Flame (Prolog)

Mar 31, 2014 10:37

Yuki wa tada shizukani
Maru de anata no youni
Kono kata ni maiorite sotto hohoemu
Te de furereba kitto
Kiete shimau kara kono mama de
Hitori
Me wo toji anata kanjiru
(Arashi - Dear Snow)

Aku terus berlari. Menembus hutan, menerjang badai. Berharap kamu ada disana, berdiri sambil tersenyum padaku. Sama seperti yang dulu, senyum yang menerangi musim saljuku tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Tapi aku tahu, kamu tidak ada disana lagi. Kagami….

Prolog

Semenjak dibuang orang tuaku, hidup di jalan sepertinya sudah menjadi takdirku. Aku pun mulai berjalan dari satu kota ke kota lain. Ini musim salju ketigaku di Kyoto. Sudah sejam aku berdiri di depan toko, berharap ada yang mau memberiku makanan hangat karena sudah 3 hari perutku ini tidak terisi. Salju terus turun dan tidak memperdulikan tubuhku yang sudah mulai menggigil kedinginan tanpa kusadari aku pun jatuh pingsan. Ah ya, inilah saatnya pikirku. Namun tiba-tiba seseorang datang menghampiriku.
“Oi, kamu tidak apa-apa?” katanya sambil memegang tanganku.
Anak kecil. Umurnya sama denganku, mungkin sekitar 13 tahun. Tapi yang membedakan adalah pakaian yang dikenakannya. Berwarna biru gelap dengan rajutan kuning halus di sepanjang lengannya. Aku hanya bisa diam karena tubuhku terasa berat dan pandanganku mulai kabur.
“Bawa dia ke rumah” perintahnya pada pengawal yang sejak tadi berada di belakangnya. Aku sudah pingsan dan tidak merasakan apapun. Yang kudengar hanyalah suara kuda yang berlari pelan menembus salju Kyoto ini.
Ciprat. Aku merasakan air yang disiramkan di mukaku.
“Apa-apaan ini? Siapa kau? Kenapa aku disini?” ujarku sambil melihat sekeliling. Rupanya dia membawaku ke kamarnya, kataku dalam hati. Kamarnya tidak teralu besar. Banyak sekali warna merah yang menghiasinya. Mulai dari seprei, gorden hingga baju yang kupakai. Tercium bau wangi yang menusuk hidungku.
“Kamar apa ini? Baunya menyengat sekali” ujarku sambil menutup hidung.
“Aku Aomine. Mulai sekarang kau akan bekerja disini. Anggap saja ini adalah rumahmu sendiri” ujar anak laki-laki itu sambil mengajak seorang laki-laki paruh baya masuk ke dalam kamar.
“Bekerja disini? Maksudmu?”
“Ya. Sebagai geisha” katanya dengan mukanya yang angkuh namun kuat itu
“Geisha? Apa kau bodoh? Geisha itu hanya untuk perempuan sedangkan aku ini laki-laki” ujarku dengan penuh amarah.
“Aku tahu itu. Namun mulai sekarang kau harus menjadi wanita, Kagami” ujarnya sambil berjalan mendekatiku. Aku hanya diam dan berusaha memahami situasi yang kuhadapi. Namun tiba-tiba dia menarikku dan menciumku dengan kasar. Aku yang kaget berusaha melepaskan pelukannya itu.
“Apa yang kau lakukan?” ujarku dengan penuh kemarahan.
“Aku akan menjadikanmu bersinar, Kagami”
“Namaku bukan Kagami! Dan aku tidak mau berada disini” Aku pun segera berlari dan turun dari tempat tidur namun entah kenapa aku pun jatuh ke tanah. Tubuhku lemas sekali. Sialan sekali dia meracuniku!.
“Sialan kau!” kataku dengan napas terengah-engah. Dia hanya tersenyum culas dan menatapku dengan matanya yang tajam. Perlahan dia menghampiriku yang terbaring lemah di lantai.
“Kagami” dia pun mengelus daguku dengan lembut
“Hm….” Aku merasakan ada sesuatu padaku. Pasti ini gara-gara obat ini. Sialan. Aku tidak bisa melawan.
“Haha. Kawaii na. Ingat Kagami, aku akan mengeluarkan cahaya api di matamu itu. Hanya aku yang bisa” ujarnya sambil berjalan pergi. Dengan segera pria paruh baya yang dari tadi berdiri di belakang berjalan ke arahku, memelukku. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Yang kuingat hanyalah senyum culas dan tatapan matanya yang tajam itu. Aomine!

#fanfiction #aokaga #flame

Previous post Next post
Up