Jul 07, 2011 07:31
Do You Love Rain?
Genre : Angst,Romance, Comedy
Author : Kana Natsume
Cast : Yamada Ryosuke, Seiko Okamura dan 9 member JUMP yang lain
Chapter : Oneshot
EPILOGUE
Tik..tik..tik..
“Aahh,hujan sialan. Sepatu yang kubeli kemarin jadi kotor nih. Masih ada gak ya semir sepatu di rumah?” gerutu Yama
Hari itu sepertinya memang hari sial baginya. Sepulangnya dari membeli sepatu di sebuah toko tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Padahal waktu dia berangkat awannya masih cerah. Sungguh aneh.
“Aku harus minta jemput nih,sebelum rambut baruku basah terkena hujan” gumam Yama.
“Halo pak,jemput aku sekarang ya? Aku lagi basah kuyup nih. Cepetan! Gak pake lama!” Yama pun menggebu-gebu
“Maaf dek. Ini toko bangunan. Mau pesen batu bata?” ujar suara di seberang sana
Yama segera melihat layar Hpnya, disitu tertulis “Toko Bangunan Maju Banget”. Rupanya dia salah memencet nomor telpon. Tapi dasar Yama yang gengsi langsung saja dia menjawab.
“Iya, mau pesen batu bata nih. 1 truk ya? Buat bangun toko bangunan di sebelah tokomu!”
KLIK
Belum sempat pegawai itu menjawab, Yama sudah keburu menutup telponnya.
“Kayaknya aku harus nerobos ujan nih. Untung kemarin aku udah dikejar Kuu jadi kakiku udah terlatih. Hehehe” ujar Yama
Belum sempat dia berlari, matanya tertuju pada sosok yang tengah menari di tengah taman tempat dimana dia berteduh. Cewek itu kelihatan menikmati sekali padahal hujan tengah turun dengan derasnya.
“Ngapain tuh cewek joget-joget di tengah taman? Mana ujan lagi? Kan orkesnya dimulai besok pagi” kata Yama
Yama pun memicingkan matanya, melihat siapakah cewek yang tengah menari itu. Sayup-sayup dia mendengar suara nyanyian.
Omoi de zutto,zutto wasurenai sora
Futari ga hanaretei temo
Konna,suki na hitori deau kisetsu nidotonai
Hikatte motto saikou no lady
Kitto sotto omoi
Todoku shinjiru koto ga subete
Love so sweet
BLARRR
Suara kilat membuat Yama menutup mata dan telinganya, ketika dia membuka mata gadis itu sudah hilang.
“YAMAAAAAA..Udah pagi nih. Ayo bangun” katanya sambil memasuki kamar Yama yang masih gelap.
“Udah pagi ya? Masih ngantuk” Yama pun menutup mukanya dengan selimut
“Eeeehh..Dame! Ayo bangun. Aku ga mau telat lagi kayak kemarin. Masa kita disuruh lari keliling lapangan basket 100kali?” gerutunya sambil menarik Yama keluar dari selimut bergambar Ichigonya.
“Mou..Niichan, 5 menit lagi ya? Aku bener-bener ngantuk nih. Kemarin baca Naruto dari volume 1-1000” Yama memohon pada kakaknya
“Yare-yare. Yaudahlah. 5 menit ya? Gak lebih!” ancamnya sambil membuka gorden.
“Iya Hika Niichan” ujar Yama malas sambil menarik selimutnya kembali.
“Itadakimasu” Yama yang sudah selesai mandi segera memakan roti selai stoberi favoritnya.
“Hmm..Oishii. Ichigo ga daisukiii”
“Oishii sih Oishii. Tapi dilap dulu napa selainya? Udah nyampe kuping tuh” ujar Chinen yang duduk di depannya
“Bodo! Yang penting makan” kata Yama sambil melanjutkan makannya.
“Astajiiim..Makan apa kelaperan? Roti 10 abis. Sama plastiknya juga ga ada”
“Rame aja ih. Kamu cepet berangkat sono. Anak SMP ga boleh telat tau”
“Yeeee..Emank SMA aja yang boleh telat? SMP jg bisa”
“Ga mungkin bisa. Noh,satpamnya udah jemput” kata Yama sambil menunjuk ke arah Takaki yang sudah berdiri di depan rumah
“Ohayou Yama-nii. Makan ichigo lagi?” sapa Takaki
“Ohayou Takachan. Yup,mochiron. Aku kan kembarannya stoberi” ujar Yama
“Bukannya kembarannya semangka?” celetuk Chinen
PLAKK
Sebuah garpu melayang di atas kepala Chinen
“Ga kena yee. Aku kan pake helm”
“Awas ya? Kalo pulang kugelitikin ampe nangis” ancam Yama
“Ga takut. Weeek” Chii memeletkan lidahnya
“Udah cepetan berangkat. Uang saku kemarin masih ada kan?”
