FIC: I Love You when I Know I Can't | Chapter One

Jul 25, 2010 09:23

Ne ff bukan punyaku, seh!! tp, punya salah satu NaeYoedongsaeng...
gumawoyoo, buat Giselle dah kase ffny dipost dimari *hug,kissu giselle*

Title:  I Love You when I Know I Can’t
Author: Giselle
Length: Chapter (1/15+Epilog)
Genre: AU, Incest, Fluff, Angst, Romance
Rated: PG-15
Pairing: YunJae
Warning: BoyXBoy / yaoi

I'm holding back the tears
I walk trying to lessen the weight of my heart
To a place that is neither close nor far
Where a different me stands
I will not cry

I'm living with my tears
I walk trying to lessen the weight of my heart
To a place that is neither close nor far
Where a different me stands
I will not cry

I'm holding back the tears
I run adding to the weight of my faith
To a place that is neither high nor low
Where a different me stands again
With a small smile I can laugh
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~
Chapter One

“Kau masih berada di sini?? Kau tidak akan pergi sekarang??”

Park Yoochun berjalan mendekati seorang pria yang sedang serius menatap layar notebook-nya, sesekali melihat ke arah beberapa dokumen yang bertumpuk di sebelahnya, mengetik sesuatu, memeriksanya, mendesah panjang dan kembali membaca dokumen itu.

”Ini hampir jam dua belas malam. Aku pikir kau masih mempunyai seorang adik laki-laki di rumahmu...”

Pria itu terdiam, dan menghentikan pekerjaanya. Benar, masih ada orang yang menunggu dirinya di rumah. Tapi pekerjaan ini benar-benar menyiksa dirinya dan dia begitu uring-uringan, memilih pulang atau bertahan di kantor ini.

”Kau mau mengabaikan adikmu? Wow, hebat sekali...

Siapa orang yang selama ini selalu marah jika dia tahu ada tugas menumpuk di kantor, memaki dan menjerit kalau dia tidak boleh membiarkan adiknya menunggu??

Sebuah ejekkan yang berhasil membuat pria itu menarik napas panjang dan menutup notebook-nya.

”Jangan paksa aku jika akhirnya masalah ini tidak selesai.” Ancamnya dan dia mulai mengumpulkan beberapa barangnya, dan berjalan keluar dari ruangannya.

Well, ini benar-benar sudah terlalu malam. Tidak ada karyawan lagi. Saat dia berjalan turun ke halaman parkir dan masih diikuti oleh Park Yoochun, dia hanya melihat beberapa penjaga malam yang memberi hormat ketika melihatnya.

”Huh! Aku tidak tahu kalau seorang Jung Yunho tidak bisa menyelesaikan sesuatu.” Dengus Yoochun dan memperhatikan saja saat Yunho masuk ke dalam sebuah mobil sport hitam dan berhasil mengabaikannya.

Tanpa mengucapkan selamat tinggal pada sahabatnya sendiri, Yunho sudah melaju cepat di jalanan. Yoochun yang masih berdiri di halaman parkir benar-benar salut dengan Yunho.

“Well, bukankah aku sahabat yang baik? Aku menemaninya sampai jam dua belas malam, saat aku tahu kalau aku bisa menikmati saat-saat ini bersama Su…” desahnya panjang dan masuk ke dalam BMW silver yang berada tepat di sebelah mobil Yunho.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Selang beberapa menit, Jung Yunho sudah berdiri di depan pintu apartment-nya.

Dia ragu untuk menekan bel. ‘Mungkin dia sudah tidur.’ Pikirnya dan akhirnya memutuskan untuk membuka pintu apartment itu dengan kunci miliknya.

Perlahan dia membuka pintu, berharap agar tidak menimbulkan suara yang berisik. Keadaan apartment itu gelap dan begitu diam.

Well, tidak terlalu, saat dia mendengar suara mendengung yang berasal dari ruang keluarga.

Setelah membuka sepatunya dan meletakkan begitu saja tas dan jasnya, Yunho berjalan perlahan ke ruang keluarga. ‘Mungkinkah dia lupa mematikan televisi?’ Saat kepalanya mengintip, dia melihat sesosok tubuh kecil sedang duduk di depan televisi yang 42’’ yang layarnya kini sudah berubah menjadi garis-garis halus berwarna hitam, putih dan abu-abu.

“Kau belum tidur?” desahnya pelan dan menyadari sosok itu tidak seperti biasanya.

Biasanya… Dia akan berlari ke arah Yunho, memeluk leher Yunho, mengucapkan ‘selamat datang’, mencium pipi Yunho, membawakan tas dan jas Yunho ke kamarnya. Tapi tidak hari ini.

Dia bahkan tidak mencoba berputar dan melihat ke arahnya. “Kau marah?”

Yunho berjalan mendekati sosok yang melipat tubuhnya begitu kecil, meletakkan dagunya di lututnya dan dari ruangan gelap yang hanya di sinari lampu kecil itu, dia bisa mendengar isakkan.

“Kau tidak apa, Jae?” desah Yunho dan menepuk kepala Jaejoong dengan lembut. Tapi Jaejoong tidak memberikan reaksi dan masih terisak.

