Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyembuhkan
rasa sakit? Merindukan kamu seperti ini...
Penampilan yang luar biasa dari Ibu Mayuko mempesona semua penonton. Ayumi segera pulang ke Tokyo setelah pertunjukan berakhir. Di stasiun kereta api, Ayumi berkata kepada Maya, "Kita akan bertemu lagi pada saat uji coba Bidadari Merah." Maya menjawab "Ya. Aku tak akan kalah darimu."
Masumi juga kembali ke Tokyo, tapi sebelum pergi ia
menyempatkan diri mengunjungi Ibu Mayuko. Pada hari
yang sama Maya juga berniat untuk mengunjungi Ibu
Mayuko. Sayangnya ia datang sedikit terlambat dari Masumi. Maya masih bisa merasakan kehangatan tempat duduk Masumi. Ia memandangi puntung rokok yang ada di asbak dengan wajah sedih.
Tak lama kemudian, Maya menerima sebuah karangan
bunga mawar jingga lagi. Di dalamnya terselip sebuah
pesan: "Walaupun aku takkan pernah bisa bertemu
denganmu, aku akan selalu mendampingimu." Pak
Kuronuma, Koji dan Maya kembali ke Tokyo bersama-sama.
Ibu Mayuko mengantar Maya ke stasiun. Nasihatnya
pada Maya, "Beranikan dirimu dan jatuh cintalah."
Maya memutuskan untuk mengatakan perasaannya
pada Masumi.
Sementara itu, Masumi menyadari di lubuk hatinya
yang paling dalam, ia benar-benar mencintai dan
menyayangi Maya, tapi ia merasa semua itu takkan
pernah terwujud karena Maya membencinya dan
menganggapnya sebagai musuh. Disaat Maya akan
mencoba mendekati Masumi, Masumi justru
memutuskan melupakan Maya.
Setelah Maya kembali ke Tokyo, anggota Ikkakuju dan kelompok teater Mayuko mengadakan pesta penyambutan untuknya. Hari berikutnya Maya berpakaian rapi. Ia bertekad menyatakan perasaannya pada Masumi. Setibanya Maya di kantor Daito, seorang karyawan memberitahunya bahwa Masumi tidak ada di kantor melainkan sedang menghadiri acara di hotel mewah yang paling terkenal di Tokyo.
Maya datang ke hotel itu, dan betapa terkejutnya ia di depan pintu, melihat ucapan selamat untuk pesta pertunangan Masumi - Shiori. Maya tidak ingin masuk ke pesta itu dan melihat pria yang ia cintai akan segera menikahi orang lain, tapi ia bertemu dengan Mizuki di lorong dan Mizuki bersikeras mengajaknya masuk.
Maya masuk dan menyalami Masumi. Dalam perjalanan pulang, Maya menyalahkan dirinya sendiri karena bertindak sangat bodoh dengan memaksakan cintanya yang memang mustahil itu.
Kalau aku tahu bahwa cinta ini tak akan pernah terwujud... kenapa aku masih sangat mengharapkannya? Untungnya aku tidak membodohi diriku sendiri dengan mengatakan perasaanku yang sebenarnya...
Walau demikian Maya tak bisa mengingkari perasaannya... air mata mengalir di pipinya. Tak diketahuinya, Masumi juga merasakan sakit yang amat sangat melihat Maya datang di pesta pertunangannya itu. Apakah aku mengambil sebuah keputusan yang salah? Batin Masumi.
Latihan Maya
Hari berikutnya Maya memulai latihannya. Latihan pada hari pertama adalah membaca naskah drama dengan pemeran lainnya. Semua orang takjub melihat Maya mengucapkan dialog-dialog dalam naskah dengan lancar tanpa membaca.
Ketika Maya mulai membaca dialog percintaan Bidadari Merah, ia tak dapat mengontrol dirinya untuk tidak memikirkan Masumi. Maya menangis dan mengejutkan semua orang, termasuk Koji dan Pak Kuronuma.
Pak Kuronuma menyadari kalau Maya mengalami kesulitan. Ia curiga bahwa Maya sedang mengalami masalah dengan cintanya sendiri, dan memutuskan menunda latihan adegan percintaan. Pak Kuronuma berkata pada Koji: "Jatuh cintalah pada gadis itu (Maya) di panggung dengan sungguh-sungguh."
