Title: Aiaigasa
Rating: PG-13
Genre: Romance
Category: Straight
Length: One Shot
Casts: Azuki (OC), Ninomiya Kazunari
Author: Tocchi
Language: Indonesian :D.
A/N: Fanfic ini ditulis untuk
nino1711azuki. Gomen Azuki chan, Ninorinnya aku drop ya, diganti ini aja. Ninorin aku ganti jadi cerita ala-ala novel biasa buat project pribadi soalnya, hahaha..
--------------------------------------------------------
Kereta yang kunaiki sekarang sepi. Suatu anugerah untukku yang sedang merasa kesal sejak tadi pagi. Aku dalam perjalanan menuju Shibuya untuk karaoke pada malam hari nanti. Hari ini seharusnya menjadi hari liburku yang tenang. Namun karena bosku yang melakukan kesalahan bodoh, aku tidak bisa menikmati siang tadi untuk menonton rekaman dorama yang belum sempat kutonton sejak minggu lalu. Tanpa memberi tahu apapun sebelumnya, Bosku memberi perintah kepadaku untuk datang ke kantor. Ternyata dia memanfaatkanku untuk menerima paket yang dikirim untuknya ke kantor. Apa sulitnya untuk meminta temannya mengubah alamat penerima menjadi ke rumahnya? Ugh, aku sangat kesal!
Sudah satu tahun aku bekerja di Johnny's Jimusho. Aku merasa bersyukur karena bisa bekerja sebagai staff asing di sana. Namun kadang aku merasa kewalahan juga dengan sistem kerja di sana, di mana terkadang nilai kemanusiaan para atasannya perlu dipertanyakan. Tapi segala kekurangan tersebut bisa terlupakan saat sesekali berpapasan dengan para idola, meskipun aku harus bersikap tenang (lebih tepatnya berpura-pura tenang).
Lamunanku dibuyarkan oleh cahaya kilat yang menyambar. Ternyata di luar sedang hujan. Sebentar lagi aku akan sampai di stasiun tujuanku dan baru menyadari bahwa aku tidak membawa payung. Aku menghela napas membayangkan bahwa aku akan tiba di tempat karaoke dengan basah kuyup. Ada apa dengan hari ini, kenapa aku mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sejak tadi?
Setelah turun dari kereta, aku memutuskan untuk menunggu di stasiun sampai hujan reda. Awalnya aku berniat untuk membeli payung plastik dari vending machine, namun ternyata payungnya habis. Ketika aku memutuskan untuk membelinya di konbini, ternyata payung yang tersedia di sana adalah payung merk Waterfront yang harganya dua kali lipat dari payung plastik.
20 menit berlalu. Hujan tidak menunjukkan tanda akan reda, malah sekarang makin deras. Pun bila aku membeli payung lipat Waterfront sekarang, payung tersebut akan tidak berguna karena anginnya sangat kencang.***1
Aku kedinginan, dan kelaparan. Aku ingin marah-marah.
Aku mencoba menelepon Sayaka, temanku yang akan pergi karaoke denganku nanti, untuk membawakan payung atau jas hujan dari tempatnya. Selama ini ia sering meminta bantuanku untuk hal seperti ini, jadi kurasa ia tidak akan menolak karena telah berhutang budi kepadaku.
Handphoneku mati karena kehabisan baterai ketika nada sambung berbunyi. Bagus. Satu-satunya cara untuk menghubungi Sayaka adalah dengan menggunakan handphone kantorku yang kubawa khusus untuk tujuan pekerjaan. Di handphoneku itu aku tidak menyimpan nomor yang tidak berhubungan dengan pekerjaanku, namun untung aku ingat nomor Sayaka.
Aku mencoba menelepon Sayaka, namun ia tidak mengangkatnya. Apa mungkin karena nomor yang kugunakan tidak dikenal olehnya? Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan pesan suara agar ia bisa mendengarnya nanti.
“Moshi-moshi, Sayaka. Ini aku Azuki. Aku menelepon dari handphone kantorku. Handphone pribadiku habis baterainya. Aku sudah sampai di Stasiun Shibuya. Sekarang hujan deras dan aku nggak bawa payung. Tadinya aku mau beli payung plastik tapi sudah habis. Di konbini cuma ada payung lipat Waterfront, dan aku pikir sayang rasanya bayar 1000 yen untuk payung kecil dan ringkih seperti itu. Jadi aku mau minta tolong untuk bawakan payung atau jas hujan dari tempat kamu, mau kan? Kamu belum berangkat juga kan sekarang? Tolong ya, aku sudah kedinginan dan kelaparan sekarang. Aku tunggu di Shibuya Exit ya. Yoroshiku ne, Sayaka…”
Aku tertawa sendiri setelah menyadari bahwa pesan suaraku sangat panjang dan berbelit-belit. Sayaka pasti mengerti maksudku.
Sayaka masih belum menghubungiku padahal 10 menit sudah berlalu. Aku coba meneleponnya kembali, dan lagi-lagi ia tidak mengangkatnya. Hujan masih turun dengan derasnya. Aku masih menunggu. Bila 5 menit lagi hujan belum reda maka aku akan menerjang hujan.