“Ada kok. Tinggal 100rbu”
“Kalo kurang sms aja Chii. Tar biar langsung ku transfer ke rekeningmu”
“Iye2..Aku berangkat ya yama-nii. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam. Kalo jalan lewat kiri yah Chii?”
“Siiip” teriak Chii dari dalam mobil Jaguarnya
Setelah memakan 2 kantung roti,2 gelas jus stroberi dan sekotak biskuit, Yama segera bergegas pergi ke sekolah. Hikaru yang sudah tidak sabar menunggu Yama sudah meninggalkan adiknya sejak sejam yang lalu.
“Hari ini kayaknya panas. Males nyetir mobil nih” kata Yama dalam hati
“Paaaaakkk,cepetan berangkat. Udah telat nih” Yama berteriak memanggil supir keluarganya.
“Iya den” ujar pak Supir sambil mengeluarkan mobil dari dalam garasi
“Eeehh,aku gak mau pake yang itu. Aku mau pake yang ini aja”
“Itu kan Harley Davidson. Mana bisa disetir?”
“Bodo amat. Yang penting naik ini”
“Ealah. Nasib” kata Pak Supir pasrah
Setelah sejam perjalanan,sampailah Yama di sekolahnya. Sekolah elit yang sudah berdiri sejak 50 tahun yang lalu. Semua anggota keluarganya pernah bersekolah disini. Tak terkecuali Hikaru dan Chinen. Hanya saja mereka berada di lain gedung.
“Ohayou” sapa Yama pada Yuto yang sedang menjaga pintu gerbang bersama guru piket
“Ohayou. Tumben ga nelat Yam? Kemasukan apa kau?” canda Yuto
“Eitss. Aku kan selalu datang pagi emang”
PLAKK
Sebuah jitakan mendarat di kepala Yama
“Jangan membuat kebohongan publik. Semua juga tau gimana Yamada Ryosuke kalo berangkat” Daiki yang baru datang langsung ikut bergabung
“Iyalah. YAMADA RYOSUKE gitu lho. Siapa sih yang gak tau aku?” ujar Yama sambil menepuk dadanya
“Jahh..Mulai lagi dia Daichan. Udah yuk,kita masuk aja. Lagian tugasku juga udah selesai”
“Ayuk. Males banget ngeladenin nih anak Yut”
“Eeehhh..Awas ya kalo minta traktir nasi jagung depan sekolah!” ancam Yama
“Hehehehe. Ampun bos” ujar Daiki dan Yuto bersamaan
Merka bertiga pun segera masuk ke sekolah mereka. Diantara mereka bertiga hanya Yama-lah yang berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya adalah seorang direktur perusahaan pengolah ikan terbesar se-Jepang dan Ibunya adalah seorang Desainer baju ternama di Tokyo. Tak heran jika Yama tumbuh menjadi anak yang sombong. Tetapi untung saja dia berteman dengan Daiki dan Yuto. Mereka berdua dapat bersekolah di sekolah elit itu karena beasiswa yang mereka terima. Daiki mendapat beasiswa di bidang atletik sebagai MVP dalam satu pertandingan basket se-Jepang dan Yuto mendapat beasiswa di bidang Sains dalam penemuan mesin pembuat nasi. Daiki dan Yuto tetap sabar menghadapi kelakuan Yama yang sok itu. Mungkin karena mereka memang sudah jodoh.
Bel istirahat pun berbunyi. Yama,Daiki dan Yuto segera bergegas ke kantin.
