[Extra Story] Extra story Bel pulang berdentang di seluruh sekolah, sudah saatnya para siswa mengakhiri aktivitas belajar mereka pada hari itu. satu persatu siswa sekolah tersebut berjalan keluar gerbang sembari bercengkrama dengan teman-temannya. Rasa lelah setelah seharian menyerap berbagai pelajaran hari ini seakan hilang tertutupi oleh senyuman mereka. Hari ini adalah hari terakhir musim semi dan artinya hari ini adalah hari terakhir mereka masuk sekolah. Semua siswa bergegas pulang untuk mempersiapkan liburan musim panas mereka. Semua tersenyum bahagia menyambut libur musim panas tahun ini, kecuali satu orang. Seorang gadis sedang duduk diam di bangkunya. Tangan kanannya menyangga kepalanya yang menoleh keluar jendela kelas yang sudah kosong tersebut. Ditatapnya langit sore yang kemerahan itu. Entah apa yang dia pikirkan, sesekali dia menghembuskan napasnya sambil memejamkan mata dan saat dia buka matanya kembali, tampak sekali sebuah penyesalan di wajahnya tapi segera disembunyikannya lagi. Gadis itu terus menatap langit sore seakan tak ada satu pun niatan untuk pulang dan meninggalkan pemandangan itu. Gadis itu sibuk menatap langit hingga tak menyadari ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya. Seorang laki-laki bermata elang sedang berdiri di depan pintu kelas sambil melihat lekat-lekat ke arah gadis itu. Disandarkannya tubuhnya dipintu kelas tersebut. Dari wajah tampannya tersirat rasa iba saat melihat gadis itu.
-flash back- ~1 bulan yang lalu~ Hujan turun sangat deras, Yui berjalan gontai di bawah hujan yang terus menerus mengguyur tubuhnya. Dia berjalan tanpa tahu arah tujuan. Dia terus berjalan menyusuri jalanan yang sepi itu. Akhirnya, sampailah dia di sebuah taman bermain. Di taman bermain itu, dia pernah bermain layaknya anak kecil bersama seorang pemuda yang sangat penting baginya. Yui melangkahkan kakinya menuju sebuah ayunan. Didudukkannya badannya yang basah kuyup di ayunan itu, digerakkannya perlahan kedua kakinya hingga ayunan itu bergerak maju dan mundur. “kriet. Kriet. Kriet” bunyi ayunan itu bercampur dengan suara hujan yang terus turun. Cukup lama dia berayun kecil di sana. Tiba-tiba dihentikannya ayunan itu, dia menundukkan kepalanya menahan rasa panas di mata yang tiba-tiba dirasakannya. Rasa panas itu seakan ingin menyeruak keluar membawa butiran-butiran bening. Tangannya menggenggam erat besi-besi kecil yang menjadi tali ayunan itu, menahan agar butiran-butiran bening itu tidak keluar lagi. Tapi usahanya sia-sia, rasa penyesalan mengalahkannya dan akhirnya, Yui pun menangis. Dia menangis lagi menyesali kebodohannya. Keadaannya saat ini benar-benar kacau, orang yang melihatnya pasti akan merasa kasihan. Tapi Yui tak mengiharaukannya, dia tetap menangis di bawah guyuran air hujan itu. Tiba-tiba dua tangan melingkari bahunya dan memeluk tubuh Yui dari belakang. Yui tertegun, dia pun menoleh ke orang tersebut. “Keito..” ucapnya. “Aku mencarimu kemana-mana. Jangan membuat orang khawatir. Sekarang ayo kita pulang!” Keito pun melepas pelukannya dan berjalan ke depan Yui. “Keito, aku sangat mencintainya. Tapi..” suara Yui pun mulai bergetar. Dan akhirnya Yui pun menangis lagi. Melihat itu, Keito segera menarik Yui hingga Yui berdiri dan memeluknya lagi. “ini bukan salahmu. Kau tak perlu menyesalinya. Dia pasti kembali, Yuto pasti akan pulang! Aku yakin itu!” ucap Keito berusaha menenangkan Yui. Hujan pun mulai reda, Keito masih memeluk erat tubuh Yui. Yui pun mulai berhenti menangis. “ayo kita pulang! Ibumu pasti sangat khawatir” ajak Keito. Keito melepas pelukannya dan membungkukkan badannya sedikit. Disekanya airmata di pipi Yui. “sudah, jangan menangis lagi. ayo pulang!” ucap Keito tersenyum berusaha menyemangati Yui. Yui menganggukkan kepalanya. Keito pun mengambil payungnya yang sedari tadi dibiarkan terjatuh di tanah lalu menarik pergelangan tangan Yui untuk pulang. Keito berjalan sambil tersenyum berharap senyumannya dapat memberi semangat pada kekasih sahabatnya itu. Tapi usahanya sia-sia, Yui berjalan mengikuti langkah Keito dengan terus menundukkan kepalanya tak melihat senyuman yang berusaha disunggingkan oleh Keito. Melihat itu, senyum lebar Keito pun perlahan berubah menjadi senyuman tipis. Dia menghela napasnya dan melihat ke depan seakan menguatkan dirinya sendiri. -flash back end-
“Sampai kapan kau mau duduk di situ terus?” laki-laki itu pun mulai mengeluarkan suaranya. Satu menit.. dua menit.. gadis itu tak kunjung menjawab dan tetap menatap ke luar jendela tanpa menghiraukan pertanyaan dari laki-laki yang notabennya adalah senpainya itu. “ck!” laki-laki itu pun berdecak. Karena tak sabar menunggu jawaban kouhainya itu, dia pun berjalan mendekati gadis itu dan duduk di bangku tepat di depan gadis itu. “sampai kapan kau terus di sini, Yui? ayo pulang!” Laki-laki itu mengulang ucapannya. “Keito.. Kira-kira, apa yang sedang dia lakukan sekarang? kapan dia akan pulang?” tanya Yui dengan tetap melihat langit. Keito pun terdiam mendengar pertanyaan Yui.
