Title : Friends Forgive 6/
Pairing : Friendship!KiHyun, Wonkyu, Changbum, Sibum, Cousin!ChangKyu, a little bit YunJae
Disclaimer : all casts are belong to their self and God
Warning : Un-betaed which typos everywhere, Genderswitch
Summary : Friendship is the next thing close to you after your family
Previous Chapter
“Aku tanya sekali lagi Kyuhyun. Aku atau Siwon?” Kyuhyun melihat antara Kibum dan Siwon. Yang satu adalah sahabatnya sejak kecil yang selalu berbagi suka dan duka dengannya. Sedangkan yang satunya lagi adalah orang pertama yang dapat membuat hatinya berbunga-bunga dan membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Orang pertama yang membuatnya tidak bisa berpikir hal lain kecuali dia. Kyuhyun bingung harus memilih yang mana. Namun, jika dia harus memilih maka, dia akan memilih orang itu.
“Aku..”
( 。・_・。)人(。・_・。 )
Siwon P.O.V
Seumur hidupku aku tidak pernah mengalami permasalahan yang rumit sekarang ini. Sungguh membuatku harus menguras pikiran dan perasaan untuk mengatasinya karena aku mungkin termasuk tipe orang yang gampang mengalah jika sudah dihadapakan pada situasi yang sulit seperti ini. Aku tipe orang yng tidak mau terlalu terlibat dengan drama yang tidak perlu. Namun situasi yang kuhadapi sekarang membuatku mau tidak mau harus berpikir dua kali lebih keras dari biasanya agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks dari ini.
Mendengar keinginan Kibum yang meminta agar Kyuhyun mau memilih antara aku dan dia membuatku cemas, karena aku tahu secara pasti bagaimana perasaan Kyuhyun terhadap Kibum. Aku juga sering dengar jika perempuan biasanya akan memilih sahabatnya sendiri daripada kekasihnya atau laki-laki yang sedang diperebutkan. Aku semakin cemas, karena menurutku, walaupun Kyuhyun terlihat kuat dan tegas namun sesungguhnya dia sangat rapuh dan gampang untuk berubah pikiran. Buktinya, aku harus berkali-kali meyakinkannya bahwa dia mencintaiku dan untuk tidak lari dari perasaannya dan sekarang, Kyuhyun harus dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, yang terkait dengan Kibum.
Jujur, aku ingin Kyuhyun untuk memilih diriku. Jujur, aku ingin Kyuhyun mau berada disisiku karena kami baru saja menyatakan bahwa kami saling mencintai. Kami baru saja memutuskan untuk bersama. Namun dengan situasi seperti sekarang ini aku menjadi khawatir apakah kebersamaan kami akan berakhir sebelum kami sempat untuk merasakannya?
Melihat ketegangan dan kebingungan diwajah manis Kyuhyun membuatku merasa menjadi lelaki paling payah. Aku tidak bisa membuat Kyuhyun tersenyum seperti saat aku pertama kali bertemu dengannya. Sejak aku mengungkapkan perasaanku, Kyuhyun lebih banyak murung, gugup, bingung, karena dia takut melukai hati Kibum jika Kibum mengetahui perasaannya terhadapku. Memang ada saat-saat Kyuhyun bisa tersenyum dengan indah dan lepas ketika bersamaku, namun tidak sebanyak ketika dia bersama dengan Kibum. Terkadang aku berharap, jika saja Kibum bisa mengerti bahwa cinta kami terjadi begitu saja tanpa adanya kesengajaan untuk melukai hatinya, mungkin saat ini Kyuhyun bisa memberikan senyum termanisnya padaku juga pada Kibum.
Sejak aku mendengar keinginan Kibum keluar dari mulutnya, aku tahu bahwa keputusan bukan ada ditangan Kyuhyun, melainkan ada ditanganku. Aku yang harus memilih apakah aku akan bersikeras dengan keputusan awalku untuk tetap memilih Kyuhyun dan membiarkan Kyuhyun menderita karena kehilangan sahabatnya, atau aku memilih untuk membahagiakan keduanya.
“Aku…” Suara Kyuhyun membuyarkan lamunanku. Suara sedih dan letihnya karena harus mengalami emosi naik turun seperti ini membuatku memantapkan keputusanku. Keputusan ini berat untukku. Keputusan ini sulit untukku. Keputusan ini menyakitkan untukku. Tapi hanya satu orang yang ada dihati dan pikiranku saat ini. Orang itu adalah Kyuhyun. Aku tak mau jika dia yang harus menanggung beban ini.