“Ahhh,aku laper banget nih. Aku kudu dapet lumpia hari ini” ujar Yuto berapi-api
“Aku kudu makan cakue. Kalo perlu 5 piring” Daiki pun memantapkan hati
“Kau mau makan apa Yam? Biar kutebak...martabak?” kata Yuto
“Chigau yo~. Itu kan kemarin. Aku mau beli terang bulan aja hari ini”
“Souka. Tapi kamu mau beli dimana? Kantin sekolah kita kan gak jualan terang bulan” kata Daiki
“Un..Aku mau beli di warung depan sekolah saja. Kata Hika niichan enak”
“Oke deh. Ati-ati ya? Jangan lupa bungkusin kita” Yuto melambaikan tangannya
“Yoi. Kalo gak,ulangan matematika mati!” ancam Daiki
“Iyeeeeee” teriak Yama
“Irrashaimase” Yabu menyambut Yama yang baru masuk ke tokonya
“Un..”
“Etto,ada yang bisa dibantu?”
“Pesen terang bulan 3 kotak, ga pake lama yah? Aku buru-buru”
“Tashikomarimashita. Ditunggu yah?” Yabu pun pergi untuk membuatkan pesanan Yama
“Cepetan Pak” teriak Yama
Saat Yama ingin berdiri untuk menelpon, datanglah seorang gadis berkepang yang mengantarkan minuman. Dia kelihatan manis dengan rok putih panjang yang dipakainya. Matanya yang coklat membuat Yama ingin terus melihatnya.
“Douzo. Silahkan diminum” kata gadis itu ramah
“Un.. Sankyuu” Yama segera meminum air putih itu “Kamu kerja disini?”
“Yup. Aku membantu Yabu niichan,orang yang barusan mencatat pesenanmu itu”
“Souka” gumam Yama sambil terus melihat pipi gadis itu yang merona merah
“Aku masuk dulu ya. Silahkan dinikmati”
“Eh,iya” Yama pun salah tingkah
Setelah menunggu beberapa lama, pesanan Yama pun datang.
“Douzo. Terang bulan 3kotak. Silahkan datang lagi” ujar Yabu ramah
“Doumo. Eh, boleh nanya ga?”
“Boleh. Mau tanya apa? Gimana cara buatnya? Gomen,rahasia perusahaan. Jadi ga bisa dikasih tau”
“Yeee. Bukanlah. Aku beli bisa,ngapain susah-susah bikin?”
“Kali aja gitu”
“Aku mau tanya. Nama gadis yang tadi mengantarkan minuman tadi siapa?”
“He? Siapa? Inoo? Ryuu? Mereka kan cowok” ujar Yabu sambil menunjuk ke arah mereka berdua
“Baka! Bukan mereka tapi...”
“Niichan,tolong anterin pulang dulu bisa? Belum ngangkat jemuran nih. Kayaknya mau hujan” ujar gadis itu sambil memegang bahu Yabu
“Iyah,bentar ya. Habis ini kusuruh si Ryuu buat ngantar kamu. Tunggu disini dulu” Yabu pun bergegas memanggil Ryuu yang sedang asyik bermain kucing.
“Anoo..Kamu mau kemana?” tanya Yama
“Ehh..Kamu yang tadi kan? Suaramu khas” gadis itu tersenyum hangat “Aku mau pulang sebentar. Ngangkat jemuran. Keito pasti belum pulang”
“Keito? Dia adikmu?”
“Yup. Kamu kenal?”
“Pasti. Dia kan teman sekelasku. Si jago sepakbola”
“Hehehe..Kami sering main bareng dulu” kata gadis itu menerawang jauh
“Kalo mau main bola bilang aku aja. Aku punya stadion sendiri di sebelah rumahku. Jadi kalian bisa bebas bermain tanpa ada yang mengganggu”
“Hontou? Arigatou..Tapi kayaknya sekarang udah mustahil”
“Lho,kenapa? Gatau jalannya? Tanya aja sama orang-orang,rumahnya Yamada Ryosuke dimana. Pasti tahu semua kok” ujar Yama bangga
“Soalnya aku...”
Belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, Yabu dan Ryuu sudah datang.
“Ayo..Katanya mau pulang” ujar Ryuu sambil menjulurkan tangannya
“Yup. Berangkat. Aku duluan ya? Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” Yama dan Yabu pun menjawab bersamaan
“Hei,kamu belum jawab pertanyaanku. Namanya siapa?”
“Kenapa memangnya dengan adikku?”
“Gakpapa. Aku suka liat matanya. Matanya bersinar”
“Souka..” raut wajah Yabu berubah murung “Namanya Okamura Seiko”
“Hmm..Seichan yah? Kawaii banget namanya. Dia sudah punya pacar?”