Keito’s POV Sudah 1 bulan sejak Yuto pindah ke London. Sejak saat itu juga, Yui jadi seperti ini. Dia berubah, dia tak lagi menjadi gadis periang yang cerewet seperti dulu. Sekarang senyumannya seakan hilang entah kemana. Yui sekarang lebih sering menghabiskan waktunya untuk diam menatap langit. Melihat keadaannya aku jadi merasa bersalah, aku tak dapat menepati janjiku.
-flash back- “selama berhari-hari, dia berusaha keras belajar membuat ini untukmu. Dia ingin makan berdua denganmu” jelas Keito seraya memberikan kotak bento itu pada Yuto dan dia pun pergi. Yuto membuka kotak bento di tangannya itu. “Keito!” Keito menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya melihat orang yang memanggilnya. Yuto melangkahkan kakinya berjalan mendekati Keito. Dia pun berdiri di depan Keito, tangannya menggenggam erat kotak makan itu. Di tatapnya tajam mata sahabatnya itu. “aku ingin meminta tolong padamu. Maukah kau membantuku?” tanya Yuto. Keito mengangkat satu alisnya heran mendengar ucapan Yuto. “ya, ada apa?” jawab Keito dingin. “aku akan pindah ke London besok. Ayahku dipindah tugaskan ke sana, jadi aku akan meneruskan sekolahku di sana. Maka dari itu, aku mohon padamu tolong jaga Yui” mata Keito terbelalak mendengar apa yang barusan Yuto katakan. “kau mau pindah ke London?! Apa maksud semua ini? kau memutuskan hubunganmu dengan Yui lalu besok kau mau pergi ke London?! Kau mau meninggalkannya dengan keadaan seperti ini?! dimana rasa tanggung jawabmu?!” Keito yang marah segera menarik kerah baju Yuto. Yuto hanya bisa diam tak berdaya menerima perlakuan Keito. “gomen.. Aku tidak bisa bilang padanya. Aku tak mau membuatnya kesepian karena aku pergi jauh dan mungkin akan lama di London. Jadi aku pikir, akan lebih baik jika aku mengakhiri hubungan ini dan membiarkannya bersama pria lain yang lebih baik dariku, agar dia bahagia dan tidak merasa kesepian. Saat aku melihat kalian berdua tertawa bersama, hatiku merasa hancur. Tapi, itu jadi semakin menguatkan keputusanku” Yuto mengambil jeda lalu kembali menatap Keito tajam. “Keito, tolong jaga Yui. Tetaplah berada di sisinya menggantikanku. Aku mohon” ucap Yuto mantap. “apa yang kau katakan, Baka!” Keito mendorong yuto hingga terjatuh. “kau pikir dengan begini Yui akan bahagia? Kau pikir Yui tak akan kesepian? Bagi Yui, seorang Nakajima Yuto adalah orang yang tak tergantikan di hatinya. Maka dari itu, aku tak akan mau menggantikan posisimu. Karena kau sahabatku dan orang yang berharga bagi Yui” ucap Keito marah. Yuto diam dengan posisinya terduduk di tanah yang dingin itu. “kau harus menjaganya sendiri. Kau masih mencintainya kan? kalau kau masih mencintainya, jangan pernah sia-siakan dia dan jagalah perasaannya! Jangan pernah sakiti hatinya dengan cara seperti itu!” tambah Keito. Yuto tetap diam tak menjawab. Beberapa saat kemudian. “aku mengerti” Yuto pun bangkit. “kalau begitu sebagai sahabat, tolong jaga Yui untukku. Aku tidak akan memintamu untuk menggantikan posisiku, tapi tolong jaga dia sampai aku kembali. Tolong yakinkan dia, aku pasti kembali untuknya. Jangan biarkan dia menangis dan bersedih. Aku berjanji, setelah sekolahku selesai, aku akan segera kembali ke sisinya. Ku mohon Keito” ucap Yuto. Sekarang giliran Keito yang diam seribu bahasa. “baiklah, aku berjanji akan menjaga Yui untukmu. Tak akan kubiarkan Yui bersedih” akhirnya Keito pun mengalah dan menuruti permintaan sahabatnya itu. “arigatou gozaimasu” Yuto membungkukkan badannya. “douitashimashite” ucap Keito. Yuto pun tersenyum, tersenyum untuk terakhir kali pada sahabatnya itu. -flash back end-
“Yuto pasti kembali! Entah kapan dia akan kembali, tapi aku yakin, dia akan pulang dan berkumpul bersama kita lagi. percayalah!” jawabku. Semenjak Yuto pergi juga, hanya ini yang bisa kulakukan. Menjaga Yui dan meyakinkannya bahwa Yuto akan pulang seperti janji yang ku buat. Tapi, ada satu janji yang tak bisa kutepati. ‘tak akan membiarkan Yui bersedih’ apapun yang kulakukan, aku tak bisa mengembalikan senyum Yui. Yuto, gomenne. Aku tak bisa membuat Yui tersenyum lagi. Satu-satunya orang yang bisa mengembalikan senyumannya hanyalah kau, Yuto. Jadi, cepatlah pulang dan kembalikan Yui seperti dulu.
