[Fics] Illusion [OmiRyu] [PG-13]

Jun 10, 2014 06:08

Title  : Illusion
Characters / Pair   : Tosaka Hiroomi x Imaichi Ryuji
Rating : PG-13 / Angst
Disclaimer : 三代目 J Soul Brothers
Notes : Written in Bahasa Indonesia, may translate it to English later. No summary, I don't feel like to write summary now.


Ilusi.

Distorsi dari sebuah rasa.

"Omi, kau ingin minum sesuatu?" Satu suara membuatnya tersadar dari lamunannya. Suara yang begitu khas dengan nada tinggi dan kesan manja yang tidak terlalu mencerminkan sang empunya jika dilihat dari segi fisik. Tapi, Hiroomi tahu, bahwa sang pemilik suara adalah entitas yang terkadang bisa bersikap manja dan imut. Satu hal yang berhasil membuat dirinya merasa terperangkap dalam sebuah penjara tak kasat mata.

Tidak ada siapapun di ruangan itu, "Ah, ya, ya boleh." Beberapa anggota lain dari grup yang menaunginya tengah pergi keluar ruangan, makan, melakukan massage, pemanasan atau entah sedang melakukan apa selagi menunggu jeda sebelum pertunjukkan mereka dimulai. Yang jelas, yang berada di ruangan ini, saat ini, hanyalah dirinya dan juga seorang pria yang berusia lebih tua beberapa tahun daripada dirinya tersebut. Partnernya sebagai sesama vokalis di sebuah grup yang menaunginya.

Seutas senyuman tipis terlukis rapi di wajah Hiroomi ketika ia memperhatikan bagaimana sang pria yang lebih tua bergerak untuk mengambilkannya sebuah minuman. Sesuatu yang cukup membuatnya merasa begitu senang, walau sesuatu yang dilakukan oleh sang pria adalah sesuatu yang terkesan begitu sederhana. Karena dengan seperti ini ia merasa diperhatikan. Mengingat apa yang diinginkannya selama ini, hanyalah satu perhatian penuh dari entitas yang lebih tua.

Karena itu ia merasa begitu bahagia,

Saat sang pria mengatakan merindukannya beberapa saat lalu.

Apa yang ia lamunkan tadi? Mungkin kau akan bertanya demikian. Yang dilamunkannya adalah satu-satunya sosok yang berada di dalam ruangan ini bersamanya. Sosok yang sama dengan yang membawakannya sekaleng minuman dingin. "Terima kasih, Ima--Ryuji." Hiroomi tersenyum, dahinya mengernyit dalam ketika mulutnya menyebutkan nama kecil sang pria. Terkadang ia ingin menyebutkan nama itu berkali-kali dengan lebih lugas, selugas bagaimana anggota yang lain memanggil nama kecil sang pria atau ketika sang pria menyebutkan 'Omi' berulang kali dengan entengnya. Hiroomi ingin melakukannya, walau kadang apa yang inginkan dan apa yang terucap justru berbeda.

"Aku senang Omi memanggilku demikian," Sebuah senandung keluar dari mulut sang pria. Diperhatikannya bagaimana sosok yang sama kini menghempaskan tubuhnya di atas kursi. Kursi yang kebetulan tepat berada di samping kursi yang didudukinya kini. "Omi jarang sekali memanggilku dengan nama kecil, haha."

"...."

Diremasnya kuat kaleng yang berada di dalam genggamannya. Hiroomi melemparkan kalengnya ke atas meja, sementara tubuhnya ia bawa untuk berdiri, menerjang sosok pria yang ada bersamanya tersebut dengan sebuah pelukan. "..." Hangat. Tubuh yang berada di dalam pelukannya itu terasa begitu hangat. Ditundukkannya wajah. Membenamkannya di antara lekuk leher dan bahu milik sosok yang lebih tua beberapa bulan darinya tersebut. Dirasakannya bagaimana sebuah sentuhan diberikan oleh jemari yang lebih tegas darinya tersebut pada lengan miliknya. Napasnya memberat seirama dengan detak jantungnya yang berdetak dengan ritme yang cukup cepat. Ada satu pertanyaan yang terlintas di kepalanya, walau pada akhirnya pertanyaan itu tak pernah terlepas keluar dari mulutnya,

Kenapa?

Kenapa kau tak memintanya?

Untuk memanggilmu dengan nama kecil.

Padahal ia akan melakukannya dengan segera dan mengatakannya sebanyak yang kau inginkan, asal kau meminta. Kenapa kau tidak pernah meminta padanya? Untuk yang satu itu. Tidak tahukah kau seberapa putus asanya dan menyedihkannya dirinya jika sudah berhubungan dengan dirimu?

"Omi kau kenapa?"

Kau sudah tahu jawabannya.

