Racing Car 1

Aug 21, 2016 15:56

Case : Yamada Ryosuke, Nakajima Yuto, Yamazaki Kento, Nakajima Raiya.
Pair : YutoYama
Genre : Romance, Fluff, Action
Rating : PG 13

Siang yang sangat panas, bukan, bukan panas wheater tapi panas yang menggebu dari 2 sosok anak kaya raya yang ingin bertaruh kemampuan di lapangan balap liar mobil. Ya, kita sebut dia Yamada Ryosuke dan Yamazaki Kento.

"Hahaha, sudah aku bilang tidak ada yang bisa menandingi Yamazaki Kento. Dasar payah!! Hahaha'', pergi meninggalkan Ryosuke yang berwajah merah karena marah.

"Sekarang dia boleh menang, tapi besok lihat saja!'', menyalakan mobilnya dan pergi.

____***____

Di sebuah Universitas Tokyo yang terletak di Bunkyo, terlihat sosok laki-laki yang turun dari mobil dengan membawa tas. Dia adalah Yamada Ryosuke. Ketika Ryosuke ingin masuk kelas tiba-tiba datang sesosok yang sangat dibenci Ryosuke, yaitu Yamazaki Kento. Dia tidak berbicara apa-apa hanya saja Kento mengepalkan tangannya dengan ibu jari mengarah ke bawah. Siapa yang tidak benci dengan orang seperti itu? Datang datang membuat mood Ryosuke hancur.

"Sabar Ryo, anggap saja angin berlalu'', ia menghembuskan nafas panjang.

"Apa angin lalu? Masih belum menerima kekalahan? Ah iya Ryo anak yang pantang menyerah, pasti akan belajar lebih keras ne~'', dengan wajah liciknya.

"Akan aku buktikan! Jam 2 siang ditempat biasa. Jika kau berani datanglah'', membalas dengan senyum menyeringai.

"Haha, kau menantangku? Jangan menangis jika kalah ne. Baka!!'', sambil meletakkan jarinya di dahi Ryosuke dan pergi meninggalkannya.

"Cuih berani sekali dia mengatakan baka kepadaku, awas saja akan aku buktikan!'', sambil mengusap dahinya dan masuk kelas.

Waktu sudah menunjukkan jam 2 siang, dapat kita lihat 2 mobil yang sudah siap untuk balap liar. Yang mengendarai tentu saja Yamada Ryosuke dan Yamazaki Kento. Keduanya saling menatap dengan wajah yang tidak mau kalah.

'1... 2... 3...' suara wanita yg berada di tengah jalan. Suara riuh penonton mendominasi lapangan illegal yang digunakan sebagai balap liar tersebut.

Mari kembali ke si pembalap. Ya mereka saling nyalip menyalip, Kento berada di depan Ryosuke, tetapi Ryosuke kembali menyalip dengan menginjak full gas. Ryosuke juga mendapatkan wajah yang sedikit khawatir. Dan tidak disangka-sangka karena lapangan illegal, tiba-tiba ada anak laki-laki berseragam SMP sedang keluar dari gang dan ingin menyebrang.

'BRUKK'

Ya, anak kecil itu tertabrak oleh mobil yang dikendarai oleh Yamada Ryosuke, ia sempat menginjak rem namun sayang terlambat. Ryosuke keluar dengan wajah khawatir, sudah tidak memikirkan balap liar ini, Ryosuke segera menolong anak tersebut yang sudah tidak sadarkan diri. Lalu, dia melihat nametag dari seragam itu yang bertuliskan nama....................

"Tolong... tolong..'', Ryosuke berteriak meminta bantuan. Namun sia-sia karena keadaan jalan disana sedang sepi.

"Gomennasai- gomennasai'', Ryosuke meminta maaf kepada anak itu walaupun ia tau anak kecil itu tidak akan mendengarnya.

Suddenly..... Datang pria bertubuh tinggi dengan menggunakan motor ninja berwarna putih dan helm di kepalanya. Dia langsung meminggirkan motornya, melepas helm, dan segera mendekati Ryosuke dan anak kecil itu. Pria tinggi itu terlihat guratan wajah khawatir.

"Raiya? Raiya~'', sambil menangkup wajahnya dan memeluk anak kecil itu dengan wajah yang sangat khawatir dan meneteskan air mata.

Sebenarnya jika kita melihat lebih dekat, kondisi anak kecil itu tidak luka parah. Entah apa yang dipikirkan pria tinggi.