Author’s POV Yui dan Keito saling terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tiba-tiba, seorang laki-laki memasuki kelas itu. “dimana Hime?” tanya laki-laki yang tak lain adalah Yamada itu memecah keheningan di kelas tersebut. “dia dan Ryuu dihukum sensei membersihkan gudang olah raga karena membuat keributan saat pelajaran tadi” jelas Yui tanpa melihat ke arah orang yang bertanya dan tetap fokus pada langit. “ck! Dasar mereka itu! sudah kuduga sejak awal, pasti akan terjadi hal buruk kalau mereka 1 kelas” gerutu Yamada. “apa yang kalian lakukan dari tadi di sini? Apa kalian tidak pulang?” tanya Yamada lagi karena baru menyadari dua makhluk itu belum pulang padahal hari sudah sore. “ehm, kau pulang duluan saja Yama-chan. Aku akan pulang bersama Yui” jawab Keito. “eh? Kalian ini kenapa? Kalian jadi aneh setelah Yuto pindah =.= Ehm, kalau begitu, aku akan menyusul Hime dan Ryuu dulu. Nanti aku kembali dan kita pulang bersama-sama , ya!” ucap Yamada tersenyum. “haaah! Terserah kau sajalah!” ucap Keito pasrah. Sedangkan Yui masih sibuk menatap langit berusaha menyembunyikan kesedihan yang sekilas tersirat dari wajahnya. Yamada hanya cengengesan mendengar jawaban Keito, untungnya dia tak menyadari kesedihan yang sedang dirasakan Yui. ~sementara itu~ Dari sebuah bangunan yang terletak di belakang sekolah, terdengar suara berisik. “haaahh.. ini semua gara-gara kau, Ryuu! aku jadi disuruh membersihkan gudang menyeramkan ini!” Hime terus mengomeli Ryuu sambil membersihkan gudang itu. ‘aka ao shiro kiiro saita hana no youni. mae wo mite mune hatte motto yume iro’ tiba-tiba handphone di saku Hime berbunyi. Di lihatnya nama penelepon yang ternyata adalah kakaknya, Kei. Hime pun segera mengangkat teleponnya. “moshi-moshi, niichan ada apa?” tanya Hime. “kemana saja kau?! kenapa kau belum pulang?! apa kau lupa janjimu akan membeli bahan-bahan untuk makan malam hari ini, hah?! dasar! Cepat pulang!” Hime menjauhkan handphonenya karena suara niichannya yang sangat memekakkan telinga sampai-sampai Ryuu ikut menoleh ke arahnya karena mendengar suara Kei yang begitu keras. “hai..hai.. gomenne, niichan.. aku akan segera pulang dan membeli bahan-bahan itu” ucap Hime ketakutan. Tiba-tiba dari seberang terdengar suara berisik. “moshi-moshi, Hime.. Kau tak usah membeli bahan untuk makan malam. Aku sudah pergi membelinya. Kau langsung saja pulang dan jangan mampir-mampir lagi!” suara di seberang berubah dan Hime tahu siapa yang sedang berbicara sekarang. Senyum lega tersungging di bibirnya. “hehehe.. arigatou niini. Aku akan segera pulang” ucap Hime senang. Suara berisik terdengar lagi. “eehh!! Jangan buru-buru senang, ya! Untung saja Kou-nii mau membeli bahan-bahan itu, kau selamat kali ini! sekarang cepat pulang!” Kei kembali mengomeli adiknya. Hime pun memanyunkan bibirnya mendengar omelan kakaknya itu. “hai..hai.. oniisama~” Hime pun menutup telepon itu dengan kesal. “kau senang, Ryuu! gara-gara kau mengajak ribut tadi, aku jadi di sini dan dimarahi Kei-nii! huh! Seharusnya aku tadi bisa pulang lebih awal dan tak kena omelan Kei-nii” gerutu Hime. Ryuu hanya diam saja. Ada sesuatu yang aneh dengannya, daritadi Hime mengomelinya tapi tak satu kata pun keluar dari mulut Ryuu untuk membalas omelan Hime. Apa Ryuu sudah bertobat untuk tidak bertengkar dengan Hime lagi setelah dihukum seperti itu? Hime yang heran pun mendekati Ryuu yang masih sibuk berjongkok membersihkan alat-alat olah raga. “hey! kau kenapa? Kenapa dari tadi kau diam saja? Jangan bilang kau kapok bertengkar denganku? Hahaha, baguslah kalau begitu!” ucap Hime. “senang sekali, ya. Bisa dekat dengan kakak” gumam Ryuu lirih sampai hampir tak terdengar. “heh? Apa? kau bilang sesuatu?” Hime membungkukkan badannya karena merasa mendengar sesuatu. Ryuu tiba-tiba berdiri dan membalikkan badannya. Karena terkejut dengan gerakan Ryuu yang tiba-tiba, Hime pun mundur beberapa langkah. “BRUK!” Ryuu mendorong Hime ke tembok dan memojokkan Hime. Tangan kanannya memukul tembok di belakang Hime membuat Hime semakin takut. Ditatapnya mata Hime dengan tatapan tajam. “a.. apa yang kau lakukan? Menjauh dariku!” ucap Hime memalingkan wajahnya sambil mendorong tubuh Ryuu. Tapi Ryuu malah memegang dagu Hime, akhirnya Hime terpaksa melihatnya. “lepaskan! Apa yang kau lakukan?!” Hime melepas tangan Ryuu dari dagunya dan berusaha lari, tapi usahanya kali ini gagal