Latihan Ayumi
Ayumi pun segera memulai latihannya sesampainya di Tokyo. Di Underline Studio, Ayumi mengejutkan semua orang dengan penampilannya sebagai gadis desa yang lugu. Penampilannya sebagai Akoya menangkap perhatian semua orang termasuk aktor pemeran utama dan sutradaranya.
Pementasan semakin dekat dan Maya semakin gugup, apalagi mendengar orang-orang bicara soal latihan Ayumi. Selain soal Ayumi, mereka juga bertanya-tanya soal Maya dan Koji.
"Koji dan Maya selalu latihan terpisah..."
"Kapan mereka akan latihan untuk adegan percintaan itu?"
"Aku khawatir. Maya terlihat kurang stabil, bisakah ia memerankan Bidadari Merah yang sedang jatuh cinta?"
"Pak Kuronuma berpikir terlalu sederhana."
Maya sendiri tak kalah gundah. Cinta Bidadari Merah, apa yang harus aku lakukan untuk menjadi Bidadari Merah yang sempurna ? Setiap kali aku mengucapkan dialog-dialognya, aku teringat Masumi. Aku tahu aku bukan pasangan yang cocok untuknya, tapi aku tak bisa mengontrol apa yang kurasakan padanya...
Semakin aku merindukannya, semakin sakit rasanya hati ini. Masumi, bagaimana bisa, kamu si Mawar Jingga? Aku tak bisa mengerti cinta Bidadari Merah. Bagaimana caraku memakai topeng Bidadari Merah?
Koji melihat Maya menangis sendirian di kamar gantinya. Ia ingat kata-kata Pak Kuronuma "Jatuh cinta. Jalinlah hubungan cinta yang serius, kalau tidak kau takkan bisa memainkan peranan yang sempurna."
Ia ingat kembali kenangan-kenangan indah yang pernah ia miliki bersama Maya. Terlambat, semuanya sudah sangat terlambat, mengapa hal itu masih menggangguku ? Apa yang harus aku lakukan? Koji tenggelam dalam pikiran-pikirannya sendiri. Ia sadar, selama ini ia masih memikirkan Maya...
Hari berikutnya seusai latihan, Koji mengajak Maya pulang bersama. "Maya, adakah orang yang kau sukai?" Maya diam, tidak tahu harus menjawab apa.
"Aku merasa aktingmu sarat dengan kepedihan. Siapa yang membuatmu seperti itu? Setelah bertahun-tahun, akhirnya kita mendapat kesempatan berakting bersama. Aku belum latihan di panggung denganmu sama sekali untuk Bidadari Merah,"
"Aku minta maaf kalau aku menyulitkanmu, Koji,"
"Aku tidak merasa kesulitan. Aku hanya merasa kesepian," Mereka berpapasan dengan dua orang pria mabuk dan salah satu dari mereka berniat menyentuh Maya.
Koji segera melingkarkan tangannya di pundak Maya untuk melindunginya. Maya benar-benar merasa gugup sekarang. Tangan Koji... Orang mabuk itu sudah pergi, apakah sebaiknya aku mengelak? Aku tak bisa bernafas...
"Maya, hal ini mengingatkanku pada kita dulu."
"Dulu?"
"Lihat bayangan kita. Kepalamu tak pernah melebihi bahuku."
"Sepertinya aku tak pernah bertambah tinggi,"
"Tidak, kau bertambah tinggi. Hanya perbedaan tinggi di antara kita selalu ada. Bayangan selalu tetap, tapi hati setiap orang berubah."
Maya terdiam sesaat. "Maya, bagaimana kalau besok pergi denganku ke pertunjukkan musikal? Latihan berakhir lebih cepat besok. Ada pertunjukkan musikal yang bagus dan banyak orang bilang sangat menarik."
"Kedengarannya menyenangkan. "
"Kita bisa makan malam bersama, makan es krim dan berjalan menuju teater. Apakah semua itu oke menurutmu? "
"Tentu. "
"Baiklah, mari kita tentukan waktunya."
Dalam kereta, Maya memikirkan tentang apa yang Koji katakan. "Mari kita pergi berdua..." Seharusnya aku tidak terlalu memikirkannya. Koji orang yang baik. Ia hanya ingin menghiburku. Ia pria yang baik... sangat baik. Koji yang dulu tidak berubah... sama sekali tidak berubah...
Keesokan hari setelah latihan, Koji berbisik pada Maya, mengingatkannya akan kencan mereka. Maya menjadi agak khawatir karena Koji terlihat menanggapi acara pergi mereka dengan serius. Ketika bertemu, Maya merasa malu karena Koji sengaja berganti pakaian formal sementara ia hanya bergaya sederhana.