Hiroomi mengangkat wajahnya. Sepasang irisnya menatap lurus sang pria. Entah apa ia berharap agar sang pria sadar betapa putus asanya dirinya atau tidak, karena ia tidak berusaha menutupi rasa putus asa itu dari sang pria. "Ryuji.." Disebutkannya nama itu sekali lagi. Tangan kanannya bergerak perlahan dan menyentuh lembut sisi wajah sang pria, mengarahkannya untuk menghadap ke arahnya. Bisa didengarnya bagaimana tawa keluar dari mulut Ryuji ketika wajahnya terus mendekat kepada wajah sosok tersebut. Sebuah tawa yang keluar dan mengatakan sesuatu yang bahkan tidak bisa ditangkap dengan jelas oleh kedua indera pendengarannya.

...

Disentuhkannya bibir pada kulit bibir sang pria lembut. Tekstur khas dari seorang Imaichi Ryuji segera dirasakan olehnya. Dimiringkannya wajah agar Hiroomi dapat lebih mudah meraup bibir pria yang lebih tua darinya itu. Mulut membuka ringan, sapuan berubah menjadi raupan. Diraupnya bibir bagian bawah sang Imaichi perlahan. Hiroomi mengulurkan tangan kirinya untuk menyentuh meja yang ada. Menopangkan berat tubuhnya ke sana selama ia terus fokus meraup bibir milik Ryuji.

Tidak ada balasan yang didapatkan olehnya. Sang pria terkesan pasif dan membiarkan dirinya untuk terus melakukan apa yang diinginkannya. Sementara ia perlahan mulai menunjukkan rasa frustasinya dengan meraup bibir sang pria dalam sebuah sentuhan yang jauh lebih intens daripada sebelumnya. Rasanya, semakin lama ia bisa menjadi gila. Gila karena satu sosok bernama Imaichi Ryuji. Gila karena seluruh perasaannya yang ia berikan pada pria yang lebih tua. Dan gila, karena di tiap sentuhannya ia terus berharap agar apa yang dirasakannya saat ini bukanlah sebuah ilusi yang bisa hilang kapan pun juga ia tersadar dari lamunannya.

Walaupun seperti ini,

Walau seperti ini sekalipun ia bisa merasakan sedikit rasa bahagia dan ketakutan yang bercampur aduk menjadi satu. Hiroomi bahagia, karena ia bisa memiliki sosok sang pria sebagai pendampingnya, namun ia ketakutan, jika ternyata hubungan yang terjalin di antara mereka berdua hanyalah sebuah ilusi yang terbentuk dari pengharapannya belaka. Mengingat tak pernah sedikit pun ia mendapatkan pernyataan pasti dari sosok sang pria. Apa sang pria mencintainya atau tidak? Apa pernah sang pria merasa cemburu padanya? Mengingat sosok yang lebih dewasa darinya tersebut tidak pernah mengungkapkannya sedikit pun padanya. Sementara ia, dengan mudahnya mengucapkan apa yang dirasakannya tiap kali sang pria meminta.

Ia lemah.

Lemah terhadap seorang Imaichi Ryuji.

Dilepasnya tautan yang sempat terjadi di antara dirinya dan Ryuji. Hiroomi kembali menjauhkan wajahnya. Sepasang iris menatap nanar sang pria. Ibu jarinya perlahan menyeka tetesan saliva yang mengalir di sudut bibir milik Ryuji. "Omi, sudah puas melakukannya?" Gerakan ibu jarinya terhenti saat ia mendengar sebuah pertanyaan meluncur keluar dari bibir Ryuji. Sepasang kelamnya bisa menangkap bagaimana sebuah senyuman terpasang rapi di wajah sosok yang lebih tua beberapa bulan darinya tersebut.

Sebuah sentuhan kini dirasakannya di sudut wajahnya. Ia merasakan bagaimana jemari dengan tekstur khas seorang lelaki tersebut bergerak di kulitnya. Sentuhan yang menyenangkan. "Omi benar-benar mencintaiku ya?" Tawa kecil keluar dari mulut sang pria. Hiroomi menganggukkan kepalanya, "Ya..." Ia mencintaimu lebih daripada siapapun bisa mencintaimu. Itu satu-satunya keyakinan yang ia miliki.

"Aku mencintaimu."

Ilusi.

Rasanya ia tidak akan pernah keberatan jika apa yang terjadi di antara dirinya dan Ryuji hanyalah sebuah ilusi. Selama jangan pernah sadarkan dirinya bahwa apa yang selama ini terjadi di antara dirinya dan Ryuji adalah sebuah ilusi belaka. Biarkan ia tenggelam dalam ilusi tersebut. Bahkan jika ilusi itu membuatnya merasa gila dan frustasi sekali pun.

Jangan sadarkan dirinya.

Karena, ia begitu mencintai sang ilusi.

***

!fic:3jsb, 三代目 J Soul Brothers, !fic:angst, imaichi ryuji, !fic:omiryu, !fic:indonesia, fics, tosaka hiroomi, !fic:fanfic

Previous post Next post
Up