lagi. Ryuu mendorong bahu Hime kembali ke tembok dan tak melepaskannya. Hingga akhirnya, Hime pun tak dapat bergerak lagi. Hime menatap wajah Ryuu dengan tatapan marah. “apa yang kau mau?!” bentak Hime di depan wajah Ryuu. Tiba-tiba, Ryuu perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Hime. Hime terkejut dan berusaha mendorong Ryuu lagi tapi tetap tidak bisa. Hime pun memalingkan wajahnya, ketakutan semakin tampak di wajah Hime. Ryuu berhenti tepat di telinga Hime. “tak akan kuserahkan Ryou-nii padamu!” bisik Ryuu lirih. Hime tertegun dengan apa yang dia dengar. “RYUU!!” tiba-tiba dari pintu terdengar suara laki-laki yang berteriak memanggil nama Ryuu dengan marahnya. Ryuu menoleh ke asal suara itu dan “BUUK!” laki-laki itu menonjok wajah Ryuu hingga dia terjatuh ke lantai. “Yama-chan!” pekik Hime melihat kekasihnya itu. “apa yang kau lakukan, hah?! Berani-beraninya kau berbuat seperti itu pada Hime!” bentak Yamada sambil menarik kerah adiknya itu. Dia pun siap melayangkan pukulannya lagi ke wajah adiknya. “CUKUP! Hentikan Yama-chan!” teriak Hime. Yamada pun menghentikan tangannya yang sudah hampir mengenai wajah Ryuu dan melepaskan cengkeramannya dari kerah Ryuu. “kau! apa maksudmu berbuat seperti itu?” tanya Yamada sekali lagi. Ryuu pun terdiam dan hanya bisa menundukkan kepalanya. “jawab! Kenapa kau melakukan hal itu, Ryutaro?!” Yamada pun jadi kesal dan mencengkeram kerah baju Ryuu lagi hingga Ryuu mendongakkan kepalanya melihat Yamada. Yamada dan Hime pun terkejut dengan apa yang mereka lihat. Ryutaro menangis, airmatanya sudah membasahi wajahnya. Yamada yang tidak tega melihat adiknya itu pun akhirnya melepaskan cengkeramannya lagi. “haah! Sebenarnya apa maksudmu?” tanya Yamada sekali lagi dengan dingin sembari melipat kedua tangannya di dada. “aku..aku.. hiks.. aku ingin.. aku ingin bermain dengan niichan~” ucap Ryuu sambil terus menangis seperti anak kecil. Mendengar alasan Ryuu, Hime dan Yamada pun segera memasang tampang heran seheran-herannya. =___=’ “semenjak berpacaran dengan Hime, niichan jadi tak pernah ada waktu luang bersamaku. Niichan jadi tak mau main denganku” Ryutaro menundukkan wajahnya. Mendengar itu, Yamada jadi merasa bersalah. Sedangkan wajah Hime langsung berubah seperti setan saking kesalnya mendengar alasan Ryuu. Hime segera menarik Ryuu hingga berdiri. “hanya karena hal seperti itu, kau sampai memojokkanku?! Dasar Ryutaro BAKA!! Kenapa kau tidak bilang saja secara baik-baik pada kami?! tak usah sampai berbuat seperti itu! aku jadi takut tau! dasar BAKA!! RYUTARO BAKA! BAKA!BAKA!BAKA!BAKA~!!!” Hime pun mencekik leher Ryuu dan menguncang-guncang badan Ryuu saking kesalnya. Ryuu berusaha melepas cengkeraman tangan Hime dilehernya. Akhirnya tangan Hime pun terlepas, Ryuu segera menghirup oksigen sebanyak-banyaknya karena dia hampir saja kehabisan napas akibat cekikan Hime. “itu karena niichan selalu tak punya waktu untuk kuajak bicara. Dia selalu bersamamu!” bentak Ryuu setelah berhasil mengembalikan napasnya ke keadaaan normal. “jadi kau menyalahkanku?!” emosi Hime pun terpancing lagi dan dia sudah melingkarkan jari-jarinya lagi di leher Ryuu. Ryuu pun jadi sangat ketakutan. “sudah..sudah.. kalian berdua hentikan!” ucap Yamada sambil melerai mereka, Hime pun berhenti. “ini semua memang salahku.. mulai saat ini, niichan janji akan meluangkan waktu untuk bermain denganmu” ucap Yamada tersenyum sambil menepuk kepala Ryutaro, meyakinkannya. “benarkah? Kau berjanji?” tanya Ryuu. “un! Aku janji!” jawab Yamada mantap sambil tersenyum. “lalu, bagaimana dengan Hime?” Ryutaro melihat ke arah Hime yang sedang melipat kedua tangannya di depan dada. “aku bukan anak kecil yang harus di jaga sepanjang waktu, tau! Yama-chan, kau harus menepati janjimu! Mulai sekarang kau harus meluangkan waktumu untuk anak cengeng ini!” ucap Hime sambil menatap tajam Yamada. Yamada hanya tertawa kecil mendengarnya. “hahaha.. baik.baik.. Hime-sama. Kalau begitu, ayo kita pulang! hari sudah semakin sore” ucap Yamada tersenyum. “gomenna Ryuu, aku telah memukulmu” ucap Yamada sambil menepuk-nepuk kepala adiknya lagi. “Un! Aku juga minta maaf.. Hime.. niichan..” ucap Ryuu menyesali perbuatannya. “Un! Daijoubu! Sekarang ayo kita pulang! aku bisa dimarahi Kei-nii lagi nanti” ujar Hime. Mereka pun berjalan kembali ke kelas, mengajak Keito dan Yui pulang juga. Mereka berlima pun pulang bersama-sama.