Kencan berjalan mulus, mereka bersenang-senang bersama, bercanda, berbagi makanan enak, dan mencoba beberapa es krim yang lezat. Tanpa sepengetahuan mereka, seseorang mengamati kebahagiaan mereka dari kejauhan. Orang itu adalah Hijiri.
Teater sudah dipenuhi orang ketika mereka sampai. Beberapa penonton menyadari kehadiran kedua pemain drama yang terkenal itu. "Lihat! Itu Koji Sakura!" "Hey! Bukankah gadis yang disampingnya itu Maya Kitajima? Bukankah mereka berdua akan bermain dalam Bidadari Merah?"
Maya merasa pipinya panas mendapat perhatian seperti itu, dan semakin memanas ketika Koji merangkulnya. Keintiman itu menyebabkan kasak-kusuk di antara penonton, mereka mulai berdebat, apakah keduanya benar-benar jatuh cinta atau semua itu hanya karena mereka akan memainkan peran sepasang kekasih dalam pertunjukkan mereka yang berikutnya.
"Koji, aku sangat senang. Terima kasih."
"Aku lega semangatmu sudah kembali."
"Eh?"
"Aku khawatir tentang kamu. Kau sering terlihat tidak bahagia akhir-akhir ini,"
"Maafkan aku Koji. Ini semua hanya karena aku ingin melupakan sesuatu, tapi hal itu sangat sulit. Itu sebabnya aku sangat putus asa." "Aku juga. Aku memiliki pengalaman yang sama dulu."
Maya menatap Koji. Ia tahu Koji membicarakan saat putus dengannya. "Sangat sulit menyimpan kenangan-kenangan bahagia ketika kita tahu tidak akan mengalaminya lagi. Dan sekarang apa yang pernah aku harapkan akhirnya datang, bisakah aku berpura-pura tidak peduli? Aku benar-benar ingin melupakan masa lalu, tapi perasaan yang pernah aku punya terhadapmu datang lagi. Tapi walaupun kau dekat denganku, aku merasa hatimu sangat jauh. Maya, bisakah aku membuatmu melupakan ketidakbahagiaanmu?
"Jangan terkejut, aku senang melihatmu tersenyum. Itu benar, aku suka senyum itu. Sampai bertemu lagi besok,"
Malam itu, sesampainya Maya di rumah, Maya sangat berterimakasih atas usaha Koji menghiburnya. Koji... terima kasih banyak. Aku merasa lebih baik sekarang. Aku bisa bersemangat lagi.
Hari-hari berikutnya, Koji dan Maya semakin akrab. Mereka sering makan siang bersama dan berjalan pulang ke stasiun bersama pula. Pak Kuronuma adalah salah satu yang mengamati mereka.
"Maya, biar kubawakan tasmu." kata Koji. "Tak usah. Aku merasa tak nyaman bila tanganku tak memegang sesuatu." "Kalau begitu, bagaimana kalau begini?" Koji meraih tangan Maya.
"Maya, jangan menarik tanganmu." Jantungku berdebar sangat kencang, desis Koji dalam hati. Maya juga merasakan hal yang sama. Jantungnya berdebar kencang saat Koji memegang tangannya dan mengantarnya ke stasiun kereta bawah tanah."
"Hei...lihat! Rambut wanita itu terlihat sangat indah dengan jepit rambutnya. Kupikir bila aku yang memakainya takkan tampak sebagus itu. Aku tidak seperti perempuan."
Koji menatap Maya sambil tersenyum. Setibanya di stasiun, Koji mengajak Maya meneruskan berjalan sampai stasiun berikutnya. Maya setuju, dan mereka berjalan dalam keheningan.
Aku menyukai cara ia memperlakukanku, tapi apakah ini cinta? Apakah aku telah bersikap tidak adil pada Koji? Maafkan aku, tapi jika semuanya bisa seperti sekarang, persoalan-persoalanku sepertinya lenyap... pikiranku menjadi tenang bersama Koji. Aku tak mau sendirian, aku ingin melupakan semua rasa sakit dan penderitaan.
Masumi dan Hijiri
Masumi dan Hijiri bertemu di lapangan parkir. Hijiri mengatakan pada Masumi bahwa Maya terlihat kurang stabil belakangan ini, terutama ketika dia berlatih adegan percintaan Bidadari Merah. Hal ini telah membuat sutradaranya menunda semua latihan adegan tersebut.
