelah tendangan Pelle melebar. Kali ini kesempatan berpindah menjadi milik Jerman. Rei bisa melihat ketenangan Julian Draxler saat berhadapan dengan Buffon. Dan pemain muda itu tetap mengamankan langkah Jerman.
Momen menegangkan kembali terjasi saat Bonucci berhadapan dengan Neuer lagi. Kota sudah berharap jika Bonucci mencetak gol maka Italia yang akan melaju ke semifinal.
“Yes!”seru Rei.
Kota terlihat kecewa saat tendangan Bonucci ditepis oleh Neuer. Kesempatan beralih milik ke kubu Jerman. Dan sang kapten, Schweinsteiger yang akan menentukan hasilnya.
“Nooo…”teriak Rei saat melihat tendangan Schweinsteiger melambung jauh.
Adu penalti dilanjutkan karena skor bertahan imbang 2-2. Bagi Rei dan Kota sendiri, jarang sekali mereka menyaksikan adu penalti lebih dari sepuluh pemain.
Penendang ke enam kedua tim, Giaccherini dan Hummels, masing-masing berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Begitu pun penendang ke tujuh dan ke delapan. Baik Parolo, Kimmich, De Sciglio dan Boateng tetap menjaga asa bagi tim masing-masing.
“Apakah pertandingan ini akan berakhir dengan kiper yang saling berhadapan?”tanya Miku.
Baik Kota dan Rei tak bisa berkomentar. Terlalu menegangkan bagi mereka berdua untuk membayangkan apa yang akan terjadi.
“Yes!”seru Rei saat melihat penyelamatan gemilang Neuer atas tendangan Darmian.
Kota bertambah tegang karena kesempatan kembali memihak Jerman. Penendang kesembilan, Jonas Hector, yang akan menjawabnya.
“Gooooolll!!!”seru Rei saat tendangan Hector tidak mampu diamankan oleh Buffon.
Kegembiraan pemain Jerman yang saling berlari ke tengah lapangan merayakan kemenangan mereka berbanding terbalik dengan Kota yang tampak tertunduk lesu. Ia harus menerima kenyataan bahwa Italia telah dikirim pulang oleh tim yang mereka kalahkan pada semifinal empat tahun lalu.
“Pertandingan yang menegangkan. Jerman layak menang.”ucap Kota tulus.
“Italia juga bermain sangat baik.”balas Rei.
“Baiklah. Pertandingan sudah usai. Aku akan tidur kembali. Selamat beristirahat semuanya.”kata Miku lalu melenggang ke kamarnya.
Kota dan Kei berpamitan pada Rei. Rei mengantar kepergiaan kedua sahabatnya itu sembari berpesan untuk berhati-hati saat menyetir mobil.
THE END
Minna-san? How’s it? Not good enough? Gomen. But I’m waiting for your critics and comments. Yoroshiku!

inoo kei, fanfic, je, yabu kota

Previous post Next post
Up