“Sudahlah Kyu. Kau tidak usah memilih diantara kami. Itu tidak perlu.”
“Wonnie! Apa maksudmu, Kyuh…” Kibum terdengar kesal karena kau berkata seperti itu. Namun sebelum dia berbicara lebih lanjut, aku memotong ucapannya.
“Kyuhyun tidak perlu memilih antara kau dan aku Kibum, karena akulah yang akan mundur.” Sahutku tegas. Aku bisa melihat keterkejutan dari kedua wajah gadis jelita tersebut, membuat kedua mata indah mereka terbelalak dengan sempurna. Hhh, jika saja kami berada di situasi yang berbeda, aku akan tertawa geli karena wajah terkejut mereka saat ini sangat lucu sekali. Namun, aku tidak bisa main-main sekarang. Jika memang salah satu dari kami harus mengalah, maka akulah orang itu. Tapi kali ini aku mengalah bukan karena aku tidak mau terlibat lebih jauh dengan masalah kami, namun karena aku tidak mau jika Kyuhyun harus terluka lebih dari yang dia alami sekarang.
“Apa maksudmu, Siwon?! Kau akan melepaskan Kyuhyun begitu saja setelah kau baru saja dengan berani menyatakan cintamu padanya didepanku. Kau…?!” teriak Kibum melampiaskan kekesalannya padaku. Aku sempat tertengun dengan teriakannya tadi. Aku tidak pernah melihat Kibum semarah itu kecuali tadi di taman bermain saat dia melampiaskan kemarahannya kepada Kyuhyun dan sekarang dia melampiaskan kepadaku. Tetapi ada sedikit yang berbeda dari perkataan Kibum kali ini. Aku merasa Kibum marah kepadaku bukan karena dia merasa aku mengganggu keinginannya untuk membuat Kyuhyun memilih salah satu diantara kami, namun karena aku dianggap mempermainkan perasaan Kyuhyun. Jika itu benar, apakah ini berarti Kibum masih menyayangi Kyuhyun sama seperti Kyuhyun menyayanginya.
“Aku mencintai Kyuhyun, Bummie. Dan karena aku mencintainya, aku tak mau dia menderita karena harus memilih salah satu diantara kita. Dia menyayangimu Kibum. Mungkin lebih dari sayangnya padaku. Jadi daripada dia yang memilih, lebih baik aku yang mundur.” Jelasku pada Kibum. Aku sesekali melirik kearah Kyuhyun dan apa yang tersaji dihadapanku membuat hatiku perih. Kyuhyun menatapku seakan aku telah mengkhianatinya. Ah, tidak. Aku memang telah mengkhianatinya. Aku, yang telah berjanji akan memperjuangkan cinta kami, lebih memilih untuk menyerah karena tidak mau Kyuhyun terluka dengan permintaan Kibum. Matanya yang berkaca-kaca menahan sekuat tenaga tangisnya membuatku ingin segera menghampirinya dan memeluknya. Tetapi aku mengurungkan niatku karena aku masih harus berhadapan dengan Kibum.
“Kau..!” terlihat Kibum yang benar-benar tersulut amarahnya. Namun dalam kemarahannya itu, Kibum sesekali melihat kearah Kyuhyun yang masih terus memandangku. Kibum menatap Kyuhyun dengan pandangan matanya yang cemas. Ah, ternyata dugaanku benar. Kibum memang masih menyayangi Kyuhyun. Aku kembali memusatkan perhatianku pada Kibum. Aku melihat dia mengepalkan kedua tangannya erat. Mungkin menahan agar tidak menamparku seperti tadi siang saat dia menampar Kyuhyun.
“Lagipula, bukankah kau yang menginginkan agar aku tidak dekat dengan Kyuhyun sehingga membuat permintaan konyol seperti itu. Kau tahu benar bahwa Kyuhyun tidak mungkin bisa memilih diantara kita berdua. Kalau pun dia harus memilih, dia pasti memilihmu.” Lanjutku lagi sambil memasukkan kedua tanganku kedalam saku celanaku. Aku mungkin tampak menyebalkan di mata Kibum namun sebenarnya aku gugup dengan semua ini. Aku berusaha agar Kibum bisa melihat bahwa dia salah telah membuat permintaan seperti itu kepada Kyuhyun. Kyuhyun benar-benar menyayanginya. Dia tidak ada maksud sama sekali untuk merebutku dari Kibum.