"G-g-gomennasai'', kata Ryosuke ke pria bertubuh tinggi.

"Kau harus tanggung jawab dan ikut aku ke polisi'', dengan wajah marah dan air mata yang mengalir.

'Nani? Penjara? Ah-tidak~!', teriak Ryosuke di pikirannya.

"Bisakah kita menyelesaikan dengan kekeluargaan?''.

"Tidak!! Sekarang antar adikku ini ke rumah sakit terdekat menggunakan mobilmu''

'Eee... Jadi ini adiknya? Matilah kau Ryo'

"H-hai..hai'', Ryosuke mendekati dan ingin membantu untuk menggendong anak kecil itu.

"Aku bisa menggendongnya sendiri, kau buka kan saja pintu mobilnya baka!''

'Baru kenal sudah bilang baka kepadaku! Apa aku memang baka? Mungkin, hahaha'

Pria tinggi sudah memasukkan adiknya ke dalam mobil Ryosuke, kemudian hendak mengambil helm dan menjalankan motornya.

"Hei kau, kenapa senyum-senyum sendiri? Memang ada yang lucu? Bodoh sekali'', dengan alis ditekuk dan mata melotot.

'Nani? Aku senyum-senyum sendiri? Pasti dia benar-benar berpikir kalau aku ini bodoh'

"Hei kau! Aku saja baru kenal denganmu, dengan seenaknya kau memanggilku baka! Aku ini punya nama!'', berteriak membantah.

"Tidak penting buatku berkenalan dengan orang bodoh seperti kau! Cepat bawa adikku ke rumah sakit!'', dengan nada menyuruh seakan-akan Ryosuke adalah supir pribadinya.

"H-h-hai.. hai''

____***____

"Lukanya tidak parah, sebentar lagi adikmu akan siuman. Adikmu jangan sampai kelelahan dan harus banyak istirahat ne~''

"Hai.. Arigatou dokter'', wajah pria tinggi menunjukkan wajah yang lega.

"Hai... Sama-sama, senang membantu'', ucap dokter dengan wajah senyum.

Pria tinggi keluar dari ruang dokter.

"Ne? Bagaimana keadaan adikmu? Baik-baik saja kan?'', Ryosuke menghampiri pria tinggi dengan wajah khawatir dan ketakutan.

"Tidak''

"Apa maksudmu tidak?''

"Dia tidak baik-baik saja bodoh, untuk saat ini dia koma dan tidak tau akan sadar kapan'', wajah pria tinggi terlihat sedih, tapi dibalik kesedihannya terdapat aura kelicikan.

"Eee?? Tidak sadarkan diri? Gomennasai'', dengan wajah bersalah dan membungkuk kepada pria tinggi.

"Kau harus bertanggung jawab jika terjadi apa-apa''

"H-hai.. Hontou ni gomennasai''

"Daijoubu'', dengan wajah licik pria tinggi.

"Agar kau tidak kabur, aku akan menyita kartu SIM mobilmu'', dengan tangan meminta.

'Eee... Apa-apaan ini?'

"A-aku tidak akan kabur, aku akan bertanggung jawab. Jadi, jangan sita SIM ku'', Ryosuke berwajah panik.

"Bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Cepat berikan! Atau kau mau kubawa ke polisi?''

"H-hai.. kore'', Ryosuke memberikan SIM-nya kepada pria tinggi.

"Akan kukembalikan setelah Raiya bangun''

"Demo, bagaimana kalau kau membawa kabur SIM-ku? Aku saja tidak tau namamu'', dengan wajah yang agak ragu.

"Baiklah.. Namaku Nakajima Yuto. Yoroshiku ne~'', dengan wajah yang berbeda dari sebelumnya.

'Nande? Kenapa wajah dia seperti itu? Apa dia muka dua?'

"Y-yoroshiku'', dengan wajah agak canggung.

'Lalalalalalala~', handphone Ryosuke bunyi.

"Moshi moshi''

"Ryo-chan, daijoubu? Suaramu tampak lemas''

"Etto... Okaasan, sebenarnya aku sedang di rumah sakit'', Ryosuke berbicara dengan berbisik.

"Apa kau sakit? Kenapa kau tidak telepon ibumu atau ayahmu ?''

"T-tidak, bukan aku''

"Lalu siapa?''

"A-a-aku, aku menabrak anak kecil dan sekarang aku harus bertanggung jawab karena anak itu koma''

"Nani? Apa karena kau balap liar lagi?'', dengan nada agak tinggi.