Hime’s POV “tadaima” ucapku pelan, kubuka pintu rumah dan menutupnya secara perlahan agar tidak ketahuan oleh niichan. “darimana saja kau?” tanya seseorang di belakangku. Aku pun segera membalikkan badanku dan tersenyum pada orang yang tak lain adalah kakak keduaku itu. Kei-nii sudah berdiri sambil melipat tangannya di dada dan memasang wajah kesalnya di depanku. Melihatnya aku jadi ngeri dan hanya bisa cengengesan sambil menggaruk-garuk belakang kepalaku. “kenapa kau baru pulang jam segini, hah?!” tanya niichan meninggikan suaranya. “mati aku!” pikirku. “Kei~ Hime~ sudah! Ayo cepat makan!” niini dari ruang makan menyelamatkanku lagi. “huh! Iya.iya~ baiklah~” jawab niichan. “dasar! Akan kutunggu jawabanmu setelah makan. Sekarang, cepat ganti baju dan makan malam!” tambah niichan. “hai..” aku pun hanya bisa menunduk dan menuruti perintah niichanku ini. Aku pun segera pergi ke kamar dan membersihkan diriku lalu turun untuk makan malam. “hime-chan, makanannya nanti dingin loh, ayo cepat dimakan!” ucap suara yang lembut dari meja makan. Aku pun mendongakkan kepalaku yang dari tadi kutundukkan. “eehh?? Yuu-nee? Murakami-san? kapan kalian datang??” ucapku terkejut melihat dua orang perempuan yang sudah duduk manis di ruang makan bersama niichan dan niini. “mereka sudah di sini dari tadi, dasar kau ini!” jawab niini sambil menyeruput secangkir teh. “EH? Maji? Kenapa aku bisa tidak tau?” tanyaku lagi. “karena kau berjalan sambil terus menundukkan kepalamu” jawab niini lagi. “itu karena niichan memarahiku” gerutuku. “itu karena kau melupakan janjimu dan pulang telat tanpa alasan yang jelas!” celetuk niichan. Aku pun tak tahan lagi terus di salahkan olehnya. “aku bukan tidak punya alasan yang jelas! Aku pulang telat karena aku tadi dihukum membersihkan gudang olah raga” “kenapa kau bisa dihukum?! Kau membuat ulah?” tanya niichan lagi-lagi meninggikan suaranya. “tidak! Itu.. itu.. karena Ryuu yang memulai duluan!” jawabku sambil menundukkan kembali kepalaku. “sudah!sudah! kalian berdua hentikan! Kenapa kalian malah bertengkar karena hal sepele sih! Kei! Seharusnya kau tak membesar-besarkan masalah ini!” niini pun mulai geram. Aku dan niichan hanya bisa menunduk takut. “sudah~ sudah.. Kou! jangan marahi mereka! Hime-chan sudah mengatakan alasannya, kan? masalah sudah beres sekarang. Ayo lanjutkan makan kalian! Hime-chan cepat duduk dan makan!” Yuu-nee pun mulai angkat bicara. Dan akhirnya berkat Yuu-nee, semua kembali seperti semula. “arigatou Yuu-nee T.T” ujarku dalam hati sambil melahap masakannya yang enak. “gomenne, niichan.. niini.. aku membuat kalian marah. Gomenne Yuu-nee.. Murakami-san..” ucapku menyesal “un! Daijoubu hime-chan!” ucap Murakami-san dengan senyum manisnya seperti biasa. “ehem.. setelah makan ayo kita ke ruang keluarga. Aku ingin membicarakan sesuatu dengan kalian” ucap niini yang disambut senyuman dari Yuu-nee. Aku jadi penasaran, apa yang ingin dikatakan niini. Selesai makan kami pun berkumpul di ruang keluarga. Yuu-nee duduk di samping Kou-nii, Murakami-san duduk di samping Kei-nii, sedangkan aku duduk sendirian. Huwaaa~ Yama-chan~ T.T “ada apa Kou-nii? apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Kei-nii tak sabar mendengar penjelasan Kou-nii. “ehm.. jadi begini..” Kou-nii menggantungkan kalimatnya, membuat kami semakin penasaran. “anoo.. bagaimana, ya.. jadi begini..” niini tampak gugup dan menggantungkan kalimatnya lagi, kami pun menatapnya tajam karena jadi sangat penasaran. “kami akan bertunangan 2 bulan lagi” jelas Yuu-nee karena niini tak kunjung mengucapkannya. “EEEHH???” aku dan niichan pun terkejut mendengar ucapan Yuu-nee, sedangkan Murakami-san terkejut karena mendengar pekikkan kami. “urusai! Kalian ini kenapa, sih? Hari ini kalian berdua berisik sekali!” gerutu Kou-nii dengan muka yang mulai memerah. “bukankah niini pernah bilang, kalian tak akan bertunangan apalagi menikah sebelum Yuu-nee lulus kuliah?” tanyaku sambil mengingat-ingat perkataan Kou-nii dulu. “ehm.. itu.. itu