“Hah..! Darimana kau tahu itu?! Jangan sok tahu Siwon! Jelas-jelas aku mendengar dia juga mencintaimu. Bisa saja Kyuhyun memilihmu bukan?!” Kibum mencoba mempertahankan pendapatnya. Dia masih menganggap bahwa Kyuhyun akan memilih diriku karena Kyuhyun mencintaiku. Aku baru saja akan menyanggah perkataan Kibum saat aku mendengar suara lirih Kyuhyun memutuskan argumen kami.
“Tidak Bummie.” Kibum yang juga mendengar suara pelan Kyuhyun perlahan menoleh kearah Kyuhyun. Wajahnya menyiratkan kebingungan dengan perkataan Kyuhyun.
“Kyu?” panggilnya seakan meminta penjelasan. Kyuhyun tersenyum kecil walaupun ada seraut kepedihan didalam senyumnya itu.
“Sebenarnya aku memang memilihmu.” Ucapnya yang membuat Kibum membelalakkan matanya sekali lagi.
“Aku pasti akan selalu memilihmu, Bummie. Apapun, dimanapun, kapanpun. Kau sudah seperti saudara bagiku. Bagaimana mungkin aku bisa memilih orang lain jika dibandingkan denganmu, Bummie..” jelas Kyuhyun sambil melangkahkan kakinya ke arah Kibum. Kibum benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kyuhyun. Aku merasa Kibum lupa bahwa persahabatan mereka tidak mungkin bisa diputuskan begitu saja. Dan aku rasa sebenarnya dilubuk hati Kibum yang paling dalam, dia pun tidak bersungguh-sungguh ingin mengakhiri persahabatannya dengan Kyuhyun. Hanya saja, setiap orang pasti memiliki saat untuk menjadi tidak logis seperti yang dialami Kibum. Walaupun sekali lagi aku tidak menyangkal bahwa ketidaklogisan Kibum sekarang ini disebabkan olehku.
“Apa ini? Kau..” aku tersadar saat Kibum masih dengan kebingungannya memanggil Kyuhyun pelan. Tampak amarah dan kepedihan Kibum yang awalnya sangat terlihat berangsur-angsur mulai menghilang. Apalagi saat Kyuhyun dengan hati-hati mulai memeluk Kibum walau Kibum tidak membalas pelukan itu. Airmata kedua gadis itu mengalir begitu saja.
“Aku sayang padamu Bummie. Sayang sekali. Maafkan aku yang terbuai dengan cintaku pada Siwon. Karena seberapa besarnya cintaku padanya, takkan membuatku tega untuk melukaimu. Percayalah padaku.” Kyuhyun terus memeluk erat Kibum. Kibum masih belum membalas pelukan Kyuhyun. Dia hanya terdiam mematung ditempatnya. Lalu, tiba-tiba Kibum mendorong kasar Kyuhyun dari dirinya. Beruntung aku masih berdiri didekat Kyuhyun sehingga aku masih sempat menangkap tubuhnya sebelum dia jatuh ketanah dengan cukup keras.
“Kau tidak apa-apa Kyu?”
“Aku baik-baik saja.”
“Kibum!! Apa-apaan kau ini?! Kalau Kyuhyun jatuh bagaimana?!”
“Kau yang apa-apaan?! Memangnya kenapa kalau dia jatuh?! Bukan urusanku!”
“Kibum!!”
“Apa maksud kalian berdua, hah? Yang satu memilihku karena menganggap aku sahabatnya dan tidak mau melukaiku. Yang satu memilih mundur untuk tidak menyakiti pujaannya. Kalian pikir aku bodoh! Kalian mau membuatku merasa menjadi orang yang paling jahat karena telah memisahkan kalian, bukan?! Kalian yang lebih dulu memulai kekacauan ini. Kenapa sekarang kalian justru melimpahkan semua kesalahan padaku?!” Kibum mendadak meneriakkan hal tersebut didepan wajahku dan Kyuhyun. Aku tidak sadar bahwa Kibum sudah berdiri didepan kami seperti ini.
“Huh.. Ternyata memang benar apa yang kau bilang tadi di tempat bermain Siwon. Seharusnya memang aku tidak hanya menyalahkan Kyuhyun. Seharusnya aku juga menyalahkan dirimu! Kalian benar-benar keterlaluan!!” teriaknya lagi. Aku bisa melihat airmata Kibum semakin deras mengalir.
