maaf ya kalo aga susah dibaca m(-.-)m
co-paste sih...
--> kalo mau ngasih pendapat, ketik di bagian comment aja biar semuanya jg bisa baca n kita bisa diskusi...
Ilustrasi Kasus:
· Wanita 33 tahun, 50kg dengan tanda-tanda akut abdomen telah dijadwalkan untuk emergensi laparatomi eksplorasi.
· Keluhan pasien ini adalah nyeri abdomen yang hebat dengan muntah yang berwarna kehijauan. Mekan terakhir 8jam yang lalu, minum terakhir 4 jam yang lalu.
· Pasien sering merasa sesak nafas dan berbunyi. Serangan terakhir 2bulan yang lalu, keluhan sesak nafas timbul bila terpapar debu atau cuaca dingin. Pasien sering minum neo napacin bila merasa sesak nafas, dan gejala berkurang. Pengobatan dari dokter yang pernah diterima adalah tablet warna putih yang diminum 3 kali sehari dan warna hijau yang harus diminum sehabis makan 3 kali sehari, tetapi pasien lupa nama obat-obatan tersebut.
· Pasien ini pernah menjalani operasi usus buntu
· TD 85/60mmHg, laju nadi 115 x/m, hematokrit 45%
Diskusi
Wanita 33 tahun 50 kg, dengan tanda-tanda akut abdomen telah dijadwalkan untuk laparotomi eksplorasi.
Akut abdomen adalah suatu kegawatdaruratan di mana terjadi peningkatan TIA yang akan meningkatkan resiko regurgitasi --> aspirasi --> Mendelson’s syndrome (volume asam lambung > 25ml, pH < 2,5). Terapi awal yang sebaiknya dilakukan adalah pasang NGT untuk dekompresi dan menurunkan volume lambung, akan tetapi kita harus berhati2 saat akan melakukan intubasi karena NGT akan mengganggu pandangan saat akan melakukan intubasi dan sphincter esophagus bawah tidak kompeten. Oleh karena itu, saat akan intubasi, NGT dicabut posisikan kepala pasien sedikit tinggi (head up à liat Yao lg yah buat kebenaran istilahnya di bab Intestinal Obstruction, hehe..). NGT dipasang kembali jika operasi sudah mau selesai. Pada keadaan seperti ini tidak boleh diberikan gastrokinetik untuk menurunkan resiko aspirasi.
Gunakan Rapid Sequence Induction (RSI) supaya waktu rawan sebelum patensi jalan napas kita ciptakan dapat diminimalisasi seoptimal mungkin. Untuk muscle relaxant (MR) sebaiknya digunakan depolarisasi MR akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya fasikulasi (kontraksi otot yang menyeluruh dan tidak beraturan) --> TIA >>> Untuk mencegah hal ini maka diberikan defasciculating dose dari MR non-depol (10% dari dosis untuk intubasi). Lakukan pula Sellick maneuver tepat saat pasien mulai tidur hingga telah dipastikan bahwa ETT sudah di tempat yang seharusnya. Pada maneuver ini, cartilage cricoids yang berbentuk bulat akan ditekan dan akan meneruskan gaya tekanan hingga ke esophagus.
Keluhan pasien adalah nyeri abdomen yang hebat dengan muntah yang berwarna kehijauan.
Makan terakhir 8 jam yang lalu, minum terakhir 4 jam yang lalu
Pasien sering merasa sesak nafas dan berbunyi. Serangan terakhir 2 bulan yang lalu. Keluhan sesak nafas timbul bila terpapar debu atau cuaca dingin.
Penyulit: asma bronkhiale. Yaitu suatu obstruksi jalan napas yang ditandai dengan inflamasi dan hiperresponsif mukosa jalan napas. Keluhan pasien adalah: dyspneu, batuk, dan wheezing. Sifatnya reversible (di luar serangan tidak ada keluhan apapun). Th/ dengan ß2 agonis, Xantin, Kortikosteroid.