“Berapa lama kau menungguku.”

“De… delapan… jam…” gumamnya di tengah isakkan yang semakin keras terdengar.

“Dan kenapa kau masih menungguku?”

”Karena... hyung... sudah... berjanji... akan... pulang... cepat...” kali ini isakkan itu berubah menjadi tangis.

Yap, akhirnya Jaejoong menangis. Tidaknya hanya menangis tapi mulai memukul bahu Yunho yang mencoba membawanya ke dalam pelukannya.

”Pembohong!! Hyung pembohong!! Aku... Aku tidak akan bisa... mempercayaimu lagi!!” jeritnya dan masih memukul Yunho yang berhasil memeluknya dengan erat.

Dia benci itu. Jung Yunho benar-benar benci. Dia tidak akan membiarkan Jaejoong berhenti mempercayainya. Itu salahnya. Bukan, semua salahnya.

Benar dia sudah berjanji pada Jaejoong, dan benar kalau dia berhasil membuat Jaejoong menunggu dirinya selama delapan jam. Salahnya karena dia sendiri yang merencanakan membuat Jaejoong menunggu.

Jung Yunho menipu adiknya sendiri, Jung Jaejoong.

Tapi untuk apa??

”Maaf...” desahnya dan merasa begitu bersalah. ”Maafkan aku... Aku tahu aku berbohong. Maafkan aku...” Dosa yang begitu besar baginya jika dia melakukan hal ini lagi.

Jung Yunho tidak akan membiarkan dirinya membuat kesalahan yang sama, dan dia tahu kalau percobaan konyol ini berhasil membuat dirinya dan Jaejoong begitu sedih.

Tapi dosa yang lebih besarnya sebenarnya adalah mengenai perasaan ini.

Pelukan itu berlangsung lama. Perlahan Yunho tidak mendengar lagi suara tangisan, dan akhirnya berubah menjadi tarikan napas yang teratur dan begitu tenang.

Tersenyum kecil, Yunho mengangkat Jaejoong ke kamarnya. Setelah meletakkan adiknya di tempat tidur dan memberikannya selimut, dia memastikan kalau tidak ada yang yang salah dengan adiknya yang cantik dan begitu mempesona.

”Maafkan hyungmu yang bodoh ini, Jae-ah...” desahnya. Wajahnya mendekat perlahan ke arah Jaejoong yang sudah tertidur pulas, mencium keningnya, matanya, hidungnya, pipinya, dan berhenti lama di bibirnya.

Merasa ada yang salah-dan memang salah-Yunho menjauhkan wajahnya dari Jaejoong dan menatap laki-laki yang terlihat begitu tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia terganggu. Mendesah kembali, Yunho berdiri dan perlahan menutup pintu kamar itu.

Dia melangkahkan kakinya ke arah dapur dan begitu terkejut saat melihat sebuah makan malam lengkap sudah tersaji di sana.

Mungkinkah Jaejoong sengaja menyediakan ini? Merasa begitu bersalah, Yunho akhirnya duduk di meja itu, mengambil sumpit dan mengambil kimchi.

Well, sudah dingin, dan benar-benar berhasil membuat selera makan hilang. Enak, tapi perasaan sedih dan tidak nyaman menyelimuti dirinya. Ini semua salahnya…

Dan dia menyesali hal itu. Mungkin jika saja dia pulang cepat, dia bisa makan bersama dengan Jaejoong. Lebih baik daripada memandang tumpukan dokumen ’omong-kosong’ dan ’konyol’ itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

__Keesokan Harinya__
”Matamu bengkak.” Yunho meringis begitu keluar dari kamar dengan setelan kantor lengkapnya. Dia memandang Jaejoong yang sedang menyiapkan sarapan pagi itu dengan seragam sekolahnya. Laki-laki itu hanya menjulurkan lidahnya dan kembali menyiapkan sarapan.

”Semuanya salah hyung.” Dengusnya dan berhasil mengabaikan Yunho selama sarapan. Tapi Yunho tahu itu tidakan akan berlangsung lama. “Kau akan pergi begitu saja?” Jaejoong menatap Yunho yang berjalan keluar dari apartment mereka, dan mengabaikan Jaejoong dengan sengaja.

”Well, kau kelihatannya sedang kesal padaku. Jadi lebih baik kita...”

”Kau bercanda, hyung.” Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Jaejoong masuk ke dalam mobil Yunho dan menunggu sampai pria itu masuk dan menjalankan mobil keluar dari gedung apartment mereka.

”Kau masih kesal?” katanya membuka pembicaraan pagi itu.

”Aku tidak pernah tidak kesal padamu.”

“Apa aku harus melakukan sesuatu?”

”Tidak. Kau tidak harus melakukan sesuatu.”

Tidak berarti iya. ”Besok hari Sabtu, bagaimana kalau ke mall? Kita bisa membeli beberapa baju baru untukmu.” Tidak menjawab berarti iya. Dia mengangguk puas dan melihat dari sudut matanya kalau Jaejoong yang menatap jalan tersenyum kecil.