Sesat setelah Kibum mengatakan hal tersebut pada kami berdua, dia menundukkan kepalanya sambil terisak-isak. Aku merasakan ketegangan dari Kyuhyun. Aku menggerakkan tubuhku sedikit agar bisa melihat Kyuhyun dan yang kulihat benar-benar menusuk hatiku. Kyuhyun juga menangis sambil menutup mulutnya. Wajahnya menunjukkan penyesalan yang mendalam. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Setiap keputusan yang kuambil selalu membuat kedua gadis ini terluka.
“Aku tak tahan lagi.” Setelah mengucapkan kata itu, Kibum beranjak pergi memasuki rumahnya lagi, tak dihiraukannya panggilan-panggilan Kyuhyun. Kibum seakan menutup kedua telinganya dan terus melangkah meninggalkan kami berdua sampai kami tidak melihat lagi sosok Kibum.
“Bummie…Bummie…” Kyuhyun tak bisa lagi menahan tubuhnya. Dia terjatuh ditanah dan terus memanggil Kibum dengan isakannya. Aku tak tega melihat dia seperti itu, berusaha mengangkat tubuhnya dari tanah.
“Kyuhyun, ayo bangun. Jangan begini.” Aku berhasil mengangkatnya tapi dia masih terus menangis dan terus memanggil Bummie. Aku menjadi sangat bersalah melihat keadaan Kyuhyun seperti ini. Mengapa sulit sekali untuk bisa jujur pada cintaku? Mengapa sulit sekali untuk bisa bersama dengan orang yang kucintai?
“Bummie, Wonnie.. Bummie.. hikss..hikss.. Dia benci padaku… Kenapa… hikss…hikss.. Kken..kenapa dia mm..masih marah pad..padaku… Pp..pad..padahal.. Ak..aku ss..suda..sudah.. memi..memilihnya..K..Ke..kenapa?” Kyuhyun masih saja terus terisak sambil terus menanyakan kenapa Kibum tidak mau memaafkannya. Aku hanya bisa memeluk Kyuhyun dan membelai lembut rambutnya. Aku berusaha mengajaknya untuk pulang, karena sepertinya Kyuhyun sudah terlalu lelah dengan keadaan ini, tapi dia terus memaksa untuk terus berada disini.
“Ayo Kyu, kita pulang…” Aku mencoba lagi namun Kyuhyun tetap saja menolak. Dia bersikeras untuk tetap ada disini sampai Kibum mau menemuinya dan memaafkannya.
“Ti..tidak.. Ak..aku.. a..akan..hikss.hikss…d..disini.. sss..sam..sampai Bummie..m.mau memaa…memaafkanku.”
“Kyuhyun..” Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk membuatnya pulang. Sampai satu suara menyadarkan kami berdua.
“Sebaiknya kau pulang Kyu.” Aku menoleh untuk mengetahui siapa yang berbicara dan menemukan Changmin-shi sudah berdiri tidak jauh dari kami dengan senyuman yang agak dipaksakan.
“Changmin-shi!”
“Minnie!!”
End Siwon P.O.V
( 。・_・。)人(。・_・。 )
Changmin P.O.V
“Changmin-shi!”
“Minnie!!” Kyuhyun yang melihatku langsung melepaskan dirinya dari Siwon dan menerjangku dan memelukku erat. Beruntung aku sudah menduga dia akan melakukan hal tersebut, karena kalau tidak, mungkin kami akan terjerembab ke tahan dengan suksesnya.
“Sshh.. It’s okay.. Kibum hanya butuh waktu untuk sendiri Kyu. Dia masih emosi sekarang. Sekarang sebaiknya kau pulang dulu. Namun sebelum itu, hapus airmatamu. Kau tidak ingin orangtuamu melihatmu seperti ini bukan?!” Aku membalas pelukan Kyuhyun dan mencoba membujuknya. Sepupuku yang satu ini, diluar saja terlihat galak, kuat, dan evil. Namun sesungguhnya hatinya mudah terluka, apalagi jika ada sangkut pautnya dengan Kibum. Aku mengerti hal ini berkaitan dengan Kibum, karena saat aku datang tadi, aku sempat melihat ada beberapa orang didepan rumah Kibum. Setelah aku memarkirkan mobilku didepan rumah Kyuhyun, aku mendekati rumah Kibum dan aku melihat Kibum, Siwon dan Kyuhyun sedang beragumen dan tampak sekali bahwa Kibum terlihat sangat kesal.