akan dulu! lagi pula ini hanya pertunangan, kupikir tidak masalah kalau kami lebih meresmikan hubungan kami secepatnya” jelas Kou-nii gugup berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. “hihihi.. omedetou Yuu-san ^^” ucap Murakami-san yang di sambut senyuman Yuu-nee. “arigatou ^^ mulai sekarang kami akan menyiapkan apa-apa yang diperlukan di hari pertunangan nanti, jadi mohon bantuannya ya, minna” ucap Yuu-nee sambil membungkukkan badannya. “hai! Mochiron desu! Aku akan membantu!” ucapku bersemangat sambil mengepalkan satu tanganku di depan dada. “aku dan Sakura juga akan membantu! Jadi, rencananya kalian ingin bertunangan dimana?” ucap Kei-nii ikut bersemangat. “arigatou Kei, Hime. rencananya kami akan mengadakan acara di cafe Takaki-san, tempat Hime bekerja” jelas Kou-nii dengan mengembangkan senyum leganya. “eh? Memangnya cafe itu bisa untuk acara seperti itu ya? Sejak kapan?” aku bertanya-tanya sambil menggaruk-garuk kepala dan melihat ke atas. “dasar kau ini! kau yang bekerja di sana malah tidak tahu. Sebenarnya, apa yang kau lakukan selama ini, sih?” Kei-nii mengomeliku lagi. Menyebalkan sekali! “iya, bisa. Aku sudah bicara pada Takaki-san dan dia menyanggupinya” jelas Kou-nii lagi. “ah~ souka.. baiklah kalau begitu! aku akan berusaha membantu sebisaku!” ucapku semakin bersemangat. Tak sabar rasanya menunggu hari pertunangan kakakku ini. Aku jadi ikut berdebar-debar. ========================================================= ~2 bulan kemudian~ Author’s POV Sejak kemarin cafe itu ramai, bukan ramai pengunjung seperti biasanya tapi ramai orang yang sedang mendekorasi tempat itu untuk acara yang dilangsungkan nanti siang. Semua orang yang bersangkutan pun jadi sibuk karenanya. Tak terkecuali, Hime. “Yui bisa bantu aku menata gelas-gelas ini di meja sebelah sana?” ucap Hime pada temannya itu sambil menunjuk meja yang dimaksud. “baiklah” Yui menyanggupi permintaan Hime, dia pun membawa gelas-gelas itu dan menatanya. Tak ada senyuman di wajahnya. Pandangannya seakan kosong, auranya sangat suram. “Yui-chan.. kenapa kau jadi seperti ini? Sudah 3 bulan sejak Yuto pindah ke London, kau jadi pendiam seperti ini” ujar Hime dalam hati, dia melihat sahabatnya itu dari jauh dengan tatapan yang penuh kekhawatiran. “Hime, kau kenapa?” tanya Keito yang melihat Hime sedang bengong. “ah! Iie.. betsuni” jawab Hime buru-buru. Semua orang bekerja, bahkan Ryutaro dan Yamada juga ikut membantu. Acara pertunangan akan dimulai pada pukul 13.00. Semua persiapan hampir selesai. ========================================================= ~sementara itu~ Seorang laki-laki dengan membawa kopernya berjalan menuju pintu keluar bandara. Sesampainya di luar, di lihatnya jam hitam di tangannya. Dia terlihat gelisah karena jam ditangannya sudah menunjukkan jam 10. Dia pun melihat sebuah kertas persegi panjang yang ada di saku bajunya. “undangan pertunangan Nishiyama Kota dan Nakata Yuu.. Pukul 13.00” dia membaca tulisan di kertas itu. “ck! Kenapa anak itu lama sekali?! kalau begini aku bisa terlambat!” gerutunya. Beberapa saat kemudian, mobil sedan hitam berhenti di depannya. Seorang laki-laki yang lebih pendek darinya turun dari mobil itu. “gomenne, aniki..” ucapnya sambil menempelkan kedua tangan di depan mukanya. “kemana saja kau?! sudah jam berapa sekarang? undangannya itu jam 1!” orang yang dipanggil aniki itu kesal karena ulah orang yang tidak lain adalah adiknya sendiri. “gomen.. aku.. ketiduran..” ucap laki-laki itu ketakutan. “Daiki~ !! dasar, Baka! Kebiasaanmu tak bisa hilang! Untung saja kau hanya disuruh menjemputku, kalau suatu saat nanti kau membuat janji menjemput Nana dan kau ketiduran seperti ini. tak akan ku maafkan kau karena membuat Nana menunggu!” ucap orang itu yang tidak lain adalah kakak Daiki, Yaotome Hikaru. “hai.. hai.. gomen.. aku akan berusaha menghilangkan kebiasaanku. Sekarang ayo cepat kita pulang, dan bersiap-siap. Nanti aku ada janji menjemput Nana juga” ucap Daiki. “dasar baka! Kalau begitu