"......'', Ryosuke tidak menjawab melainkan ia menggigit bibir bawahnya.

"Ryosuke!! Jawab pertanyaanku!!'', suara ibu Ryosuke sangat tinggi dan keras sampai-sampai orang yang di sekitar Ryosuke menengok ke arahnya.

"H-h-hai.. Gomen okaasan'', dengan nada agak ragu dan ketakutan Ryosuke menjawab.

"Ryosuke!! Kenapa kau selalu membuat masalah sih.. Sudah mata kuliah selalu perbaikan, bermasalah dengan dosen, kamu mau jadi apa nanti?'',

"G-gomennasai'', Ryosuke terkejut dan menahan tangis.

'Kenapa aku sial sekali hari ini..'

"Ibu dan Ayah akan menyusul kesana, dimana letak rumah sakitnya?''

"Di dekat kampus ku''

"Dasar anak bodoh, nama rumah sakitnya apa?! Sudahlah kau tunggu disitu jangan kemana-mana'', Ibu Ryosuke segera mematikan handphone-nya.

'Tuttt... tuttt..'

'Mati saja Ryo, dengan mati kau akan meninggalkan masalah ini. Hahaha', iblis yang ada di kiri bahu Ryosuke berbicara.

'Jangan Ryo, hadapi saja masalahnya. Karena mati tidak menyelesaikan masalah', malaikat berbicara dengan mata sinis ke arah iblis.

"Ah diam kalian, aku memang takut tapi aku belum mau mati. Yosh! Ganbatte Ryo'', dengan tangan mengepal dengan kuat dan Ryosuke menghampiri Yuto.

"Ngomong-ngomong, namamu siapa?''

"Eee.. Namaku? A-aku Yamada Ryosuke'', dengan nada gugup.

'Hee.. Yamada? Jangan... jangan'

"Ohh.. Souka''

Keduanya hening dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"N-nakajima, apa yang dokter katakan tentang kondisi adikmu'', dengan nada yang terdengar sedih.

"Ehh.. oh, iya, kondisi adikku, mm.. dokter bilang dia mungkin akan koma beberapa hari, dan jika dia sudah sadar jangan sampai Raiya memikirkan hal yang terlalu berat'', Yuto menjawab dengan gugup karena harus mencari alasan.

Ryosuke terdiam dengan wajah khawatir. Ya, Ryosuke sangat takut masuk penjara. Ia takut masa muda-nya hanya terkurung di dalam jeruji besi.

Sedangkan Yuto terdiam dengan wajah yang sedang berpikir. Entah apa yang dipikirkan oleh Yuto, hanya ia dan Tuhan yang tau.

____***____

"Ryo-chan~'', teriak Ibu Ryosuke.

"Okaasan.. Otousan..'', Ryosuke berlari menghampiri orang tuanya.

"Mana orang yang kau tabrak?'', tanya ayah Ryosuke sambil memegang pundaknya.

'Kenapa langsung to the point sekali sih.. Kami-sama tolong bantu aku'

"E-eh iya o-orang yang kutabrak ada di dalam sedang koma dan orang yang disana adalah kakaknya'', sambil menunjuk Yuto yang sedang duduk di depan ruangan Raiya.

"Dasar anak bodoh, kerjaannya hanya balapan terus'', Ayah Ryosuke memarahi Ryosuke, sedangkan anaknya hanya diam menunduk sambil menahan tangis.

"Otousan cukup, kasihan Ryosuke. Lebih baik kita lihat anak itu sekarang'', Ibu Ryosuke menenangkan suaminya dan meninggalkan Ryosuke.

'Apa kubilang, lebih baik kau mati', iblis di kiri Ryosuke berbicara dengan nada meremehkan.

'Kau bisa melewatinya Ryo, jangan putus asa ne~', malaikat di kanan Ryosuke berbicara dengan wajah tersenyum.

"Sumimasen.. Kami orang tua Ryosuke, bolehkah kami melihat adikmu?'', ayah Ryosuke meminta izin kepada Yuto yang masih menunduk.

'Eee..... Jadi aku benar'

"O-om, tante'', Yuto merasa kaget dan tidak percaya.

"Loh.. Yuto''

"I-iya tante'', jawab Yuto dengan wajah tersenyum.

"Ohisashiburi~ Kamu apa kabar?'', Ayah Ryosuke menjabat tangan Yuto.

"B-baik om''

"Eee... Otousan dan Okaasan mengenal dia?'', Ryosuke menunjuk sambil membelakangi Yuto dan matanya menatap orang tuanya.