Aku mendekati mereka namun menjaga jarakku agar tidak ketahuan jika aku berada dekat dengan mereka. Aku mendengar semua pembicaraan mereka dan melihat saat Kibum mendorong secara kasar Kyuhyun sehingga hampir jatuh ketanah jika tidak ditahan oleh Siwon. Aku melihat Kibum yang sangat marah namun ada sebersit kekecewaan di raut wajahnya. Aku mengerti kenapa dia bersikap begitu. Dia pasti merasa telah dikhianati oleh sahabat yang bahkan sudah dianggap adik sendiri. Disatu sisi, aku iba dengan Kibum, tapi disisi yang lain aku tak bisa menyalahkan Kyuhyun dan Siwon yang saling mencintai. Rasa itu bukan sesuatu yang mereka sengaja tumbuhkan. Rasa itu datang begitu saja.
Kyuhyun terus saja menangis, membasahi kaos yang yang aku pakai. Aku bisa memahami perasaannya saat ini. Kibum secara terang-terangan berkata bahwa dia sudah tidak tahan lagi. Aku yakin secara tidak langsung, Kyuhyun merasa Kibum sudah tidak tahan dengannya lagi. Melihat keadaan sepupuku seperti ini, aku merasa sepertinya ada untungnya juga aku mengikuti instingku untuk datang kerumah Kyuhyun. Dia butuh dukungan dan tempat untuk bersandar. Bukan aku tidak percaya bahwa Siwon mampu melakukannya kepada Kyuhyun, namun untuk saat ini mungkin lebih baik jika aku yang menjadi tempat bersandarnya. Karena masalah ini juga melibatkan Siwon.
“T..tapi..hikss..hikss.. Minnie.. Bummie..A..aku.. hh..harus.. bicara…” Kyuhyun yang terisak masih keras kepala ingin bicara dengan Kibum sekali lagi. Anak ini jika sudah ada maunya selalu begitu. Aku menghela nafas karena pasti akan sulit untuk membujuk Kyuhyun pulang, tapi Siwon benar. Kyuhyun harus pulang. Dia sudah terlihat lelah, tenaganya sudah terkuras habis karena menangis dan menahan beban secara emosional.
“Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bicara dengan Kibum, Kyu. Kau pulang dulu.” Bujukku halus sambil melepaskan pelukanku dan menghapus bekas airmatanya.
“Tapi Minnie..”
“Begini saja, jika kau mau pulang sekarang, aku janji akan bicara dengan Kibum. Aku akan coba agar dia mau bicara denganmu. Setuju?” usulku. Memotong ucapan Kyuhyun. Dia tidak akan beranjak dari tempat ini jika aku tidak mengusulkan itu, walaupun aku juga tidak tahu bagaimana caranya agar dapat berbicara dengan Kibum. Kyuhyun tampak ragu sesaat, tapi akhirnya aku bisa melihat dia mengangguk dan menghapus sisa airmatanya sendiri.
“Oke. Sekarang pulanglah.” Sahutku meminta agar Kyuhyun segera pulang. Kyuhyun melihat sejenak kearah rumah Kibum lalu kearah Siwon. Dia tidak berkata apa-apa pada Siwon, hanya memandangnya saja. Kemudian Kyuhyun mulai beranjak pergi pulang kerumahnya sendiri. Aku terus memperhatikan Kyuhyun sampai aku memastikan dia masuk kedalam rumahnya. Lalu aku berbalik dan menatap Siwon yang raut wajahnya tak kalah kusut dengan Kyuhyun. Aku merasa iba pada Siwon, karena bagaimana pun besarnya kesalahan pria satu ini, yang dilakukannya hanya mengikuti apa kata hatinya, walaupun itu menyakiti hati orang lain. Apalagi ketika dia mengambil keputusan, yang menurutku sangat bodoh, untuk mundur demi kelangsungan persahabatan Kyuhyun dan Kibum. Siwon merasakan kalau aku memperhatikannya dari tadi. Dia menghela nafas panjang dan menatapku dengan senyuman terpaksa yang terpapar jelas di wajahnya.