“Belum. Dia selalu menutup diri sama orang lain”
“Kenapa memangnya? Eh,namamu siapa? Kita belum kenalan tau. Aku Yamada Ryosuke,panggil Yama aja”
“Aku Okamura Yabu,panggil Yabu aja” ujar Yabu sambil menjabat tangan Yama
“Boleh kapan-kapan aku main kesini?”
“Douzo Yam. Asal beli yah?”
“Pastinya. Tenang aja duitku banyak kok”
“Hahahaha.Oke”
“Titip salam sama Seichan” ujar Yama sambil keluar dari toko itu
“Apa dia gak tahu keadaan Seiko yang sebenarnya? Seiko kan...” gumam Yabu sambil menggigit bibirnya.
“Sialan. Ujan lagi” Yama pun menggerutu karena hujan yang tiba-tiba mengguyur dengan derasnya. Yama segera berteduh di bawah pohon beringin besar di tengah taman tempat dimana tadi dia membeli es krim stoberi.
“HP-ku kecemplung got juga. Mantep banget dah. Besok kudu beli HP baru nih” gumam Yama
Tiba-tiba sebuah alunan lagu pun terdengar di telinga Yama
Kimi ga ima orita basho ni nandaka
Mou modorenai
Sonna ki ga shita
Jitensha no furoga kyuu ni
Karuku natte furimuitanda
Kimi ga ima orita basho ni nandaka
Mou modorenai sonna ki ga shita
Yoku mitane mawara no hanabi
Koko kara no nagamega suki de
Mata dokokade aeruto iu darou
Namida mo sagasazuni bokura wa
Demo sono toki wa
Mou ima tou chigau
Sore wo futari shitteiru no ni
Yama segera mencari-cari siapa pemilik suara indah itu.
“Gadis Hujan?” gumam Yama
Ketika Yama memicingkan matanya, 2 orang pemuda datang dan menjemput gadis itu.
“Neechan mulai lagi deh. Ayo pulang. Deres banget hujannya. Nanti neechan sakit” ujar Keito
“Iyah,apa mau kugendong lagi kayak kemarin?” ujar Inoo dengan tatapan nakalnya.
“Eeehhh...Gak mau ah. Inoo niichan ga kuat gendong aku kan? Kapan hari aku mau jatuh,untung ada Keichan” sahut Seiko sambil memeletkan lidahnya.
“Hehehe. Gomen. Yaudah,ayo balik. Nanti roti bakarnya keburu dihabisin Ryuu”
“Bener-bener. Ayo neechan”
“Dasar gembul”
Inoo dan Keito segera menggandeng tangan Seiko,seperti seorang putri.
“Keito? Apa yang dia lakukan disini? Berarti dia Seiko? Choto matte..Seiko aneh”
Saat Yama ingin menghampiri mereka, mereka sudah pergi meninggalkannya.
“Seikochan..Kamu...” Yama berkata sambil menatap punggung Seiko yang menjauh pergi.
Sesampainya di rumah, Yama segera mengeringkan bajunya yang basah. Dia ingin membuat teh hangat ketika tiba-tiba kepalanya terasa pening.
“Aduh,kepalaku sakit” keluh Yama
“Kenapa yam? Kebanyakan baca manga lagi yah?” kata Hikaru yang lewat di depannya
“Gak tau. Kayaknya iya deh. Lemes banget”
“Makanya lain kali jangan tidur malem-malem. Ga baik lagian”
“Iyah niichan” kata Yama sambil memegangi kepalanya
“Udah tidur sana” ujar Hikaru sambil naik ke atas kamarnya
Yama mengangguk pelan sambil memegang kepalanya.
“Ayo Yama,kurang dikit lagi. Kamu pasti bisa” ujar Yama dalam hati.
“Irasshaimase” ujar Yabu sopan
“Yo! Seikochan ada?” ujar Yama dengan nafas terburu-buru
“Ada. Bentar yah kupanggil dulu. Dia lagi di belakang kayaknya”
“Oke. Gak pake lama yah?”
Yama pun duduk di kursi pojok belakang. Dia meluruskan kakinya yang capek karena habis lari dari koridor kelasnya kesini. Tak lama kemudia sesosok gadis imut pun datang.
“Eh,Yamada-san. Ada apa yah? Tumben datang kesini” tanya Seiko sopan
“Ikut aku sebentar” Yama menarik tangan Seiko
“Ehhhhh”
“Udah,ngikut aja”
Sesampainya di taman sebelah sekolahnya, Yama melepaskan tangannya.