5 menit terlewatkan dengan begiu cepatnya. Hujan masih deras, namun sepertinya anginnya sudah tidak sekencang tadi. Baiklah, aku akan hujan-hujanan!
Ketika aku mulai melangkah keluar di bawah hujan, seseorang menarikku dari belakang sehingga aku terhempas mundur. Aku kembali berdiri di tempatku menunggu sejak tadi. Aku menengok ke arah orang yang menarikku, ternyata dia seorang laki-laki yang sepertiya tidak kukenal. Laki-laki itu mengenakan parka abu-abu dengan kemeja biru tua di dalamnya. Aku tidak bisa melihat seperti apa wajahnya karena tertutup masker, dan ia juga mengenakan topi di kepalanya. Apa yang orang ini nginkan?
"Maaf, kamu siapa?" tanyaku langsung.
“Aku orang yang nggak akan membiarkan seorang perempuan hujan-hujanan.” Jawabnya.
“Hah?” tanyaku bingung.
Laki-laki itu membuka payungnya. “Ayo, kita payungan bersama!” ajaknya.
Aku memberikan senyum sopanku. "Tidak, terima kasih. Aku nggak mau sepayung berdua. Tetap saja aku akan basah. Jadi lebih baik aku terobos hujan saja sekalian."
"Jangan, nanti kamu sakit. Pun kalau basah hanya akan kena satu sisi badanmu kok." Bujuknya. "Ayo."
“Tidak mau. Lagipula tempat yang kutuju sudah dekat kok!" Aku menolaknya.
"Kalau dekat, kenapa kamu sejak tadi nggak langsung terobos hujannya saja?" Laki-laki itu terkekeh. "Aku perhatiin kamu dari tadi loh. Aku penasaran karena nggak sengaja dengar pas kamu ninggalin pesan suara untuk teman kamu."
Orang ini menyeramkan! Jangan-jangan ia berniat jahat kepadaku!
"Maaf, tapi itu bukan urusanmu." Kataku ketus. "Dan aku tidak ingin berinteraksi dengan orang asing."
"Aku bukan orang asing kok." Kata laki-laki itu. Ia membuka maskernya.
Jantungku berhenti mendadak. Mustahil. Idola dari jimusho yang fotonya kujadikan wallpaper handphoneku. Idola yang poster dan uchiwanya menghiasi kamarku. Idola yang selalu bisa membuatku bangkrut dengan membeli merchandise yang berhubungan dengannya. Ninomiya Kazunari.
"Ninomiya san?!" Aku ingin teriak. Aku ingin berjingkrak-jingkrakan. Aku ingin...
"Halo, Azuki chan!" Nino mengedipkan sebelah matanya sambil memberi hormat dengan gaya khasnya. "Kita saling kenal kan? Kita sudah beberapa kali bertemu di jimusho."
Aku mengangguk-angguk. Aku belum bisa mempercayai diriku untuk berbicara dengannya. Aku tak yakin kata-kata yang keluar dari mulutku nanti akan bisa masuk di akal.
"Nah, kalau begitu ayo kita pergi!" Ajaknya.
Lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk dan aku bergegas berjalan di sampingnya.
"Wah, kita seperti sedang pacaran kalau begini. Aiaigasa!" Nino bersenandung. Bait awal lagu Tegomass yang berjudul Aiaigasa.
Aku bisa pingsan saat ini juga.
Namun aku tertolong oleh handphoneku yang tiba-tiba berbunyi. Aku mengintip layarnya dan melihat nomor Sayaka muncul kemudian langsung mengangkatnya.
Aku merasakan tatapan Nino saat menerima telepon tersebut.
"Temanmu kenapa?" Tanya Nino segera setelah aku mengakhiri panggilannya.
"Dia nggak jadi pergi. Dia harus antar adiknya ke rumah sakit. Adiknya jatuh pas main bola dan kayaknya tangannya patah." Jawabku sambil mencibir. "Aku lebih baik pulang saja deh sekarang."
"Nah, pas sekali momennya! Kamu lebih baik ikut makan denganku!" Nino tertawa. "Bukan berarti aku senang kalau adik temanmu terkena musibah ya."
Aku menggeleng cepat. "Nggak ah, aku pulang saja!" Meskipun aku ingin, tapi mustahil rasanya aku bisa tahan untuk berlama-lama dengan Nino. Jantungku takkan kuat!
"Ayolah! Sudah nggak ada acara lagi kan setelah ini!" Bujuk Nino.
"Ah, nggak usah. Aku nggak bisa pergi bareng kamu, Ninomiya san. Bagaimana kalau terlihat publik, atau lebih parah lagi paparazzi?" Ada apa dengannya, kenapa ia begitu memaksaku seperti ini?
"Nggak akan kok, aku memaksa nih. Toh kita bisa bilang urusan jimusho kan?" Tiba-tiba ia merangkulku. "Ayo!" Ia menarikku.
Aku kembali tak bisa berkata-kata.
"Aiaigasa no naka de..." Nino terus bernyanyi.***2
* * * T h e E n d * * *
Note:
1. Pengalaman pribadi penulis yang selalu basah kuyup setiap pakai payung lipat Waterfront.
2. Reff Aiaigasa by Tegomass.