Bukankah Yunho selalu berhasil membuat adik kesayangannya itu tersenyum. ”Kita sudah sampai...” katanya saat mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang ramai dilalui beberapa murid.

Kali ini Jaejoong menatap Yunho, dan menunjukkan senyum yang begitu dia sukai. ”Sampai jumpa...” sahutnya dan mengecup pelan pipi Yunho sebelum akhirnya dia berjalan turun keluar dari mobil dan masuk ke halaman sekolah.

”Aku tidak pernah gagal membuat dia tersenyum.” Desah Yunho sambil melaju kembali ke kantornya dengan kecepatan tinggi. “Dan aku juga tidak pernah gagal membuat dia menangis…” tambahnya dengan ekspresi sedih.

“Yah!! Jung Jaejoong!! Bagaimana laki-laki seperti kau bisa ada di sekolah ini!!” desis seorang anak perempuan yang sudah melempari dirinya dengan sebuah sampah berbau busuk yang membuat mereka jijik sendiri telah memegangnya. Sampah itu tepat mengenai kepala Jaejoong.

”Kau ingin melawan Tiffany, ya?? Tidak ada gadis yang bisa mengalahkan kecantikan Tiffany di sekolah ini, dan kau tiba-tiba saja muncul, mengacaukan semua sistem pikiran anak laki-laki di sekolah ini!!” gadis lain mendorong Jaejoong sampai punggungnya memukul dinding dengan begitu keras.

“Bahkan anak laki-laki paling tampan di sekolah ini, Choi Siwon, kau rebut??” gadis lain kali ini menendang kaki Jaejoong dan berhasil membuatnya mendarat ke tanah dengan begitu mulus.

”Bukan salahku kalau dia sampai menyukaiku...” gumam Jaejoong rendah. Tapi hal itu di dengar oleh pemimpin semua anak perempuan itu.

”Kau masih berani melawan??” desis Tiffany dan mulai memukul kepala Jaejoong dengan tangannya. Dia meringis pelan saat merasakan pukulan itu. Well, tidak seharusnya anak perempuan ‘ringan tangan’ seperti mereka. Tapi sayangnya, semua anak perempuan di sekolah ini seperti itu, terhadapanya. ”Siwon-ssi bukan menyukaimu!! Dia hanya bersimpati padamu!!”

”Aku tidak memintanya bersimpati padaku.” desahnya dan kali ini dia mendapat tamparan keras di pipi sebelah kirinya. Sakit, tentu saja sakit! Dia sudah merasakan pukulan itu entah berapa kali sejak setahun yang lalu dia pindah ke SMA di Seoul.

”Kau... Laki-laki bodoh sepertimu...” geramnya dan tiba-tiba saja sudah menyiram Jaejoong dengan air kotor yang entah berasal dari mana, dan membuat dirinya basah dan terlihat tambah kotor. ”Hmmp!! Itu lebih baik bagimu!!”

”Aku melihatnya turun dari mobil mahal tadi pagi.” sahut seorang gadis dan berhasil menarik perhatian gadis lain.

”Jangan pedulikan. Mungkin saja dia punya pekerjaan lain sebagai seorang ’host’. Mungkin seorang nenek-nenek atau kakek-kakek yang mengantarnya...” mendengar itu mereka tertawa dan pergi meninggalkan Jaejoong begitu saja di halaman belakang sekolah.

Tidak ada orang di sana, dan tidak ada yang pernah tahu tentang hal ini, kecuali semua anak perempuan di sekolah ini pasti tahu.

”Aku akan pulang...” desahnya perlahan dan bangkit berdiri. Tapi dia tidak sanggup, dan akhirnya terjatuh lagi.

Dia menggigit bibirnya begitu kuat, menahan air mata yang nyaris mengalir dengan bebas di pipinya yang pucat dan merah akibat tamparan tadi. ”Yunho-hyung...” isaknya.

Akan lebih baik kalau hyung-nya ada di sini. Dia orang yang pertama kali akan dia datangi dan menangis di pelukan pria itu. Dia mencintai pria itu, tapi dia begitu takut untuk menceritakan tentang ini semua padanya.

Karena bila itu terjadi, berarti dia harus kembali ke London, tempat kedua orang tua mereka berada. Dan itu berarti dia harus meninggalkan Yunho yang sudah sangat begitu dia cintai.

Hanya ini kesempatan kami bisa bersama... Bersabarlah, Jaejoong! Hanya beberapa bulan lagi. Setelah itu kau bisa keluar dari tempat terkutuk ini, dan menghabiskan semua waktumu dengannya…

Tapi pikirannya dipenuhi dengan percintaan terlarang ini. ’Apa salahnya kalau aku mencintainya? Kau menanggap itu dosa, tapi aku tidak!!’ dia menekankan hal itu begitu kuat di hatinya. Cukup itu saja, dan dia berhasil bertahan hidup di dunia ini untuk waktu cukup lama...
~~To Be Continue~~

gumawoyoo, yurobuuun!!!...
please leave Ur comment,ne^^

pg-15, yunjae, genre:angst, fanfic, genre:incest

Previous post Next post
Up