“Udah nyampe”
“Ini dimana?”
“Di taman biasanya Seiko”
“Biasanya?”
“Yup,gadis hujan” ujar Yama sambil memegang tangan Seiko lembut.
“Eeehh” muka Seiko langsung merah
Belum selesai Yama berbicara,hujan pun turun dengan derasnya. Seiko ingin mencari tempat berteduh tapi tangan Yama menghentikan langkahnya.
“Anoo,Yamada-san. Hanashite kudasai. Yabu niichan pasti nyari aku. Aku harus pulang” kata Seiko
Yama pun melepaskan genggamannya. Seiko berjalan perlahan tapi pasti. Tapi tak sampai 5 langkah, Seiko kehilangan keseimbangan. Yama yang sigap langsung menangkap tubuhnya yang ringan.
“Sepertinya kamu memang butuh bantuan yah, Seichan?”
“Hehehe. Nasib orang buta kayak aku”
“Demo, aku suka banget sama matamu Seichan. Indah sekali”
“Arigatou Yamada-san. Meskipun aku ga bisa liat mataku sendiri” canda Seiko
“Kamu pasti bisa liat Seichan. Pasti” tatapan Yama menerawang jauh
“Kalo aku bisa ngeliat,ayo ujan-ujanan bareng”
“Hahaha. Impianmu aneh sekali”
Kilat pun membuyarkan candaan mereka.
“Waduh,kilatnya nyeremin” ujar Yama sambil menutup telinganya.
“Hontou? Aku pengen liat petir” gumam Seiko
Yama yang melihat gurat kesedihan di wajah Seiko langsung mengganti topik pembicaraan.
“Ne, Seichan. Kenapa sih kamu kok suka banget maen hujan? Ga adem yah? Kalo aku mah ogah. Mending di rumah makan angsle” kata Yama
“Alasanku mah gampang aja. Soalnya semua orang bisa ngerasain hal yang sama kayak aku” jelas Seiko dengan senyumnya
“He? Maksudnya? Penyakit Baka-ku kumat gara-gara ngeliat petir”
“Kalo hujan, semua pasti bisa ngerasain butiran air yang netes dari atas langit. Meskipun kita memejamkan mata,kita pasti tahu kalo itu air. Jadi aku ga ngerasa beda sama yang lain”
“Hmm...” Yama hanya menggumam tak jelas
“Kamu mau nyoba juga? Ayo ikutan”
Seiko segera menarik tangan Yama
“Eeehh..Nani?”
“Ayo kita dansu berdua. Aku dari dulu kepingn dansa tapi Yabu niichan gak mau nemenin. Keito juga ga bisa dansa. Mau ya?” Seiko menatap Yama dengan Puppy Eyes
“OMG. Seiko...” kata Yama dalam hati
“Iyalah. Itung-itung amal” ujar Yama pasrah
Seikopun segera bernyanyi lagu kesukaannya.
Sora owou gurei no moyou nimo
Bokura tada anata wo
Utsutsu dake
Furitsukzukena subete wa kieru
Aaah ima..
Kuchibiru kara
Boku no mana motomeruto
Tsutawaru nara nanimo
Iwazuni hanaretemo
Hikari saseba
Yomi ga eru yo
*Starry Sky - Winter Opening Song
“Suaramu enak sekali. Harusnya kamu bisa jadi penyanyi Sei-chan” kata Yama
“Hahaha. Makasih. Kalo aku bisa liat,ayo kita karaoke berdua Yamada-san” Seiko berkata dengan muka bersinar-sinar
“Mochiron. Aku siap nemenin kamu nyanyi 100 lagu” canda Yama
“Hoooo. Kutunggu Yamada-san”
“Ga usah panggil Yamada. Panggil aku Ryo”
“Oke Ryo” ujar Seiko sambil tersenyum simpul
Mereka terus menari tanpa peduli hujan yang terus turun. Membasahi semua. Termasuk hati Yama.
“Akhirnya,aku menemukanmu Seichan” gumam Yama sambil mengenggam erat tangan Seiko.
PROLOG
Seiko kembali mengambil surat beramplop biru itu,warna kesukaannya. Lama sekali dia memandangi surat itu. Setelah puas dia memandanginya, Seiko pun memeluk surat itu. Surat yang diterimanya seminggu yang lalu dan masih terlipat rapi. Surat dari seorang Yamada Ryosuke.