Masumi khawatir akan Maya. Ia tidak bisa percaya latihan Maya tidak berjalan mulus, dan juga khawatir tentangnya. Maya, ini seperti bukan kamu. Apa yang menyusahkanmu? Aku khawatir...
Maya dan Koji
"Maya, ini untukmu. " Koji memberi Maya hadiah kecil sebelum latihan mereka berakhir. "Oh! Jepit rambut, untukku?" "Ya. Aku pikir akan cocok untukmu. Jangan terlalu memikirkannya, aku hanya ingin melakukannya untukmu."
Ketika Pak Kuronuma mengumumkan bahwa latihan hari itu selesai, Koji meminta Pak Kuronuma untuk memulai latihan adegan cinta dengan Maya. Pak Kuronuma setuju akan usul Koji.
Para pemain yang lain menonton dengan asyik ketika keduanya bersiap-siap. Maya mulai konsentrasi sebelum ia memulai latihan itu. "Adegan cinta Bidadari Merah... Ini adalah desa Lembah Plum dimana Bidadari Merah tinggal, di sampingnya adalah pria yang ia cintai, Isshin. Ia berdiri di sana... Koji Sakura..."
Semua pemain menonton Koji dan Maya. Mereka terpesona dengan akting Maya yang dramatis. Semua setuju bahwa akting Maya sempurna. Tiba-tiba konsentrasi Maya terganggu, permainannya terhenti ketika ia menangkap sosok yang tak diharapkannya masuk ke dalam ruang studio
Masumi, kenapa kau ada disini? Masumi menonton latihan dengan diam, melihat Maya berada dalam pelukan Koji. Koji heran akan perubahan sikap Maya. Ketika tahu penyebabnya, Koji meyakinkan dirinya bahwa itu dikarenakan kebencian Maya pada direktur muda Daito itu.
Kuronuma juga terkejut ketika menyadari siapa yang membuyarkan perhatian Maya. Kuronuma terpana, dalam sekejap mata ia tahu ada sesuatu antara Maya dan Masumi.
Bagaimana mungkin, Maya dan Masumi...? Bagaimana bisa Maya mencintai seseorang seperti Masumi? Dan Masumi...? Kuronuma menghentikan latihan. Koji yang kecewa keluar ruangan dan tiba-tiba melihat sosok lain. Mai.
"Koji, aku tahu sebaiknya aku tidak ada disini, tapi aku mendengar banyak gosip tentangmu, ( berbicara dengan suara yang gemetar ).
"Apa yang kau bicarakan?"
"Semua temanku bilang bahwa kau sudah melupakanku. Aku mencoba percaya janji Maya padaku, tapi di luar terlalu banyak gosip yang beredar. Jadi itu sebabnya aku...(mulai menangis) Aku benci kau! Aku benci kau! Mengapa kau tidak mengatakan sesuatu?"
Mai lari setelah meledakkan amarahnya. Koji tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa.
Kuronuma memanggil semua pemain dan mengumumkan bahwa latihan hari itu telah selesai, semua orang boleh pulang. Semua orang yakin bahwa Maya akan terkena amarah Kuronuma. "Kuronuma, aku pergi dulu." pamit Masumi.
"Tidak Pak Masumi. Kemarilah, aku perlu bantuan. Aktrisku sepertinya kurang bisa bekerja sama, dengan beberapa alasan yang tak kuketahui. Aku tak ingin mengecewakan Anda yang sudah jauh-jauh datang kemari, jadi aku perlu bantuan Anda. Mari kita mulai latihannya. Pak Masumi, Anda akan jadi Isshin. Lepaskanlah jaket anda, duduk dan rileks. Anggap ini sebuah permainan." Maya terhenyak.
Masumi tertawa dan menolak usulan Kuronuma. Tapi tiba-tiba Maya bersuara, meminta Masumi untuk tinggal dan menguji aktingnya. Masumi pun tak berdaya. Maya berkonsentrasi, Kuronuma memegang naskah drama di belakang Masumi, bersiap-siap membacakan dialog Isshin pada Maya. Masumi melihat keduanya dengan gugup.
Maya: "Kau mengatakan sesuatu?"
"Kau adalah Akoya." Kuronuma membacakan dialog Isshin.
"Aku tahu kau sering memperhatikanku."