Yuto yang dibelakang Ryosuke memberikan isyarat kepada orang tua Ryosuke dengan jari telunjuk ditaruh di depan bibir. Yuto melakukan itu agar orang tua-nya mengatakan bahwa mereka tidak kenal dengan Yuto.

Ryosuke mengikuti pandangan orang tuanya ke arah belakang dan tepat ke arah Yuto. Yuto yang sibuk memberikan isyarat segera mengalihkan pandangan ke arah lain sambil bersiul.

'Hm.. mencurigakan', pikir Ryosuke dalam hati.

"Ya kami sudah kenal'', kata ayah Ryosuke.

"Eee?? Benarkah? Sejak kapan?'', tanya Ryosuke dengan kaget dan wajah bertanya-tanya.

Yuto yang mendengarnya segera menatap Ayah Ryosuke.

"Ya, sejak tadi. Sudahlah otousan dan okaasan mau menjenguk adiknya yang kau tabrak tadi'', ayah Ryosuke segera menarik tangan istrinya dan masuk ke ruangan tempat Raiya dirawat.

"Kau mencurigakan'', Ryosuke menatap Yuto dengan tajam.

"Nande? Apa aku melakukan kesalahan padamu?'', tanya Yuto dengan wajah datar.

"Tingkah kau aneh'', Ryosuke segera pergi meninggalkan Yuto.

Ryosuke pergi ke 'kantin sehat' yang ada di dalam rumah sakit untuk membelikan ayahnya dan ibunya minuman.

Sementara, di ruangan tempat dirawatnya Raiya, telah berkumpul 3 orang yang sedang berbicara serius. Dapat kita dengar bahwa Yuto menceritakan kronologis kecelakaan tadi.

Obrolan mereka semakin lama semakin memanas, tapi dengan suara kecil yang mungkin dapat dikatakan berbisik. Ya kita tidak tau apa yang mereka bicarakan.

___________*****________

"Kore''

"Ee.. SIM-ku. Yokatta'', segera merebut dari tangan Yuto dengan cepat.

Wajah Ryosuke berganti menjadi wajah berpikir.

"Apakah adikmu sudah sembuh?'', sambung Ryosuke.

"Ya, ia sudah sadar''

"Ee... K-kok cepat?''

"Memang kenapa? Kau mau adikku koma terus? Hah?'', dengan mata melotot menghadap ke Ryosuke.

'K-kowai'

"Ii- iie iie.. Syukurlah jika sudah sadar'', Ryosuke tersenyum pahit ke arah Yuto.

"Cepat sana kau pergi'', ucap Yuto dengan tangan mengusir.

'Hee... Dia mengusirku, dasar menyebalkan'

"Lalalalalalala~'' , suara HP Ryosuke berbunyi.

Ryosuke mulai mengangkat panggilan telepon untuknya. Semakin lama wajah Ryosuke berubah, entah apa yang dibicarakan dalam telepon itu.

Yuto yang berada di belakang Ryosuke hanya terdiam menatap punggungnya yang sedang bergetar hingga........

"Hiks... hiks... otousan'', ya tangisan Ryosuke meledak dan kemudian ia tersungkur di lantai.

Yuto yang berada di belakangnya terkejut dan segera mendekati Ryosuke.

"Kau.. Kenapa kau menangis bodoh?'', tanya Yuto dengan tangan memegang pundak Ryosuke.

"Hiks.. o-otousan sakit. A-aku harus segera pulang''.

Ryosuke bangkit dengan terburu-buru dan akhirnya ia malah pusing sempoyongan dan terjatuh kedepan, untungnya Yuto menahan tubuh Ryosuke dengan tangan besarnya. Tapi....

'Chuu'

Niatnya memang Yuto ingin membantu, tetapi ia malah ketindihan Ryosuke dan tidak sengaja bibir mereka menyatu sekitar 3 detik.

Orang-orang di sekitar yang melihat kejadian itu menatap aneh mereka. Tetapi ada juga segerombolan wanita yang senyum-senyum melihat mereka ciuman.

Ryosuke segera menarik tubuhnya dan menatap Yuto dengan tatapan yang mengutuk. Yuto tersenyum.

'Ee.. Kenapa dia tersenyum'

"B-b-beraninya kau mengambil ciuman ketigaku'', dengan wajah yang merona.

"Ee... ketiga?? Sebelumnya dengan siapa? Pacarmu? Harusnya kau marah jika ciuman pertamamu yang direbut. Lagipula aku juga tidak sengaja'', ya Yuto kaget karena itu adalah kissu ketiganya Ryosuke.