Ohayou Seiko-chan. Kamu bacanya pagi-pagi kan? X3 . Kalo kamu baca surat ini, berarti aku udah ga disini. Aku lagi maen-maen ke tempat bagus. Tempat idaman semua orang.
Mungkin kamu berfikir kalo aku ini jahat banget. Pergi gitu aja,ga pamitan. Tapi aku ngelakuin ini bukan karena ga ada sebabnya. Aku ga bilang bukan karena aku gak mau tapi karena aku ga sanggup. Ga sanggup ngeliat mata indahmu bakalan jadi mendung.
Lewat surat ini,aku cuma mau bilang perasaanku ke kamu Seiko-chan. Aku suka kamu. Suka banget. Sampe-sampe ngalahin rasa sukaku sama stroberi.
Ne,apa kamu inget saat pertama kali kita ketemu? Waktu kamu nganter minuman itu? Andai aja kamu tau gimana wajahku saat itu (>o
Masih keinget jelas di pikiranku waktu kamu dianter Ryuu pulang dan aku cuma bisa ngeliatin aja. Pengen banget aku gantiin posisi Ryuu buat nganter kamu tapi matanya Yanu nyeremin,aku jadi takut. Sejak itu aku suka kamu.
Aku pernah ketemu kamu sama Keito. Kamu lagi nari-nari tiba-tiba Keito jemput kamu kan? Aku pengen nyamperin tapi aku kaget ngeliat keadaanmu yang sebenarnya. Kamu butuh seseorang buat jadi penyangga dan aku siap jadi dia.
Kalo inget waktu hujan itu,sumpah aku pengen banget peluk kamu. Kamu kayaknya rapuh di luar tapi ternyata kuat banget di dalam. Waktu aku nanya kenapa kamu suka hujan,dengan tegas kamu jawab soalnya aku gak mau beda sama yang lain. Kakkoi!.Lebih kakkoi dari Hika niichan. Sejak itu aku suka kamu Seiko-chan.
Aku pengen kamu tahu kalo aku suka banget sama kamu Seiko. Gatau kenapa dan sejak kapan. Tapi yang aku tahu aku suka kamu sampe kapan. Jangan pernah ngerasa kamu beda. Kamu ngerasa beda karena kamu gak tahu kalo kamu itu istimewa. Kukasih hadiah deh biar kamu jadi lebih istimewa. Semoga dengan ini kamu bisa lebih banyak senyum dan bisa nyanyi lebih indah lagi (apa hubungannya?). semoga dengan kadoku yang gak seberapa ini,kamu bisa ngeliat petir saat hujan. Hehehe.
Seiko pun memegang kedua matanya.
“Terima kasih Ryo. Makasih banget” Seiko berkata sambil menangis haru.
Oh iya,gara-gara kamu aku jadi suka banget sama hujan. Mungkin kamu bener, kalo hujan itu bisa nenangin kita. Kalo aku kangen kamu,aku berdiri di bawah hujan,nutup mata dan manggil namamu. Gak tau kenapa aku langsung ngerasa kamu ada di sampingku Seiko-chan. Kamu pasti kangen sama kan? Kalo kamu kangen,kamu lakuin hal yang sama aja kayak aku. Aku pasti datang buat meluk kamu.
Terakhir kali,aku pingin ngucapin makasih buat kamu. Makasih karena kamu udah ngajarin aku tentang hidup. Makasih karena kamu udah buat aku jadi lebih baik. Makasih karena kamu udah menyinari hari-hariku dengan senyummu. Makasih karena kamu udah jadi Seiko Okamura yang ku kenal.
Dari pemujamu
Yamada Ryosuke
Seiko menutup surat itu. Tak terasa air mata mulai menetes di pipinya. Ingatannya kembali ke peristiwa seminggu yang lalu. Peristiwa pahit yang ingin sekali dia lupakan.
“Tok..Tok..Tok”
“Iya sebentar” sahut Inoo dari dalam kamarnya
Ryuu pun segera turun untuk membuka pintu rumahnya. Ternyata itu Hikaru.
“Yo Pelanggan Setia. Ada apa malam-malam begini?” canda Inoo
Tanpa basa-basi, Hikaru langsung menyerahkan surat beramplop biru itu.
“Nani kore?”
