FanFic : Misunderstanding

Apr 11, 2015 00:35

Judul          : Misunderstanding
Genre        : Romance, Fluff?
Pairing      : Yabu Kota x Inoo Kei
Rated         : T/PG13
Disclaimer : Yabu dan Inoo dari Johnny's
Summary : Yabu sama sekali tidak mengerti apa yang tengah terjadi, tidak sebelum Inoo menolaknya mentah-mentah. Tunggu, menolak!?

.

A/N: Yabu's POV, HSJ Indonesian Fanfiction.
This one for queridakei thank you for everything you did to me, nee-chan~ >.<

.

Aku berjalan tenang sambil menikmati langit sore. Warnanya sangat indah, oranye kemerah-merahan. Matahari hampir tenggelam di barat sana. Suara burung yang entah aku tidak tahu namanya saling bersahutan. Di sisi jalan yang kutapaki saat ini, terlihat daun-daun maple berguguran dengan perlahan.  Musim gugur yang indah, bukan begitu?

Aku duduk di salah satu bangku yang terbuat dari marmer di salah satu sisi jalan. Aku menengadah, mengamati pohon maple yang tengah menggugurkan daun-daunnya. Kurapatkan syal yang melilit leherku. Angin musim gugur lumayan menusuk kulitku.

Ada yang membuatku menyukai musim gugur. Satu hal yang sangat istimewa dan terasa hangat. Kalian tahu? Perjumpaanku dengannya. Kami bertemu saat musim gugur tahun lalu tiba. Perjumpaan yang tidak akan pernah kulupakan-walaupun aku tidak yakin bisa mengingat dengan tepat detail kejadiannya. Aku selalu ingat ekspresi wajahnya saat itu. Hmm.. aku benar-benar tidak menyangka kalau nantinya aku akan sangat menyukai sosoknya yang sederhana itu. Sungguh.

Ada satu yang menjadi pusat perhatianku saat pertama kali melihatnya---bahkan hingga saat ini kami saling mengenal, matanya. Ya, matanya. Tidak! Aku tidak bilang matanya bulat dan indah. Sungguh matanya sipit seperti mata orang jepang kebanyakan. Tapi….

Aku benar-benar suka cara dia menatap sesuatu. Aku juga suka cara dia memandangku. Ekspresi yang terpancar lewat pandangannya… aku tidak bisa mendiskripsikannya secara detail, yang jelas, aku suka! Ya, aku suka dia! Aku memang menyukainya!

“Yabu-kun!”

Aku menoleh ke belakang. Ya Tuhan… aku selalu suka saat dia memanggil dan menatapku seperti saat ini. Dia berjalan---sekarang berlari ke arahku. Rambut hitamnya yang halus sedikit acak-acakan tertiup angin. Hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih bersih, dan bibir cemberutnya sangat sempurna di mataku.

Aku tersenyum menatap sosoknya yang tengah mengatur nafas, sedikit terengah, “sudah lama menunggu?” lanjutnya seraya duduk di sebelahku. Aku hanya menggeleng menatapnya.

“Maaf ya Yabu, tadi ada yang harus kukerjakan jadi aku terlambat, hehe…” dia meringis, “oh iya ini untukmu, aku tadi membelinya saat perjalanan ke sini,” sekarang dia tersenyum dan menawarkan kopi kaleng padaku,

“Unh.. terima kasih, Inoo-chan,” aku tidak melepaskan sedikitpun pandanganku darinya, dari senyumnya. Oh demi apapun, dia manis sekali. Inoo Kei manis sekali!

---

Hening. Ini sudah sepuluh menit berlalu sejak dia menawarkan kopi kaleng padaku. Tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Aku diam-diam mengamatinya dari ekor mataku. Dia masih duduk di sampingku. Tangannya memainkan kotak kemasan jus yang sudah habis diminum. Matanya menerawang, sepertinya memperhatikan anak-anak yang tengah bermain bola di dekat sungai tak jauh dari tempat kami duduk---ah entahlah aku tidak benar-benar tahu apa yang dia perhatikan.

Jujur saja. Aku sungguh ingin mengajaknya berbicara, membuatnya melihat dan menatapku, tapi aku tidak tahu harus mulai darimana dan harus membicarakan apa. Kami dekat, ya benar-setidaknya minimal beberapa hari-atau minggu sekali kami mengobrol, membicarakan hal-hal yang tidak penting, atau pergi makan bersama, tetapi aku sungguh tidak mengerti kenapa kali ini susah sekali untuk memulai pembicaraan dengannya. Aku tidak tahu harus memulai darimana.

Haruskah aku bertanya kabarnya? Atau apa yang dia lakukan selama kita tidak bertemu? Atau aku harus bertanya tentang… Arghhh! Aku tidak mengerti! Aku tidak harus mulai darimana. Itu saja!

“Nee.. Yabu~”

Haaah. Akhirnya. Syukurlah  dia duluan yang mulai berbicara, “Hmm?”