“Terima kasih Changmin-shi. Aku tidak tahu harus berkata apa agar Kyuhyun mau pulang. Tampaknya aku memang belum bisa memahami Kyuhyun sepenuhnya.” Ucapnya pelan dan agak sedikit menyesali bahwa dia tidak bisa membujuk Kyuhyun untuk pulang. Aku tertawa kecil menanggapi tingkah laku Siwon. Dia benar-benar hanya memikirkan Kyuhyun, sampai-sampai dia menjadi rendah diri seperti ini.
“Ah, jangan panggil aku dengan embel-embel shi. Panggil Changmin saja, Siwon. Lalu soal Kyuhyun tadi, aku hanya lebih mengenalnya saja. Aku ini sepupunya. Sudah pasti aku lebih mengetahui bagaimana Kyuhyun itu. Wajar jika kau belum bisa membujuknya. Kau memang baru mengenalnya bukan?!” hiburku pada Siwon yang memang kelihatannya sudah sangat bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Aku menepuk pundaknya, memberikan sedikit dukungan padanya untuk bisa tegar menghadapi permasalahan ini.
“Kyuhyun itu seperti open book. Tidak akan terlalu sulit untuk bisa memahaminya.” Ucapku lagi sambil tersenyum dan tampaknya senyumku itu punya pengaruh juga karena akhirnya Siwon bisa tersenyum seperti biasa.
“Terima kasih sekali lagi Changmin. Jika, kau tidak ada sekarang, aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Aku baru sekali ini mendapat masalah rumit memakai perasaan seperti ini.”
“Yah masalah cinta memang menyulitkan semua orang. Terutama jika persahabatan taruhannya.”
“Semua salahku.” Ucap Siwon menyalahkan dirinya sendiri. Ah kenapa sih, semua orang yang sedang dalam masalah cinta begini selalu menyalahkan dirinya sendiri. Tak bisakah mereka mengesampingkan emosi dan ego mereka untuk sebentar saja.
“Tidak juga. Kau tidak bisa menghentikan cinta yang datang begitu saja bukan?! Walaupun itu cinta terlarang.” Aku menyuarakan pendapatku, karena entah aku beruntung atau tidak, aku termasuk orang yang tidak mau terlalu berlarut-larut dengan perasaan negatif seperti mereka.
“Ya, Seandainya saja aku bertemu Kyuhyun terlebih dahulu, mungkin akan lain ceritanya.”
“Wah, aku tak bisa berkomentar untuk soal itu, karena menurutku semua sudah diatur. Jika kau tidak bertemu dengan Kibum, apa mungkin kau akan bertemu dengan Kyuhyun. Maaf saja, aku bukan orang yang percaya dengan istilah kebetulan.” Siwon tertawa kecil mendengar ucapanku. Dia hanya mengangguk-angguk tanpa membalas perkataanku tadi, karena mungkin dalam hatinya dia merasa aku ada benarnya juga.
“Ya, walaupun aku bicara begitu, tak bisa kupungkiri aku juga pernah berpikir yang sama.”
“Maksudmu?” Siwon menatapku dengan pandangan penuh tanda tanya. Aku terkekeh geli melihatnya. Aku menepuk pundaknya sekali lagi sebelum aku menjawab pertanyaannya.
“Aku juga sempat berpikir, seandainya aku yang bertemu dengan Kibum terlebih dahulu, dia pasti tidak akan sakit hati seperti ini.”
“Kau..” Aku semakin geli dengan reaksi Siwon yang menurutku agak berlebihan. Dia membuka mata dan mulutnya lebar-lebar, tidak pecaya dengan apa yang baru saja aku katakan.
“Kasusku sama denganmu. Bedanya kau dan aku bukan sahabat..” Lanjutku lagi. Kami terdiam beberapa saat, lalu seketika itu juga kami tertawa bersama. Sepertinya Siwon agak sedikit terlepas dari kepenatannya saat dia tertawa bersamaku. Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Kami kemudian menarik nafas, menetralkan diri kami dari tawa tadi. Setelah tawa kami reda, Siwon menatapku lagi walau sekarang bisa terlihat dia agak sedikit tenang.
“Lalu bagaimana sekarang? Aku tak mungkin bisa dekat dengan Kibum lagi. Aku juga tak tahu apakah Kyuhyun masih mau bertemu denganku setelah ini.”