“Untuk Seiko dari Yama” jawab Hikaru dengan muka sedih
“Eeeh,bentar ya? Kupanggil Seiko dulu” ujar Inoo
Tak berapa lama Seiko pun datang dengan tongkat kecil sebagai pengganti matanya.
“Ano..Dare desuka?” kata Seiko sopan
“Aku kakaknya Yamada” jawab Hikaru
“Kamu Hikaru oniichan? Ryo sering cerita banyak tentang kamu” Seiko berkata sambil tersenyum
“Memang benar apa yang dikatakan Yamachan. Dia berbeda” gumam Hikaru
“Ada apa yah malam-malam begini? Ryo kok gak ikut?”
“Dia....” Hikaru menghentikan ucapannya “Oh iya,kore. Titipan dari Yamada” Hikaru menyerahkan surat beramplop biru itu pada Seiko
“Nani kore? Surat? Aku kan ga bisa bacanya” ujar Seiko sambil tersenyum.
“Gakpapa. Bawa aja. Ini hadiah terakhir buatmu” jawab Hikaru dengan menahan tangis.
“Maksudnya apa yah?” tanya Seiko yang kebingungan
“Nanti kamu pasti akan tahu sendiri. Udah ya,aku mau pulang dulu. Aku harus kembali ke Yamada. Assalamualaikum” Hikaru pun melangkah pergi
“Waalaikumsalam” jawab Seiko sambil memegang erat surat dari Yamada.
Di sebuah Rumah Sakit
“Ayo lebih keras lagi. Dia belum sadar. Tambah voltasenya” sebuah suara memenuhi ruangan operasi itu.
“Baik dokter” ujar Perawat sambil mengusap peluh Dokter yang telah mengoperasi Pemuda itu sejak 2 jam yang lalu.
Chinen,Yuya,Daiki dan Yuto hanya bisa pasrah melihat Yama yang tengah menjalani operasi kanker otaknya.
“Kenapa kamu tidak bilang niichan?” ujar Chinen sambil menutup mukanya,menahan tangis.
“Kenapa kamu gak mau cerita sama kita? Apa sebegitu bencinya kamu sama kita jadi kamu gak mau cerita?”ujar Yuto sambil menenangkan Daiki yang dari tadi sudah menangis
“Bukannya begitu. Yama pasti gak mau ngelihat kalian sedih,makanya dia gak bilang. Dia gak mau kalian juga ikutan sakit” kata Yuya menenangkan mereka bertiga
“Tapi kenapa jadi begini? Aku ga tega liat dia disitu” Daiki berkata sesegukan sambil menunjuk ruang UGD
“Sudahlah. Yama pasti sembuh. Aku percaya” Yuya menguatkan mereka berempat
Hikaru yang baru datang,langsung menghampiri mereka berempat.
“Sudah kuberikan pada Seiko” ujar Hikaru “Bagaimana keadaan Yama? Apakah dia sudah bisa keluar dari UGD?”
Belum selesai mereka berempat menjawab,seorang dotkter keluar dari dalam UGD
“Dokter,gimana keadaan adik saya? Apakah dia baik-baik saja?” kata Hikaru penuh harap.
Dokter itu hanya bisa menghela nafas.
“Maaf,kami sudah berusaha semampu kami. Kami turut berduka cita” ujar Dokter iu sambil berlalu pergi meninggalkan mereka berlima yang masih tidak mengerti.
“Chotto,ini bohong kan? Katakan padaku kalo ini Cuma mimpi!” ujar Daiki sambil menepuk pipi tembemnya.
“Ini hanya mimipi buruk. Ayo kita bangun” ujar Yuto sambil mencari kamar mandi untuk menyiram air di tubuhnya.
Chinen dan Yuya hanya diam terpaku,berusaha meresapi kata-kata dokter barusan. “YAMAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” teriak Hikaru yang langsung berlari ke UGD diikuti oleh mereka berempat.
Di sebuah Taman
Cuaca memang buruk hari itu. Entah kenapa dia tidak membawa payung padahal sudah diingatkan oleh Keito. Belum selesai dia berlari,hujan sudah turun dengan derasnya. Bukannya berteduh,dia malah berlari ke tengah taman. Dia membuka tangannya lebar-lebar,seakan menunggu seseorang untuk datang menjemputnya.
“Ah..Kamu datang juga Ryo” ujar Seiko pelan sambil memejamkan matanya dan merasakan tetesan air hujan yang membasahi mukanya.