cepat, jangan sampai Nana menunggu!” perintah Hikaru. Yang dijawab dengan anggukan patuh adiknya. “Padahal aku bilang ‘suatu saat nanti’ ternyata kau sudah membuat janji menjemput Nana nanti. Apa Nana baik-baik saja bersamamu selama ini?” tanya Hikaru yang sekarang sudah berada dalam mobil. “iya~ aniki~ Nana senang bersamaku. Aku kan selalu membuatnya bahagia” ucap Daiki dengan PDnya. Hikaru hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah adiknya itu. ========================================================= ~pukul 13.00 di cafe~ Sudah jam 13.00, para tamu sudah datang semua. Daiki, Nana, Hikaru, Sakura, Ryutaro, Yamada, Keito dan Yui juga sudah datang dengan pakaian yang membuat mereka bertambah cantik dan tampan, Yuya dan Yuri yang turut diundang pun tak kalah tampannya. Hime berdiri di samping Kei dengan dress berwarna merah muda. Sedangkan Kei memakai jas dan celana putih. Dan tepat di samping Kei, Yuu berdiri bersebelahan dengan Kota. Yuu memakai gaun berwarna biru muda sedangkan Kota memakai jas dan celana putih. Mereka berdua terlihat sangat serasi. Setelah acara pertunangan selesai, satu persatu tamu undangan mengucapkan selamat pada kedua orang itu. “omedetou Kou-chan! Akhirnya kau bertunangan juga. Aku jadi terharu. Kalau begitu cepatlah menikah ya!” ucap Hikaru sambil menjabat tangan sahabatnya itu. “jangan sembarangan, Hikaru!” jawab Kota geram sambil mempererat genggaman tangannya hingga Hikaru kesakitan. “omedetou, Yuu-san.. kau pasti sangat bahagia” ucap Nana menjabat tangan Yuu. “iya.. arigatou gozaimasu, Nana-chan. Kapan kalian akan bertunangan juga?” tanya Yuu sambil melihat ke arah Daiki dan Nana bergantian. “hehehe.. secepatnya! kalau bisa sih, langsung menikah” ucap Daiki jahil sambil mengedipkan sebelah matanya pada Nana dan di sambut pukulan Nana ke kepala Daiki. Semua orang pun tertawa melihat tingkah pasangan itu. Setelah semua acara selesai, para tamu pun pulang. Tinggallah para pelayan yang membersihkan tempat itu dan beberapa teman Hime. “kenapa aku juga yang harus membersihkan tempat ini, Takaki-san~!” gerutu Hime. “karena kau berkerja di sini. Sudah jangan mengeluh terus! Cepat bersihkan tempat ini!” perintah Yuya. Hime pun hanya bisa pasrah dan menuruti perintah atasannya itu. Akhirnya dengan saling membantu, Hime dan para pelayan lainnya pun bisa menyelesaikan pekerjaan mereka dengan waktu yang cukup singkat. Setelah itu, mereka pulang ke rumah masing-masing. Hime pulang bersama Yamada dan Ryuu yang juga ikut membantunya bersih-bersih. Sekarang di cafe itu hanya tinggal 2 orang. Ya, dua orang pelayan itu adalah Yui dan Keito. 2 orang itu seakan enggan untuk meninggalkan cafe itu. Yui duduk di meja dekat jendela dan melihat keluar ke arah halaman belakang. Di lihatnya halaman itu dengan tatapan kosong seperti biasa. Dan seperti biasanya pula, Keito ikut menemani Yui dengan duduk di depannya. “kau tidak ingin pulang?” tanya Keito memecah keheningan di antara mereka. “nanti saja” jawab Yui singkat. Keito menarik napas dalam dan menghembuskannya. “baiklah kalau begitu, aku akan menemanimu di sini” ujar Keito. Dia pun ikut melihat ke halaman belakang. “Keito, apa dia baik-baik saja di sana?” tanya Yui. Sekali lagi Keito dibuat diam dengan pertanyaan Yui. “ya, dia pasti baik-baik saja!” jawab Keito sambil tersenyum tipis. “andai saja saat itu, aku tak membuatnya marah. Pasti aku dan Yuto tidak akan berpisah dengan keadaan seperti ini” ucap Yui. Raut wajahnya menampakkan kesedihan lagi dan membuat Keito semakin tak tega. “sudahlah, ini bukan salahmu. Ini bukan salah siapapun. Semua ini hanya salah paham dan aku sudah menjelaskannya pada Yuto sebelum dia pindah” jelas Keito. Yui tertegun mendengar penjelasan Keito. Dia pun langsung menoleh pada orang yang duduk di depannya itu. “Yuto tidak memberi tahumu tentang kepindahannya karena dia tidak ingin membuatmu sedih dan kesepian karena dia tak ada di sisimu. Jadi, dia berpikir lebih baik kau mencari laki-laki yang lebih baik