“Aku rasa sebaiknya, kalian menjaga jarak dulu. Biarkan Kibum tenang. Dan seperti janjiku tadi, aku akan coba berbicara dengannya. Walaupun aku juga tidak tahu apakah hal itu akan berhasil.” Saranku padanya. Siwon pun mengangguk setuju. Dia lalu melihat kearah rumah Kyuhyun seakan dia tidak akan pernah bisa kembali lagi kesini. Aku meremas pundaknya, menyadarkan dia dari lamunan, yang aku yakin pasti hal-hal sedih, sebelum dia terlalu berpikir yang tidak-tidak. Dia kembali menatapku sambil tersenyum padaku.
“Terima kasih Changmin. Aku tak tahu harus membalasmu seperti apa.”
“Tidak perlu seformal itu. Aku melakukan ini demi Kyuhyun. Dia sudah seperti saudaraku sendiri. Aku tak tahan jika harus melihat dia menangis terus beberapa waktu ini. Dia bukan seperti Kyuhyun yang aku kenal.”
“Lalu kau dan Kibum…”
“Aku tak pernah berharap apa-apa darinya. Melihat dia bahagia sudah cukup untukku. Aku tidak akan mengambil dia dari siapapun juga jika memang dia sudah mempunyai kekasih. No offence Siwon.”
“Non taken.” Kami tertawa lagi walau hanya sebentar. Lalu tiba-tiba Siwon mengubah arah pembicaraan kami dengan menanyakan maksud kedatanganku kesini.
“Tadinya aku kemari ingin mengambil beberapa buku dan gameku yang dipinjam Kyuhyun. Tapi aku malah menemukan drama disini.” Jawabku mencoba membuat suasana tidak terlalu tegang, namun hal tersebut justru membuat Siwon terlihat kembali muram. Ah bagus sekali Changmin. Kau justru membuat dia mengingat kembali situasinya dengan Kibum dan Kyuhyun. Aku menghela nafas lalu menunjuk kearah mobil Siwon yang diparkir tak jauh dari rumah KIbum.
“Sudahlah, sebaiknya kau juga pulang Siwon. Kau kelihatan sangat lelah.” Siwon pun hanya mengangguk sebagai jawaban dan beranjak pergi ke mobilnya. Namun sebelum dia terlalu jauh, dia sempat berbalik dan tiba-tiba berjalan kembali kearahku lalu memberikan aku pelukan ringan antar teman walau hanya sebentar.
“Terima kasih sekali lagi, I owe you one.”
“Yeah, and you better paid it.”
“Hahaha, kalau begitu aku pulang dulu.” Siwon kemudian berjalan menuju mobilnya kemudian mengemudikannya ke jalanan. Dia sempat melambai kepadaku sebelum mengemudikan mobilnya menjauhi rumah Kibum.
Aku berdiri didepan rumah Kibum, memandang mobil Siwon sampai hilang di persimpangan jalan. Sejenak aku terdiam, memikirkan cara untuk bisa berbicara dengan Kibum karena jujur, semua ini bisa terselesaikan jika mereka mau mengesampingkan ego dan berbicara dengan hati dan pikiran yang tenang. Walau mungkin akan sangat sulit untuk bisa merealisasikan hal tersebut menjadi kenyataan. Aku menatap rumah Kibum, lalu rumah Kyuhyun dan arah menghilangnya mobil Siwon tadi sambil mengeleng-gelengkan kepalaku dan menghela nafasku.
“Hhh… Mereka semua bodoh.”
End Changmin P.O.V
TBC
( 。・_・。)人(。・_・。 )
Notes : Hhh.. Maaf buat yang kecewa sama chapter ini. Memang kali ini, agak sedikit pendek dan kurang greget. No excuses, completely my fault. Bagi yang masih setia dengan FF ini, terima kasih banyak. Update untuk next chapter masih dalam tahap penyelesaian, jadi ditunggu saja ya.
Walaupun, chapter ini tidak sesuai dengan harapan (mungkin sih.. tergantung pendapat readers), akan sangat menyenangkan dan membahagiakan (kata-katanya puitis banget) jika amazing readers masih mau untuk terus mendukung FF ini sampai akhir nanti.
Terakhir, seperti biasa tinggalkan jejak dengan comment atau CC. Kalau mau kasih flame, monggo… Tapi jangan berbau SARA dan keluarga ya. Tetap dalam lingkup ceritanya saja. Jangan juga fanwar, membashing pairing lain, etcetera..etcetera.. You get the picture people.
Sankyu and Peace all
^^ n4oK0 ^^