"Iie, ciuman pertamaku dengan okaasan dan yang kedua adalah otousan, dan sekarang kau ketiga hiks...'', Ryosuke menjadi nangis kembali.

"Bodoh, kenapa kau menangis itu kan tidak sengaja'', sambil memukul pelan kepala Ryosuke.

"T-tetap saja, aku hanya ingin orang yang menciumku adalah orang-orang yang sayang padaku''

"Aku sayang padamu''

"A-a-apa? Kau bilang apa?'', Ryosuke tidak mendengar perkataannya, karena Yuto berbisik.

Yuto juga merasa aneh. Baru kali ini dia mengatakan hal seperti itu.

"Tidak. Ayo sekarang aku antar kau pulang, ayahmu pasti menunggu'', sambil menarik tangan Ryosuke agar segera berdiri.

"Ee... aku lupa perihal ayahku''

"Kau terbawa suasana ciuman tadi ne~'', dengan nada menggoda Ryosuke.

"A-aku tidak'', Ryosuke menunduk dengan wajah merah merona.

Yuto hanya tertawa melihat ekspresi Ryosuke yang berubah drastis dengan tangan menggenggam erat.

____***____

Di sebuah rumah yang berada di perumahan elit terlihat sangat sepi. Ya, ini adalah rumah Yamada Ryosuke. Dengan langkah yang sangat khawatir dan terburu-buru ia segera memasuki pintu rumahnya. Sementara Yuto hanya membututi di belakangnya.

Yang pertama dilihat Ryosuke adalah 1 orang pembantu, 1 supir, dan 1 tukang kebun dengan masing-masing membawa tas.

"Okaasan~ Otousan~'', teriak Ryosuke.

"Mereka ada dikamar, Ryosuke-sama'', jawab pembantunya.

"Lalu kenapa kalian membawa tas?'', tanya Ryosuke mengangkat satu alis.

"Kami mau balik ke rumah kami masing-masing, karena orang tua Ryosuke-sama tidak sanggup untuk membayar kami lagi'', jelasnya si tukang kebun.

"Nani? Tidak sanggup?'', Ryosuke tampak sangat terkejut.

"Ya, karena ayah Ryosuke-sama sakit dan memerlukan biaya yang besar untuk pengobatannya'', supir pribadi ayah Ryosuke angkat bicara.

'Kenapa?? Kenapa mesti terjadi padaku?? Otousan, okaasan, aku sayang kalian, daisuki'

Ya, Yuto hanya terdiam tidak ikut campur masalah ini.

Di sebuah kamar yang besar, terdapat satu keluarga yang sedang berduka hati. Ya, itu adalah keluarga Yamada, Yamada Ryosuke beserta otousan-nya yang sedang berbaring lemas tertidur dan okaasan-nya yang sedang memegang tangan kiri suami tercintanya. Memang sungguh romantis~

Yuto menunggu di depan kamar sambil terdiam karena sibuk dengan pikirannya.

Sedangkan saat di ambang pintu, Ryosuke menggenang air mata tetapi ia tahan, Ryosuke merasa sedih dan iba kepada ayah-nya. Perlahan-lahan Ryosuke mendekat dan menyadarkan ibu-nya atas kedatangan Ryosuke.

"Okaasan, bagaimana keadaan otousan?''.

"Mulai membaik, tapi otousan tidak boleh kebanyakkan pikiran''.

Ryosuke memeluk otousan-nya, Ryosuke menitikkan air matanya.

"Okaasan?''

"Ya Ryo-chan, ada apa?''

"Apa benar otousan dan okaasan sudah tidak sanggup membayar pembantu-pembantu di rumah?'', tanya Ryosuke sambil tidak lepas menatap mata okaasan-nya.

"Iya Ryo-chan, karena ayahmu memerlukan uang yang cukup besar untuk pengobatannya'', ibu Ryosuke menjelaskan sambil menangis dan tetap menggenggam erat tangan suami tercinta.

"Egh.. R-ryo chan'', ayah Ryosuke terbangun

"A-aku disini otousan'', Ryosuke kaget karena ayahnya baru sadar segera menyebut namanya.

"Huaa... hiks hiks... otousan'', tangisan Ryosuke meledak.

"Otousan cepat sembuh, aku janji tidak akan balap liar lagi. Aku janji.. hiks hiks'', Ryosuke menunduk sambil memegang erat tangan kanan ayahnya.

