Pairing: Takuya x Yusuke Rating: M (16+; based on FictionRatings.com) Genre: Shounen Ai, Romance, Slice of Life, Alternate Universe
[Kiss]Takuya menyipitkan matanya yang baru saja terbuka tatkala sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah gorden kamarnya tepat mengenai kedua bola netra miliknya. Ah! Tampaknya ia bangun kesiangan. Ia mengerjap beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya yang sebagian masih berada di alam mimpi.
Takuya mencoba bangkit dari posisi berbaringnya namun gerakannya terpaksa tertahan oleh tangan milik seseorang yang masih terlelap di sampingnya. Iapun menoleh. Seperti yang selalu terjadi sebelumnya, ia mendapati sosok pemuda yang telah kurang lebih dua tahun ini tinggal bersamanya, masih pulas sambil melingkarkan lengan kirinya yang kekar pada pinggang Takuya. Meski ia hampir selalu dapat menatap wajahnya, namun Takuya tak pernah bosan menempatkan pandangannya pada pemuda yang lebih muda satu tahun darinya itu.
Takuya menggerakkan tangannya dan menempelkannya perlahan pada rahang sosok yang masih belum terganggu dari alam mimpinya itu. Kedua ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman manis seiring dengan degub jantungnya yang mengalami akselerasi setiap kali maniknya menangkap sang lelaki yang selalu dicintainya tersebut.
“Yusuke…” gumam Takuya memanggil nama sang pemuda. Pemuda bernama Yusuke itu tak berreaksi. Hanya deru napasnya yang teratur yang tertangkap gendang telinga Takuya.
Takuya mendekatkan wajahnya pada Yusuke perlahan. Beberapa senti sebelum bibirnya mendarat pada bibir Yusuke, Takuya berhenti dan mengamati paras Yusuke lekat-lekat. Garis wajah Yusuke yang tegas membentuk rahangnya membuat Takuya semakin tergoda untuk menyentuhnya. Tetapi perhatian Takuya segera teralih pada lengan Yusuke yang bebas. Ia mengarahkan tatapannya pada ujung lengan kanan Yusuke yang berada di atas bantal yang tadinya menjadi alas kepala Takuya. Ponsel pintar milik pemuda yang menyukai warna kuning tersebut tergeletak tidak jauh dari jemarinya. Takuya seolah dapat menebak mengapa benda itu bisa berada di sana saat ini. Ia kembali melemparkan tatapannya pada lelaki yang sama sekali belum mengubah posisinya sedari tadi. Ekspresi yang ditunjukkan Takuya sedikit berbeda dengan sebelumnya, meski ia tahu Yusuke tak akan melihatnya.
Dengan cemberut, Takuya menuntaskan apa yang tadi hendak dilakukannya. Kecupan kilat dari bibir Takuya berhasil mendarat di bibir Yusuke yang masih terkatup. Takuya segera menyingkirkan lengan Yusuke dari pinggangnya, tanpa peduli apakah hal itu akan membangunkan Yusuke atau tidak.
Takuya melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka sebelum berpindah ke dapur dan menyiapkan sarapan. Dengan telaten, tangannya bergerak menanak nasi dan mencuci sayuran serta daging yang baru dikeluarkannya dari lemari pendingin.
Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga bahkan sebelum ia tinggal bersama Yusuke. Meskipun keduanya sama-sama mengalami masalah kesulitan bangun pagi, tapi Takuya tidak akan membiarkan Yusuke yang mengambil alih pekerjaan dapur-atau mereka akan sarapan dengan omelet setiap hari.
Suara langkah kaki terdengar samar mengetuk lantai dan mendekat menuju posisi Takuya saat pemuda cantik itu tengah sibuk mengiris sayuran. Yusuke sudah bangun rupanya. Takuya mengabaikan suara yang sudah sangat dikenalnya itu karena ia berpikir bahwa Yusuke sedang menuju ke kamar mandi yang memang harus melewati pintu dapur jika ditempuh dari kamar pribadi mereka berdua. Namun berbeda dari dugaannya, Yusuke justru berbelok masuk ke dapur dan mendekati Takuya, berhenti beberapa langkah di belakang Takuya. Takuya menoleh sesesaat ketika ia menyadari bahwa Yusuke hanya diam menatapnya, sama sekali tak ada suara yang keluar dari mulut Yusuke. Ia kembali fokus pada masakannya.
“Kau mandilah dulu. Sarapan belum siap,” kata Takuya tanpa menghentikan pekerjaannya.
Bukannya menjawab maupun melakukan perintah Takuya, Yusuke justru melangkahkan kakinya semakin mendekati Takuya. Kedua tangannya langsung melingkar di pinggang Takuya begitu tidak ada lagi ruang bagi langkah kaki Yusuke. Ia mengeratkan pelukannya agar semakin tidak ada jarak di antara dirinya dengan Takuya. Dagunya tersandar di bahu Takuya, yang membuat Yusuke dapat leluasa menghirup aroma tubuh Takuya.
“Kau berat, tahu!” protes Takuya, kesal karena kini gerakannya tidak sebebas sebelumnya.
Namun Yusuke justru memberikan kecupan demi kecupan lembut di sekitar leher dan telinga Takuya, membuat Takuya semakin sulit berkonsentrasi dengan kegiatan memasaknya. Jantungnya berderu kencang membuat Takuya sedikit lemas sementara ia berusaha keras menahan napasnya yang memburu. Ia yakin tangan Yusuke yang berada tepat di wilayah jantungnya bisa merasakan detak jantung Takuya yang sudah membuat wajah Takuya bersemu kemerahan.
“Takuchan…” bisik Yusuke tepat di daun telinga Takuya.
Napas Yusuke mendesir pelan menyapu telinga Takuya saat ia mengucapkannya, membuat Takuya semakin sulit mengontrol gerak tangannya yang masih berkutat dengan sayuran dan pisau. Terlebih, cara Yusuke memanggilnya dengan nada manja merupakan hal yang tak pernah gagal membuat Takuya merasa gemas. Tangan Yusuke terasa semakin erat memeluk Takuya.