"Aku berharap kau sering memperhatikanku juga. Yang bisa kulihat kamu. Aku tak punya nama, tak punya masa lalu. Yang kupunya hanya tubuhku dan mataku untuk melihatmu."
"Semua itu cukup. Nama dan masa lalu tidaklah berarti. Aku merasa sangat bahagia ketika kau melihatku dengan matamu yang penuh gairah. Setiap kali aku memikirkanmu, jantungku berdebar sangat kencang, setiap kali aku mendengar suaramu, hatiku melayang." Maya mulai berjalan mendekati Masumi.
Maya berlutut disisi Masumi dan memegang tangannya. Masumi menatap Maya, tangannya terasa bergetar dalam genggaman Maya.
Ketika aku menyentuhmu aku merasa seperti orang yang paling bahagia di dunia...
"Apakah nama dan masa lalumu sangat penting untukmu? Lupakan semua itu dan kau akan jadi milikku, hanya milik Akoya. Kecuali kau akan meninggalkanku suatu hari nanti dan melupakanku."
"Akoya sayang, semua itu tidak akan pernah terjadi. Nama dan masa lalu tidak lagi penting untukku. Aku akan melupakan semuanya. Akoya, aku cinta kamu. Mataku untuk memandangmu, tanganku untuk memegangmu. Asalkan aku bisa men-cintaimu, segalanya sudah cukup untukku. Aku milikmu, hanya milik Akoya."
Masumi memandang Maya.
Maya... mengapa tanganmu bergetar? Wajahmu... Apakah ini hanya akting atau inilh isi hatimu yang sesungguhnya? Siapa yang ada di hadapanku? Akoya atau si Mungil?
Mata yang begitu lembut... Apakah ini kenyataan? Tapi...
Masumi dan Maya saling memandang, keduanya bertatapan. Rasanya mereka ada di dunia mereka sendiri dan tidak ada lagi yang penting bagi mereka. Setengah tak sadar, Masumi mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Maya.
"Cukup untuk hari ini." Pak Kuronuma menepukkan kedua tangannya dan suaranya menyadarkan mereka berdua. "Sangat menakjubkan, Maya sangat sempurna. Bagaimana aktingnya menurutmu Pak Masumi?"
Ekspresi wajah Masumi berubah. Ia menyesal terbawa perasaan, mempercayai akting Maya. Masumi menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya.
Ia memuji akting Maya, tapi di waktu yang sama merasa bingung karena semua itu tampak berbeda dengan yang ia lihat sebelumnya. Maya diam, memandangnya dengan wajah pucat. Pak Kuronuma mengantar Masumi ke pintu dan mengucapkan selamat atas pertunangannya.
Ia bertanya kapan pernikahannya. "Menjelang penentuan Bidadari Merah." Pak Kuronuma akhirnya mengerti penyebab kebingungan dan kesedihan Maya. Laki-laki ini akan segera menikah... tak heran Maya terlihat begitu sedih.
Kuronuma kembali ke ruang latihan dan menemukan Maya berdiri dalam ruangan itu sendirian dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"Lupakan dia Maya. Kau tidak sesuai untuknya."
"Pak Kuronuma, bagaimana anda tahu ?".
"Dari apa yang baru saja aku lihat. Apa yang baru saja kaumainkan itu adalah perasaanmu sendiri terhadap laki-laki itu, benar kan?"
Maya hanya bisa terdiam dengan air mata di pipinya.
"Mengapa kau jatuh cinta pada orang seperti itu ? Lupakanlah, hal itu tidak mungkin. Cinta adalah campuran antara kepedihan dan kesedihan. Pikirkanlah semua itu sebagai pengalaman yang berharga, suatu hari hal itu akan berguna dan membantumu ketika kau ada di panggung.
Kepedihanmu akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Maya, apa yang baru kau tampilkan adalah perasaanmu sendiri, bukan perasaan Akoya. Tapi jangan kau lupakan apa yang kau rasakan, anggap itu sebagai memori, sebuah pengalaman. Ketika kau ada di panggung, keluarkan emosimu lagi."
"Pak Kuronuma,"
"Semua ini akan jadi pengalaman yang baik, menangislah semaumu hari ini, tidak ada siapapun di sini, tapi besok jangan menangis lagi." (tersenyum pada Maya) Maya tidak bisa mengontrol dirinya lagi dan mulai menangis.
Malam itu, ketika Masumi kembali ke mansionnya, ia tidak bisa tidur. Matanya menatap bintang sambil memikirkan Maya...