darinya dan tetap hidup bahagia” Keito menghentikan ceritanya sejenak dan menatap tajam mata Yui yang mulai berkaca-kaca. “tapi sebenarnya, Yuto masih mencintaimu, Yui. Dia berjanji akan pulang dan berada di sisimu. Maka dari itu, jangan pernah salahkan dirimu lagi” Keito akhirnya menjelaskan semuanya. “aku.. aku juga mencintainya. mana mungkin kau mencari laki-laki lain. Dasar Yuto baka!” ucap Yui sambil berusaha menyeka air matanya yang sudah turun membasahi pipinya. “jika Yuto kembali, aku akan meminta maaf padanya dan mengatakan perasaanku yang sebenarnya” tambah Yui. Keito pun menepuk-nepuk kepala Yui sambil tersenyum lega. “seharusnya aku yang meminta maaf, aku telah seenaknya saja memutuskan hubungan kita. Gomennasai.. Yui” ucap seseorang dari arah pintu masuk. Yui dan Keito pun terkejut dan langsung menoleh ke arah dimana suara itu berasal. Betapa terkejutnya Yui saat melihat laki-laki jangkung sudah berdiri di depannya dengan memakai mantel hitam dan membawa koper. “Yuto..” panggil Yui lirih sambil menahan airmatanya. Tapi usahanya gagal, airmatanya dengan lancar keluar dan membasahi pipinya lagi. Melihat itu, Yuto pun langsung memeluk Yui. Yuto memeluk Yui dengan erat seakan tak ingin melepasnya lagi. “Yuto.. se..sak” ucap Yui. Yuto pun segera melepas pelukannya dan memampangkan senyum bodohnya. “hehehe.. gomenne.. sudah jangan menangis lagi, ya!” ucap Yuto sambil menyeka airmata Yui. Yui pun menganggukkan kepalanya menuruti Yuto. “sudah kubilang kan. Yuto pasti kembali!” Keito menepuk bahu Yui dan Yuto. “eh! Ngomong-ngomong kenapa kau kembali secepat ini?” tanya keito heran. “hehehe.. aku meminta ijin pulang ke Jepang selama 1 minggu untuk berpamitan” ucap Yuto masih dengan senyum bodohnya. “Baka! Kenapa kau selalu seenaknya sendiri sih!” Keito pun menjitak kepala Yuto. Yuto hanya meringis menahan sakit karena jitakan maut Keito. “hahaha.. sudah.sudah.. sekarang ayo kita pulang ke rumahku. Kita makan malam bersama merayakan kepulangan Yuto, bagaimana?” ujar Yui bersemangat. “Okey! Ayo kita berangkat~! aku ingin makan bersama kalian!” ucap Yuto dua kali lebih bersemangat. “chotto matte! Siapa yang memasak?” tanya Keito menghentikan langkah Yui dan Yuto. “aku” jawab Yui santai sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajahnya sendiri. “emm..” Keito pun segera memasang wajah ragu mendengar jawaban Yui. “apa maksudmu dengan ‘emm’?? kau meremehkanku?!” tanya Yui kesal. “apa kau benar-benar bisa memasak sekarang?” tanya Keito ragu. “apa kau bilang?! Kau benar-benar meremehkan kemampuan Takahata Yui ini! awas kau Keito~!” Yui pun mengejar Keito. Sedangkan Yuto hanya tertawa melihat mereka. Setelah itu, mereka pun pergi ke rumah Yui sambil bercanda sepanjang jalan. Itulah kisah cinta Yui dan Yuto. Walaupun mereka terpisah jauh, Yui tetap percaya dan setia menunggu Yuto. Begitu pula Yuto, dia selalu memikirkan Yui walau mereka tak berada di negara yang sama. Dia selalu mengirimkan email atau apapun yang bisa tetap menghubungkannya pada kekasihnya itu. Semua hidup bahagia. 2 tahun kemudian, Yuu dan Kota pun menikah. Mereka hidup bahagia dan pindah ke rumah yang baru. Hubungan Kei dan Sakura semakin dekat, mereka pun memutuskan untuk bertunangan. Hikaru akhirnya mendapatkan kekasih di Amerika. Sedangkan Daiki dan Nana tetap sibuk melakukan hal-hal bodoh berdua. Sekarang cafe milik keluarga Takaki semakin laris karena semakin banyak pelayan-pelayan keren yang bekerja disana. Yuri juga selalu membantu kakaknya dan dia menjadi salah satu pelayan populer di cafenya. Yamada dan Keito sudah lulus SMA dan mereka pun kuliah di universitas yang sama. Sedangkan Hime, selama 2 tahun entah bagaimana dia selalu berada di kelas yang sama dengan Ryutaro. Alhasil, setiap hari mereka selalu bertengkar. Tapi untung saja ada Yui yang siap melerai Hime dan Ryuu kalau mereka sudah memulai pertengkaran bodoh mereka. Yaa~ begitulah~ semua orang selalu memiliki kisah cinta yang berbeda-beda. Bagaimana love storymu? ^^