"Ryo-chan... Otousan akan ke Singapore bersama ibumu untuk menjalankan pengobatan. Sementara kamu akan dititipkan ke rumah teman ayah'',

"Nande? Aku kan bisa ikut ayah dan ibu ke Singapore'', Ryosuke tampak tidak terima dan memikirkan bagaimana nasibnya saat ditinggalkan orang tua.

"Kalau kau ikut akan menghabiskan banyak biaya. Lalu, kartu ATM-mu ayah pinjam dulu untuk biaya berobat. Mobil mu juga akan ayah sewakan untuk biaya makan sehari-harimu'', kata ayah Ryosuke dengan wajah yakin.

Ucapan ayahnya membuat Ryosuke sangat kaget setengah mati. Bagaimana mungkin ia ditinggal keluar negeri tanpa memegang uang sedikitpun. Fasilitas pun tidak ada, hanya HP yang ia punya sekarang.

"Bagaimana uang kuliahku per semester? Lalu aku harus naik apa kesana?'', tanya Ryosuke untuk meyakinkan ayahnya bahwa ini benar-benar keterlaluan.

"Uang kuliahmu sudah okaasan lunasi, dan kau bisa naik sepeda ke kampusmu. Jaga diri baik-baik selama kami tinggal ne Ryo-chan'', ucap Ibu Ryosuke sambil mengelus kepala anaknya.

"Hiks.. bagaimana kalau teman ayah punya niat jahat terhadapku?'', ya, Ryosuke masih mencari alasan untuk tidak ditinggal sendirian.

"Itu tidak mungkin, karena ia adalah teman dekat ayah sekaligus bodyguard ayah. Hahaha, ayah jadi ingat masa-masa itu'', ayah Ryosuke sedang bernostalgia dengan wajah tersenyum lemah.

"Oiya, kau akan dijaga oleh anak teman ayahmu dan ia akan tinggal disini mulai besok. Dia seumuran denganmu loh. Hehe'', jawab Ibu Ryosuke dengan penuh gembira.

'Anaknya? Huaa siapa lagi ini, jangan-jangan orang yang jahat'

"Siapa dia?'', tanya Ryosuke penasaran dengan wujud asli anak itu.

"Yuu-chan, ayo masuk'', panggil ayahmu dengan menatap ke arah pintu besar.

'Yuu-chan?'

Ryosuke mengikuti arah pandangan ayahnya. Dan........

"Eee..... Orang itu??'', teriak Ryosuke histeris tidak percaya, karena orang yang merebut ciuman ketiganya lah yang tinggal bersamanya dan menjaganya besok.

Yuto memasuki ruangan itu dengan wajah ragu dan segera mendekat ke keluarga Yamada.

"Yuu-chan kami titip Ryo-chan selama kami pergi ne. Jika ia nakal bilang saja ke tante'', ucap ibu Ryosuke dengan senyum sumringah.

"I-iya tante, aku akan menjaganya'', jawab Yuto membalas senyum ibu dan ayah Ryosuke dengan tangan merangkul Ryosuke.

"Tck, lepaskan'', Ryosuke melepas paksa rangkulan Yuto. Tapi Yuto terus merangkulnya.

"Hei, aku bilang lepas!'', teriak Ryosuke dengan wajah marah dan melepas kembali rangkulan Yuto padanya.

Setelah terlepas Ryosuke menjauh dari Yuto dan duduk di sofa yang ada di kamar tersebut. Dengan wajah cemberut bercampur marah, Ryosuke hanya terdiam.

"Iie... Aku tidak akan lepas'', Yuto mendekati Ryosuke dan duduk disampingnya dengan kembali merangkul bahu Ryosuke.

"Tck''

"Jika kau ingin orang tuamu senang, jangan membantah'', Yuto berbisik di telinga Ryosuke. Kata-kata itu membuat Ryosuke merinding dan tidak berkutik.

Orang tua Ryosuke yang melihat mereka hanya tersenyum, Yuto pun membalasnya. Sedangkan Ryosuke hanya cemberut sambil menggembungkan pipi chubby-nya.

"Kalian akan semakin akrab setelah kami tinggal. Hihihi'', ucap ibu Ryosuke.

"Kami akan pergi besok pagi, kalian jangan terus bertengkar'', ucap ayah Ryosuke yang terus tersenyum.

Ryosuke berpikir mungkin memang ini yang terbaik. Semenjak Yuto datang, ayah dan ibunya selalu tersenyum. Ya setidaknya Ryosuke bisa berakting di depan ayah dan ibunya.