Prinsip anestesi untuk penyulit ini: 1) cegah histamine release e.c obat, 2) induksi dengan gas anestesi yang bersifat bronkodilator, 3) ekstubasi dalam untuk cegah bronkospasme, 4) ruangan dihangatkan karena pasien alergi dingin
Pasien sering minum neo napacin bila sesak dan mengurangi gejala tersebut. selain itu, pasien juga telah berobat ke dokter dan pengobatan dari dokter yang pernah diterima adalah warna putih yang diminum 3 kali sehari dan warna hijau yang harus diminum sehabis makan 3 kali sehari.Pasien lupa nama-nama obat itu.
Obat-obatan yang digunakan: 1) putih --> aminofillin, 2) hijau --> prednisone
Prednisone jika jangka waktu pemakaian terakhir < 1 minggu dan waktu pemakaian terakhir > 6 bulan maka tidak perlu diberikan saat premedikasi.
Xantin bekerja melalui cGMP, ß2 agonist bekerja melalui cAMP.
Pasien pernah menjalani operasi usus buntu.
Operasi sebelumnya tanpa penyulit apapun
Tekanan darah 85/60mmHg, laju nadi 115x/menit.
Hematokrit 45% --> tanda dehidrasi karena muntah, tidak ada intake, dan inflamasi peritoneum
Tanda shock --> loading cairan 10-20cc/kgBB dengan RL sambil dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu cek elektrolit. Jika hasilnya imbalance elektrolit, perlu dipertimbangkan cairan lain karena RL yang digunkan untuk loading hanya sebagai maintenance saja sehingga harus digunakan yang isotonus dan komposisi mirip plasma darah. Tetapi cairan diberi dengan memperhatikan urine output juga sebagai monitor adekuasi cairan yang diberikan.
Diagnosa pre-op: akut abdomen e.c susp. Ileus obstruktif dengan ASA IIIE (karena masih ada penyakit sistemik yang belum terkendali seperti dehidrasi dan hemodinamik juga masih terganggu) --> perbaiki KU secepat mungkin
PERITONITIS --> banyak pembuluh darah di peritoneum --> ekstravasasi cairan ke rongga ketiga >>> maka hemodinamik terganggu dan cairan harus diperbaiki sehingga TD akan >> dan HR akan <<
PRE-MEDIKASI:
1. Loading cairan untuk perbaiki hemodinamik
2. Proton Pump Inhibitor (Omeprazole)
3. Nebulizer dengan Salbutamol (u/ profilaksis karena akan memanipulasi jalan napas. Akan tetaoi karena kita hanya mau mendapatkan efek local saja, maka kita berikan secara inhalasi, bukan IV)
4. Dexamethasone 5mg IV (boleh dikasih atau tidak, tergantung pemakaian terakhir)
5. AB profilaksis (karena op di daerah abdomen)
6. Kateter untuk monitoring UO
7. NGT untuk dekompresi
INTRA OP
1. RSI (jika mau diinduksi dengan Ketamin dan propofol juga boleh, tp dosis masing2 zat bisa dikurangi --> ketamine paling banyak 1cc/KgBB saja. Tapi ketamin akan buat bronkus hipersekresi. Untuk penggunaan gas anestesi untuk maintain tidak perlu selalu menggunakan sevofluran karena selain mahal, ternyata semua gas anestesi memang punya efek bronkodilator namaun Isofluran itu baunya tajam sehingga jika digunakan untuk gas induksi dan bukan hanya sebagai gas maintenance maka isofluran juga boleh digunakan pada pasien asma)
2. Intubasi (bgmna cara supaya respon jalan napas saat intubasi ↓???? 1) Lidocain 1mg/kgBB IV karena adanya ‘first lung effect’, 2) anestesi harus cukup dalam, 3) maneuver harus sesingkat2nya)
3. Analgetik boleh apa aja karena pasien tidak pnya alergi terhadap obat apapun, asal tidak ‘histamin release’
4. Extubasi dalam, dengan tujuan mencegah rangsangan jalan napas. Syaratnya: 1) napas sudah spontan dan adekuat, 2) tidak ada residual MR, 3) reflex proteksi (bisa menelan). Caranya adalah setelah napas adekuat, maka beri lidocain lagi, pasang NGT terbuka, dan angkat kepala pasien sedikit
POST OP --> VOSPETDIA