Dia menatapku, kemudian menunduk malu. Oh Kei, kenapa kau manis sekali, “Aku….” Kei menggantungkan kalimatnya, dia menggigit bibir bawahnya dengan ragu, “….sebenarnya aku juga… ada orang yang kusuka…”

BANG!!

Seperti ada sesuatu yang menghantam dadaku dengan kuat. Jantungku perlahan berdegub. Dadaku sakit dan tiba-tiba kepalaku pusing. Ya Tuhan aku ingin pingsan saja! Apa yang barusan dia katakan? Aku tidak salah dengar kan? Dia bilang dia menyukai seseorang? Oh demi apapun Kei, aku sungguh tidak ingin patah hati hari ini juga! Tidak sebelum aku menyatakan perasaanku secara langsung padamu!

Aku menghela nafas. Sudah kuduga dia akan menolakku. Aku bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku bahkan tidak yakin aku bisa besikap normal setelah penolakkannya barusan. Semalam secara ceroboh aku menyatakan perasaanku padanya lewat telepon dan itulah kenapa hari ini kami harus bertemu dan berbicara, tapi aku sungguh tidak menyangka sebelum aku sempat berbicara satu katapun tentang perasaanku, aku telah ditolak mentah-mentah. Aku benar-benar ingin pingsan secara tiba-tiba sekarang!

“A-ah aku mengerti Inoo-chan,” aku memaksakan diri untuk tersenyum. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Tadinya aku ingin mengungkapkan perasaanku secara langsung, tapi situasi seperti ini sungguh diluar dugaanku. Aku tidak menyangka Kei akan menolakku secepat ini! Bahkan baru 10 menit kita bertemu, aku sudah ditolak. Aku ulangi, sekali lagi, aku benar-benar ingin pingsan saja sekarang!

“Sungguh?” dia bertanya. Aku tidak mengerti maksud pertanyaannya. Apa maksudnya? Aku mengerutkan kedua alisku dan dia dengan sempurna menangkap gelagatku yang tidak mengerti dengan pertanyaannya barusan.

“Maksudku, kau sungguh mengerti apa maksud perkataanku barusan? Tentang aku yang menyukai seseorang?” dia menatap mataku dalam-dalam. Aku mengangguk.

“Yokatta na~” dia memelukku. Aku membelalakkan mata. A-apa yang barusan dia lakukan? Dia memelukku? Setelah sebelumnya menolakku? Jangan bercanda! Jangan mempermainkanku Kei. Aku mendorong tubuhnya pelan, “Inoo-chan… jangan memelukku seperti ini,” aku tersenyum pahit.

“Kenapa?” tanyanya bingung.

Kenapa huh!? apa dia tidak mengerti bagaimana perasaanku sekarang. Kei… kau ini polos, bodoh, atau apa?

“Inoo-chan, apa kau tidak mengerti apa yang semalam kukatakan? Aku bilang aku suka padamu dan sekarang kau bilang kau suka pada seseorang. Setelah kau menolak seseorang, kau tidak boleh memeluknya tahu,” aku tertawa getir, “bagaimana kalau dia membalas pelukanmu dan melupakan kenyataan bahwa dia telah ditolak, hm? Belajarlah untuk memahami perasaan seperti itu, Inoo-chan,” aku tertawa lagi dan kini tertawaku terdengar lebih aneh dari yang barusan.

Dia menggembungkan pipinya. Aku berdegub, lagi! Ya Tuhan, jantungku bisa berdegub sedemikian rupa hanya dengan melihatnya bersikap seperti itu?

“Kau yang tidak mengerti Yabu. Sudah kuduga kau tidak mengerti apa maksudku,” dia bergumam, pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya secara jelas dengan telingaku.

“Huh?” aku mengerutkan alisku.

“Itulah sebabnya aku bertanya apa kau benar-benar mengerti perkataanku tentang menyukai seseorang,”

“Huh?” aku mengerutkan alisku lagi.

“Ayolah Yabu, apa kau tidak bisa melihat sorot mataku waktu memandangmu? Aku pikir kau tahu siapa yang kusuka,”

“Huh?” Lagi. Aku masih mengerutkan alisku.

“Aku suka…..”

“……………”

“….. Yabu Kota.” Kei tersenyum

“Huh?” Aku mengerutkan alisku. Lagi. Ngomong-ngomong sudah berapa kali aku mengerutkan alisku setelah bertemu dengannya hari ini?

“Apa sekarang kau mengerti, Yabu?” Dia… Inoo Kei masih tersenyum. Aku hanya mengangguk lemah. Sejujurnya aku tidak benar-benar mengerti. Dia suka padaku? Kei suka padaku?

Dan beberapa detik kemudian aku benar-benar tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Aku merasa tubuhku seperti tersengat listrik, jantungku kembali berdegub--kali ini lebih kencang. Ada sesuatu yang terasa sedikit basah menyentuh pipiku dengan lembut, pelan, hangat, dan terasa sangat nyaman.

Inoo Kei. Dia… Dia mencium pipiku.

Hei katakan… apa sekarang aku benar-benar boleh pingsan?

---  SELESAI ---
Previous post
Up