____***____

Hari ini adalah hari dimana pria chubby ditinggal sendirian oleh orang tuanya ke Singapore.

Pria tinggi melambaikan tangan dengan semangat ke arah orang tua pria chubby. Mereka pun membalas lambaian pria tinggi.

Sebelumnya pria tinggi adalah Nakajima Yuto dan pria chubby adalah Yamada Ryosuke.

"Yosh, mereka sudah pergi. Ayo'', Yuto segera menarik tangan Ryosuke.

"Ee... mau kemana?'', Ryosuke berusaha melepas genggaman Yuto, tapi ia kalah kuat dengan Yuto dan terus melangkah.

"Kau belum makan kan?''

"A-apa pedulimu. A-aku b-bisa masak sendiri'', Ryosuke menjawab dengan ragu.

Ya, sebenarnya Yuto tau watak asli Ryosuke. Manja, cengeng, nakal, tidak mandiri, tidak suka suasana sepi, dan suka makan. Tapi Ryosuke adalah anak yang jujur. Begitulah watak Ryosuke yang Yuto tau. Loh memang Yuto siapanya? Ya entahlah~

"Hontou? Oke kita pulang saja, aku ingin mencoba masakanmu'', Yuto menengok ke arah Ryosuke sambil tersenyum.

Wajah Ryosuke merah merona. Ya, dia kena batunya sendiri. Sebelumnya Ryosuke tidak bisa masak dan dia mendapatkan wajah kebingungan.

'Aaaa... bagaimana ini? Aku tidak bisa masak. Huaa', hati Ryosuke meronta dan otaknya berpikir keras akan masak apa nantinya.

Mereka sudah berada di dalam mobil. Suasana agak canggung dan Ryosuke seperti mencari topik pembicaraan. Sedangkan Yuto hanya fokus menyetir.

"K-k-kenapa mobil ini masih digunakan?'', tanya Ryosuke penasaran.

"Memangnya mobil ini rusak?'', tanya balik Yuto dengan pandangan masih menghadap kedepan.

"Iie, maksudku bukankah mobil ini sudah di sewa?'', Ryosuke menjawab sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau belum tau?'', tanya Yuto sambil nyengir dan menatap Ryosuke.

"Apa?''

"Mobil ini yang menyewa aku'', senyum Yuto kembali mengembang.

"Heee..... N-nande??''

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin''

'Huftt.. sebenarnya siapa orang ini', pikir Ryosuke dalam hati.

Mobil mulai memasuki pagar rumah Ryosuke, keadaan terlihat sangat sepi. Ryosuke dan Yuto masuk ke rumah besar tersebut.

"Akhirnya sampai juga. Aku lapar, kau mau masak kan?'', Yuto tersenyum dan segera rebahan di sofa dengan kaki diangkat ke meja.

"A-aku kan juga baru sampai, aku lelah, nanti saja kubuatkan'', Ryosuke mencari alasan.

"Kau lelah atau kau tidak bisa memasak Ryosuke?'', nada bicara Yuto mengejek seakan dia Chef Internasional.

'Ee... dia memanggil nama depanku'

"T-tentu saja aku bisa, kau jangan mengejekku ya'', Ryosuke melotot ke arah Yuto lalu membuang muka.

Yuto berdiri dan mendekati Ryosuke dengan wajah tersenyum menyeringai. Yuto yang semakin dekat membuat Ryosuke mundur. Mendekat, semakin mendekat dan DON!

Ya, Yuto sedang melakukan kabedon dengan Ryosuke. Ryosuke kaget, jantungnya entah kenapa berdebar-debar, pipinya terasa memanas, jantungnya terasa sesak seakan kekurangan oksigen.

Memang lebay, tapi itulah kenyataan yang dirasakan Ryosuke. Jarak wajah mereka sekarang hanya 10 cm.

"Kenapa wajahmu merah Ryosuke? Kau terangsang melihatku?'', ucap Yuto dengan nada menggoda.

"A-aku tidak'', Ryosuke berbicara dengan mata tidak menatap Yuto.

"Bohong! Kau menikmatinya kan?''

"M-minggir bodoh, kau terlalu dekat'', Ryosuke mendorong Yuto dan pergi meninggalkannya. Yuto yang ditinggal hanya tersenyum menatap punggung Ryosuke yang berjalan terburu-buru.

Ryosuke mengurung diri di kamar dengan badan ditutupi selimut, sampai ia lupa waktu kalau sekarang sudah waktunya makan malam.

'Kenapa dia melakukan itu? Siapa dia? Huaa, kami-sama tolong aku. Jangan-jangan dia jahat'

Krucuk krucuk

Perut Ryosuke bunyi, ia baru ingat kalau dirinya belum makan sejak pagi. Ryosuke terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ryosuke memberanikan diri untuk keluar kamar dan segera mengarah ke dapur.

"Oii''.

Ryosuke menoleh ke arah sumber suara, ia mendapatkan sosok yang tidak ingin ia temui untuk saat ini. Sosok itu sedang duduk di kursi makan yang didepannya sudah tersedia makanan-makanan lezat di atas meja. Ya, siapa lagi kalau bukan Yuto.

Ryosuke menghirup aroma masakan itu dari kejauhan dengan memejamkan mata.

'Umm.. baunya saja sudah lezat'

"Baunya lezat kan?''

"Iya baunya sangat lezat, pasti rasanya akan lebih lezat'', Ryosuke masih meracau sambil menghirup dalam-dalam aroma masakan itu. Ia tidak sadar kalau itu suara Yuto.

Ryosuke segera membuka mata dan mendapatkan Yuto sedang tersenyum dari arah meja makan.

"Ayo makan bersama, kau lapar kan''

"H-hai..'', senyum sumringah Ryosuke sangat menggemaskan. Siapapun yang melihat pasti ingin mencubit pipi chubby itu.

Ryosuke makan dengan semangat dan mengabaikan keadaan di sekitarnya. Yuto yang didepannya mencuri pandang ke Ryosuke dan tersenyum, lalu melanjutkan makannya.

Yuto dan Ryosuke tampak sudah selesai makan malam, Yuto membereskan sisa makanan dan segera mencuci piring. Sedangkan, Ryosuke hanya duduk bersandar dengan wajah kekenyangan.

"Aaa.. Aku kenyang, aku akan kembali ke kamar. Arigatou'', Ryosuke tersenyum ke arah Yuto dan pergi ke kamarnya.

'Kau tidak pernah berubah Ryo-chan', pikir Yuto dengan tersenyum.

____***____

Keesokan harinya, di kamar yang berukuran besar terdapat makhluk berambut coklat madu dan berpipi chubby sedang tidur di atas futon empuk. Makhluk tersebut adalah Yamada Ryosuke.

Tepat disamping Ryosuke tedapat makhluk lain yang sedang memeluk dirinya, yaitu Nakajima Yuto. Mereka berpelukan mesra dengan selimut menyelimuti tubuh mereka yang tidak ditutupi sehelai benang pun.

Ya, itu semua hanyalah khayalan author m*esum. Balik ke cerita aslinya.

Ryosuke keluar kamar dengan baju kemeja putih dan bersiap untuk kuliah. Dengan wajah yang tampak malas, Ryosuke menyusuri dapur untuk meminum segelas air.

"Yoo''

Ryosuke memutar badan ke arah sumber suara dengan tangan masih memegang gelas. Ryosuke terkejut dan air yang ada dimulutnya menyembur keluar ke arah wajah seseorang yang dihadapannya, orang itu adalah Yuto.

"Eee.... G-g-gomennasai'', Ryosuke panik dan segera meletakkan gelasnya di meja makan.

"K-kau'', Yuto menekuk kedua alisnya dan melotot ke arah Ryosuke.

Sebelumnya, Ryosuke terkejut karena melihat Yuto membawa strawberry cake berukuran sedang. Yuto pun memakai celemek dengan wajah yang berlumuran tepung.

"Gomennasai... Hontou ni gomennasai''.

Entah apa yang dipikirkan Ryosuke, ia segera mengelap wajah Yuto yang terkena air dengan tangannya. Dan entah apa yang dipikirkan Yuto juga, lama-lama ia mulai tersenyum menyeringai.

"Oii, K-kenapa kau senyum seperti itu?'', Ryosuke segera menghentikan aktivitasnya mengelap wajah Yuto.

Yuto menaruh strawberry cake buatannya di atas meja makan.

Yuto mulai mendekat ke Ryosuke, Ryosuke mundur dengan wajah panik tapi tetap menatap Yuto.

'Yabai, jangan-jangan dia akan melakukan itu lagi'

__________________

Ini ff pertama saya. Akhirnya di post juga hee~ Maaf kalo banyak kesalahan, karena masih belajar hehehe😊 Silahkan komen kritik dan saran~

#yutoyama #fanfiction #インドネシア #indonesia

Up